• Rahasia Keong Emas (buku hadiah ulang tahunku dulu)

    Sebuah perkebunan sangat luas dan subur, ditanami aneka macam tanaman buah-buahan. Di tempat yang agak tinggi, sebuah villa dibangun dengan megahnya, dikelilingi taman bunga yang menawan. Setiap liburan Esti selalu menyempatkan diri untuk singgah dan menginap beberapa hari ditempat yang indah ini. Kali ini Esti mengajak teman-temannya Kiki dan Neng.

    Air sungai mengalir tenang. Disana sini gelembung-gelembung udara bertebaran muncul ke permukaan air menanndakan adanya kehidupan dibawah air. Sekawanan burung bangau turun mendarat unutk mencari mangasa dipinggiran sungai yang dangkal. Namun mendadak terbang kembali ketika tiba-tiba terdengarbunyi semak tersibak. "ssstttt.....jangan berisik, hati-hati mereka ketakutan melihat kita". Esti memperingatkan. Esti, Kiki dan Neng turun ke tepian sungai. Airnya dangkal agak berlumpur. "Tunggu aku menemukan sesuatu." seru Esti memungut benda tersangkut di sela-sela tumbuhan air. Esti membawa benda yang baru didapatkannya kembali ke darat. Ternyata sebuah kulit keong yang tampak kotor tertutup lumpur.


    Esti membersihkan benda tersebut dengan ujung jarinya. Ia sangat terkesima oleh pancaran kamilau keemasan saat tersentuh jarinya. "Keong emas!!!!" seru mereka bersamaa. "Esti bergembiralah, kamu mendapatkan benda yang berharga hari ini," kata Kiki. "Akan kamu apakan benda itu, simpan saja,suatu saat pasti berguna," Neng menimpali. "Aku akan membersihkannya lalu menyimpannya di kamar, supaya setiap saat dapat memandang keindahannya," sahut Esti berseri-seri.

    Pagi itu Esti tersentak bangun dari tidurnya. Aroma masakan lezat terasa menyengat menusuk-nusuk hidungnya membangkitkan selera, membuat Esti tersadar danbertanya-tanya. Belum habis rasa herannya, tiba-tiba sesosok tubuh tinggi semampai sengan rambut panjang terurai berpakaian keemasan muncul dari pintu kamar dengan langkah gemulai berjalan ke arah Keong Emas, lalu tubuhnya bagai bayang-bayang mengecil dan semakin kecil menyusup kedalam keong emas. Esti melompat dari pembaringan keluar kamar. Beraneka makanan terhidang di meja makan. Esti terduduk tak tahu harus berbuat apa.

    "Hei siapapun yang berada didalam keong, aku mohon muncullah, aku ingin berkenalan dan berteman denganmu, masakanmu sangat lezat, keluarlah...!" bisik Esti meniup lobang keong lalu mengocoknya. Beberapa saat kemudian tangan Esti bergetar, sinar keemasan menyembur keluar membentuk bayang-bayang manusia. Seorang gadis bertubuh semampai telah hadir di hadapan Esti, wajahnya berseri-seri dan senyuman manis menghias di bibirnya. Harum wewangian merebak ke seluruh ruangan. "Adik manis, aku sangat berterimakasih kepadamu, kamu telah merawat tempat tinggalku. Namaku Candra Kirana. Aku putri Jenggala," sapa sang gadis. Esti terperangah kagum. "Aku Esti, rumahku di Komp. Bumi Panyileukan Bandung, aku sedang berlibur disini, senang sekali dapat bersahabat denganmu," jawab Esti tergagap. Sang putri menggandeng esti, lalu duduk di tepa pembaringan. "Adik manis, adakah sesuatu yang kau inginkan dariku?" tanya Putri Candra Kirana menepuk-nepuk pipi Esti. Esti menggeleng. "Aku tidak minta apa-apa, aku sangat senang berdekatan denganmu," sahut Esti menunduk.

    Setelah hilang rasa bingung Esti, Putri Candra Kirana menceritakan riwayat hidupnya di negeri Jenggala, juga tentang keong emas. Candra Kirana adalah putri sulung Raja Jenggala. Pada suatu hari ia dipertunangkan dengan Pangeran Panji Asmarabangun, Putra Raja Panjalu. Perjodohan berjalan lancar karena mereka saling mencintai. Namun dibalik itu, ada seseorang yang selalu meratap menyesali nasibnya, yakni Raja Kelana penguasa dari sebrang, karena lamarannya pada sang putri telah ditolak. Raja Kelana mengirim balatentaranya menyerbu istana Jenggala. Korban berjatuhan, banyak rakyat Jenggala yang tak berdosa menjadi korban amukan tentara sebrang. Tak berapa lama seluruh negeri Jenggala telah dikuasainya. Raja beserta seluruh kerabat istana menyingkur ke Panjalu. Hampir separuh dari istana Jenggala habis terbaakar.


     Bagaimana dengan Putri Candra Kirana? Ternyata ia tercecer dari rombongan pelarian. Ia berusaha menghindar sejauh mungkin dari jangkauan Raja Kelana. Sang Putri terus berjalan siang malam, lapar dan dahaga tak dihiraukannya lagi. Hingga akhirnya ia terjatuh tak sadarkan diri.

    Sepercik air mengenai wajahnya, Sang Putri akhirnya siuman. Ia memandang sekelilingnya dan merasa asing. Ia berada dalam sebuah istana yang gemerlapan, berdinding emas dan beralaskan sutera. "Anakku Candra Kirana, kamu berada di istana keong emas yang sengaja diturunkan dari langit untukmu, ini milikmu..bangkitlah!" tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya. Seorang bidadari cantik keluar dari pancaran cahaya dan menyapa Sang Putri.

    "Anakku kamu akan selamat, temui kedua orangtuamu di Panjalu. Pesanku jaga dan bawa selalu istana keong emas ini, aku akan selalu menjagamu." Sinar keemasan perlahan lenyap dari pandangan Sang Putri.


    Esti terkesima mendengar cerita Sang Putri. Hatinya merasa iba dan haru oleh penderitaan SangPutri. "Esti, maukah kau ikut aku mengulang masa lalu, tapi kamu tak boleh kaget, jaman dulu lain dengan kenyataan sekarang." katanya. "Sang Putri, apakah nanti aku bisa bertemu dengan orangtuaku dan teman-temanku lagi?" tanya Esti ragu. Sang Putri tertawa kecil. "Jangan khawatir, nanti aku antar lagi kamu kesini, ayo!" ajaknya.

    Sang Putri memeluk Esti. Esti merasakan badannya menjadi sangat ringan dan terus berputar, bagai tersedot pusaran angin Esti dan Sang Putri menyusup ke dalam keong emas. Asing dan aneh, hanya itu yang ada di benak Esti. Sebuah pemandangan yang menegangkan. Puing-puing berserakan, abu sisa kebakaran berterbangan tertiup angin. "Ini istanaku dulu, aku dibesarkan disini, tapi sekarang..." Sang Putri tak melanjutkan ucapannya lagi, ia menunduk pilu. "Sudahlah Putri, aku turut bersedih, lalu apa yang akan kita lakukan?" hibur Esti kebingungan.

    Derap langkah kaki serombongan pasukan Sebrang, membuyarkan kesedihan Sang Putri. Ia segera menarik Esti, bersembunyi di balik patung singa. "Mereka datang, jangan sampai ketahuan, mereka akan menangkap kita." bisik Sang Putri di telinga Esti. Tiba-tiba salah seorang dari tentara Sebrang berhenti, mendengus-dengus hidungnya. Semua rombongan pasukan terhenti. "Ada apa?" tanya kepala pasukan sedikit geram. "Ampun gusti, saya mencium harum wewangian seorang gadis, mungkin salah satu kerabat Jenggala atau...Sang Putri Candra Kirana sendiri," sahut Prajurit itu bersemangat. "Cari dan tangkap hidup-hidup serahkan pada Baginda Raja!" perintah kepala pasukan pada anak buahnya. Esti memeluk erat pinggang sang Putri ketakutan. "Kalau disini terus kita pasti akan tertangkap, ayo cepat lari!" bisik Sang Putri panik. Sang Putri dan Esti mengendap-ngendap menuruni tangga istana yang hancur berantakan menuju taman sari. "Itu mereka!". Rupanya salah seorang melihat mereka. Dengan beringas mereka berlompatan diantara puing-puing istana memburu mereka.

    Sang Putri dan Esti terus berlari, setelah melewati lorong yang sempit, sampailah di gerbang taman sari. Sungguh tak terduga sama sekali, jantung terasa berhenti berdenyut. Dihadapannya telah menghadang sosok yang paling ditakuti. Raja Kelana tertawa menyeringai, buronan yang selama ini dicari-carinya telah berada dihadapannya. "Putriku, kemana saja selama ini, akhirnya bertemu juga...ha..ha...ha..."Raja Kelana terbahak-bahak berusaha menangkap Putri yang menghindar. Raja Kelana geram bukan main. Sang Putri akhirnya berhasil ditangkapnya, begitu juga Esti ditangkap oleh salah satu prajuritnya. Esti menjerit ketakutan, sementara itu Sang Putri tampak lunglai. Namun beberapa saat kemudian terjadi keributan di alun-alun istana. Derap kuda, dentingan pedang, jerit kesakitan membahana di udara. Raja Kelana tersentak. Belum sempat berbuat apa-apa, sekonyong-konyong bayangan pasukan berkuda Panjalu dibawah pimpinan Pangeran Panji berderap kencang menyelamatkan Sang Putri dan Esti.

    Pertarungan berlangsung seru. Pasukan Sebrang mundur kocar-kacir. Raja Kelana berhadapan dengan Pangeran Panji. Dalam beberapa gebrakan ia terlempar dari kudanyadan meloloskan diri lari mengikuti jajak para prajuritnya. Balatentara Sebrang berhasil dihalau mundur oleh pasukan Pangeran Panji. Jenggala kembali aman. Sang Putri bersatu kembali dengan kedua orangtuanya. Esti merasa kikuk menjadi perhatian banyak orang, karena penampilannya terlihat aneh untuk ukuran jaman itu. Setelah dijamu oleh keluarga Raja, Esti diantar Sang Putri kembali ke Villanya di tengah-tengah perkebunan di puncak bukit.


    Esti merasakan suatu pengalaman yang menegangkan sekaligus menyenangkan dan tak akan pernah terlupakan. Keong emas lenyap bersamaan dengan perginya Sang Putri. Tapi Esti yakin suatu saat pasti bertemu kembali sesuai janji sang Putri Candra Kirana padanya. Esti segera berlarti mencari Kiki dan Neng untuk menceritakan pengalamannya itu.


  • 0 komentar:

    Diberdayakan oleh Blogger.

    GET A FREE QUOTE NOW

    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat.

    ADDRESS

    Bandung City, Indonesia

    EMAIL

    edestikarani@gmail.com

    MOBILE

    +62 859 5006 9490

    LINE

    estides