Esti Destikarani

I am an Architect

Esti Destikarani

Only a place for express all thoughts into a set of indefinite letters. Hoping to be useful, but being self complacent is very meaningful for me. Thank you, to spend a few minutes just to open this site. Hopefully there's no regret and keep the "kepo" grows to read more articles or sharing stories that I've posted. Its an honor for me if you leave a trail by commenting below the posts. Happy reading and enjoy, Esti.

  • Bandung City
  • +62853-1455-5953
  • edestikarani@gmail.com
  • www.wap-jett.blogspot.co.id
Me

My Professional Skills

I am very good at making dreams but still not ready to wake up and achieve everything I have dreamed of. My time is always used to think about everything. Deeply imagining something satisfying. Because I think everything starts as a dream, but unfortunately its requires ACTION to become true.

AutoCad 80%
SketchUp 90%
Vray for Sketchup 80%
Adobe Illustrator 85%
Adobe Photoshop 85%
Corel Draw 90%
Microsoft Office 90%

Tentang Arsitektur

Kesoktahuan diri ini yang hanya ingin bercakap-cakap tentang arsitektur walaupun ilmunya belum ada apa-apanya. Sharing aja gimanah?

Tentang Travelling

Ah, ini sih cuman konten jalan-jalan biasa. Doain ya, semoga bisa "travelling beneran". Pasti di post deh :)

Curhat Session

Blog ini isinya 1% ilmu, 99% curhat. Jadi buat apa kalian datang haha. Gak deng bercanda. Terimakasih telah berkunjung, luv luv :*

Tentang Portofolio

Berusaha menjadi wanita yang produktif. Cobalah lihat keproduktifan diri ini. Semoga menghibur :')

Hanya Cerita Lampau

Bangsa yang hebat adalah bangsa yang tidak meninggalkan sejarahnya. Begitupun kita sebagai manusia. Apadah wkwk

Artikel Bermanfaat

Nah yang ini semoga beneran bermanfaat ya.

0
Proyek Desain
0
design award
0
facebook like
0
current projects
Tampilkan postingan dengan label novel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label novel. Tampilkan semua postingan
  • Seoul, I Miss You

    Akhirnya tamat juga baca novelnya ades. "Seoul, I Miss U" judulnya. Padahal novel ini udah dipinjem beberapa minggu lalu dan baru tamat tadi. Ya ampuuun, maaf ya des habis sibuk ga penting sih jadinya ga sempet baca.

    Novel karangan Christina Juzwar ini seru di bagian tengah menuju akhir. Apalagi saat Alexandra alias si cewenya bingung memilih antara Vino, so cowo ganteng, pinter, baik, dan ketua OSIS dengan Jae Yun, cowo dari korea yang punya kepribadian ganda.
    Sinopsisnya gini...

    Alexandra Terry. Seorang anti sosial yang terlalu cuek. Suatu saat ia dihadapkan pada dua pilihan yang pernah sama sekali ia rasakan, cinta. Saat ia mulai meyakini hatinya dan mulai memilih. Lelaki pilihan justru pergi tanpa kata perpisahan satu patah kata pun. Pilihan Alexa pun terpaksa jatuh pada hal melupakan. Hingga pada sebuah kesempatan, dirinya dipertemukan lagi dengan lelaki pilihannya di negara yang membawa berbagai kenangan. 

    Memahami sebuah persahabatan memang cukup rumit. Ada banyak teka-teki dan rahasia tersimpan di balik persahabatan yang terjalin di antara dua makhluk. Kadang, persahabatan itu indah, penuh warna dan pengorbanan. Namun, terkadang juga persahabatan itu penuh intrik, persaingan, serta problematika yang kerap terjadi.

    Tak selamanya persahabatan itu indah.Mungkin, kalimat itu sangat cocok untuk menggambarkan kisah persahabatan dalam novel Seoul, I Miss You karya Christina Juzwar ini.

    Alexandra tak pernah menduga bahwa dia akan bertemu dengan seorang sahabat yang mampu mengubah sifat pendiam dan pemalunya di sekolah. Sebelum di kelasnya kedatangan siswa baru asal Seoul, Korea Selatan bernama Jae Yun, Alexa dikenal sebagai cewek yang pendiam. Kuper (kurang pergaulan), kata sebagian besar temannya.
    Sebenarnya Alexa menyadari kelemahan dirinya yang kurang bisa bergaul. Dia selalu grogi ketika berhadapan dengan makhluk laki-laki yang dianugerahi Tuhan kegantengan. Untunglah dia mengalihkan kesendiriannya di kelas dengan buku gambar yang sering dibawanya untuk menggambar sketsa dan menenggelamkan diri dalam ruang imajinasinya. Sampai akhirnya, datanglah cowok bermata sipit yang—karena tidak ada pilihan lain—harus duduk sebangku dengannya.

    Sifat pemalu dan grogi yang selama ini dimiliki Alexa semakin parah ketika setiap hari harus berdekatan dengan cowok ganteng yang menjadi sorotan hampir semua cewek di sekolahnya itu. Meskipun setiap hari duduk sebangku, Alexa tidak berani bertegur sapa dengan Jae Yun. Pun untuk sekadar ‘say hello’ setiap mereka bertemu di kelas. Hingga akhirnya, suatu hari Jae Yun menawari Alexa ketika dia hendak membeli jajan di kantin. Dan, diam-diam Alexa merasa penasaran dengan siswa baru yang dingin seperti patung salju itu.

    Jae Yun sebenarnya berdarah Indonesia. Papanya asli Indonesia, makanya tidak heran jika Jae Yun merasa akrab dengan negara kelahiran Appa-nya itu. Jae Yun sering bosan dengan sekolah yang baru disinggahinya. Atas saran Ahjumma Ha Ra, kakak perempuan Mamanya, Jae Yun pindah sekolah ke Indonesia saat duduk di kelas Dua Belas. Ahjuma Ha Ra berharap, Jae Yun betah dan bertahan di sekolah barunya sampai keponakannya itu lulus.

    Sebagaimana Ha Ra, Jae Yun juga menyukai musik piano. Di mata Ahjuma-nya Jae Yun sudah mampu menguasai permainan musik piano, sehingga dia merasa keponakannya pantas menggantikannya untuk mengajar les ketika dia berhalangan mengajar.

    Dan, Jae Yun tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya ketika murid les piano yang akan diajarinya adalah cewek pendiam yang duduk sebangku dengannya di sekolah; Alexandra. Alexa pun terkejut, karena kata Mamanya, guru les itu bernama Ha Ra. Tapi, kenapa justru yang ada di hadapannya itu si patung salju?Sejak pertemuan di rumah Jae Yun dalam les piano, Alexa baru menyadari bahwa Jae Yun juga penyuka musik sehingga oleh bibinya diberi kepercayaan untuk menggantikannya mengajar piano.

    Kedekatan antara Jae Yun dan Alexa mulai terlihat sejak mereka bertemu dalam les dan sempat membuat beberapa temannya kaget bukan kepalang. Mereka heran, kenapa cewek sekuper Alexa bisa dekat dengan cowok yang mirip bintang film Korea itu? Yang paling merasa tersaingi adalah Zola dan Nina, dua cewek yang selama ini mengincar Jae Yun sejak kehadirannya di sekolah.

    Sebenernya masih ada hal seru lainnya tapi kalo di ceritain semua disini rugi dong penulis ga dapet untung, jadi mending beli aja deh novelnya di toko buku terdekat okeh ;)


  • The Secret

    Sekarang saya mengetahuinya. Apa sebab kita harus berpikiran positif. Itu karena jika kita memikirkan kata-kata penolakan seperti "tidak", "bukan", atau "jangan", maka sebuah hukum bernama "hukum tarik menarik" tidak akan memproses kata-kata tersebut sehingga yang anda dapatkan adalah kebalikannya.

    "Aku tidak ingin usahaku sia-sia". Hukum tarik menarik akan menafsirkan:
    Aku ingin usahaku sia-sia dan lebih sia-sia lagi.
    "Saya tidak ingin orang itu kasar kepada saya"
    Saya ingin orang itu dan lebih banyak orang lagi yang kasar kepada saya

    Mulai detik ini, merubah pikiran adalah cara mudah untuk merubah semuanya. Pikiran mengendalikan lingkungan sekitar.

    _The Secret
  • "Danur"

    Danur, novel karya Risa Saraswati yang menceritakan kisah hidupnya bersama teman-temannya. Namun bukan sekedar teman biasa. Untuk tau lebih lanjut silakan baca :) enjoy reading :))))))


    “ Jangan heran jika mendapatiku sedang berbicara sendirian atau tertawa tanpa seorang pun terlihat bersamaku. Saat itu, mungkin saja aku sedang bersama salah satu dari kelima sahabatku.

    Kalian mungkin tak melihatnya.... Wajar. Mereka memang tak kasat mata dan sering disebut... hantu. Ya, mereka adalah hantu, jiwa-jiwa penasaran atas kehidupan yang dianggap mereka tidak adil.

    Kelebihanku dapat melihat mereka adalah anugerah sekaligus kutukanku. Kelebihan ini membawaku kedalam persahabatan unik dengan lima anak hantu belanda. Hari-hariku dilewati dengan canda tawa Peter, pertengkaran Hans dan Handrick-dua sahabat yang sering berkelahi-alunan lirih biola William, dan tak lupa: rengekan si Bungsu Jahnsen.

    Jauh dari kehidupan “normal” adalah harga yang harus dibayar atas kebahagiaanku bersama mereka. Dan semua itu harus berubah ketika persahabatan kami meminta lebih, yaitu kebersamaan selamanya. Aku tak bisa memberi itu. Aku mulai menyadari bahwa hidupku bukan hanya milikku seorang.... “

    *****
    Risa Saraswati sekilas tentang “Danur”

    Tak mudah melalui fase kehidupan yang cukup rumit dengan usia yang rasanya belum mampu menghadapi serangkaian peristiwa tidak biasa, tak mudah menjalani hidup sebagai anak-anak normal jika semua yang kuanggap normal ternyata hal-hal tidak normal. 

    Kuanggap tembok adalah benda hidup, sama seperti kalian.. teman-teman yang bisa kuajak berinteraksi untuk mendiskusikan apapun yang kuanggap penting. Kuanggap pohon adalah makhluk bergerak yang setiap saat bisa saja kumintai bantuan, yang setiap saat ikut bergerak saat kumelangkah, dan setiap saat melihat apa yang akan kulakukan..mencermati isi kepalaku.

    Tubuhku begitu kecil saat kutahu kelima sahabatku ternyata onggokan belulang manusia tanpa kepala yang jelas jauh berbeda denganku yang masih bisa berdiri tegap, melangkah bebas, menapaki tanah, dan nyata untuk diraba. Bukan takut yang menyergap, perasaan iba muncul ke permukaan melebihi apapun yang pernah kurasakan terhadap makhluk-makhluk sepertiku.

    Aku masih belia ketika akhirnya kelimanya pergi meninggalkanku sendiri ditengah bau Danur yang semakin mengusik hari-hariku. Kalian tahu apa itu Danur? Danur adalah air yang muncul dari jasad mahkluk hidup yang telah mati dan membusuk. Kututup penciumanku, kututup mataku, kututup hatiku untuk Danur-Danur baru yang muncul sepeninggal mereka.

    Berjuang menyeimbangkan langkah agar tetap merasa normal hingga akhirnya kutemukan cara agar semuanya terasa baik-baik saja. Tak selamanya Danur itu menyengat dan membuatku lunglai, kelima sahabatku pergi…namun segala sesuatunya selalu sama, kepergian mereka mendatangkan sahabat-sahabat baru untukku. Pengalaman-pengalaman baru, kisah-kisah baru. Drama… selalu dipenuhi drama.

    Telah kubuka gerbang dialog antara aku dan dunia mereka, telah kurangkai kisah-kisah baru. Penciumanku tetap tertutup rapat, namun kini telinga, mata, hati, dan pikiranku terbuka lebar untuk mereka..

    Tak selamanya Danur itu menjijikkan…

    Karena kini aku bisa mencium banyak wewangian yang muncul karenanya…

    Peter, William, Hans, Hendrick, Janshen, Samantha, Jane, Ardiah, Edwin, Teddy, Sarah, Elizabeth, Kasih… adalah beberapa tokoh dari sekian banyak sahabat di proses hidupku hingga kini…
    Cerita tentang mereka kurangkum dalam sebuah karya yang kuberi nama, “Danur”.

  • Ayah, mengapa aku berbeda?

    Bila semua teman-temanku bernyanyi, aku hanya bisa terdiam. Aku tidak pernah tau harus bagaimana mengatakan pada dunia bertapa aku sangat ingin seperti mereka, bisa mendengar dan bernyanyi layaknya kehidupan normal.
    Sayangnya aku terlahir dengan keadaan tuli, lebih sadisnya terkadang mereka orang-orang yang tidak pernah mengerti perasaanku berkata kalau aku “ BUDEK” dan itu dituliskan di kertas untukkku tepat di meja belajarku di kelas.
    Tapi aku tidak pernah merasa ingin membalas semuanya, karena aku sadar inilah hidupku dan inilah takdirku.
    Dulu semasa kecil mungkin aku tidak pernah merasa beban ini begitu besar dalam hidupku, ketika menyadari aku beranjak remaja dan melihat aku berbeda diantara sahabat-sahabatku. Di depan mading sekolahku tertulis sebuah pengumuman pembentukan tim musik sekolah, aku ingin ikut dalam tim itu tapi sayangnya aku hanya bisa meratapi nasibku. Aku pun pulang untuk bertemu dengan ayah, aku terduduk dengan wajah penuh kesedihan,

    Dalam duniaku, hanya ayah yang bisa mengerti apa yang aku katakan. Walaupun itu harus dengan bahasa tangan yang ia pelajari dengan susah payah.
    Aku mengetuk pintu untuk memberi tanda aku ada di kamar untuk bicara dengan ayah, ia melihatku dan melempar senyum.

    “ Angel, ayo masuk. Silakan duduk disini nak, ada apa? Bagaimana pelajaran kelas kamu hari ini?”
    Aku tertunduk, lalu ayah mulai bisa membaca wajahku.
    “ Apa yang terjadi nak, ceritakan pada ayah?”
    “ Ayah mengapa aku berbeda dari teman-temanku?”
    “ Dalam hal?” tanya ayah padaku,
    Aku menangis dan usiaku saat itu hanya 12 tahun dan duduk di sekolah menengah pertama.
    “ Aku tidak bisa bernyanyi, tidak bisa mendengar.. Mengapa ayah?”
    Ayah melihatku sambil tersenyum,
    “ Apakah kamu merasa bersedih karena itu?”
    “ Ya, aku sangat bersedih.. Aku ingin seperti mereka.. Bisa bernyanyi dan mendengarkan indahnya musik..”
    “ Mengapa kamu ingin menjadi seperti mereka?”
    “ Karena aku ingin menjadi tim musik sekolah, aku ingin ayah..”
    “ Kalau begitu lakukan..”
    Aku terdiam tidak bisa membalas pertanyaan ayah kemudian ia bangkit dan mengajakku ke ruangan gudang di belakang rumahku, ia mulai membersihkan debu-debu di sebuah meja panjang yang tadinya kupikir adalah meja makan. Ternyata itu adalah piano klasik. Aku memperhatikanya dengan heran,

    “ Ini adalah peninggalan ibumu sebelum ia meninggal setelah melahirkan kamu, ayah sudah tidak pernah mendengarkannya sejak kamu terlahir..”
    “ Lalu..?” tanyaku.
    “ kamu mungkin terlahir tanpa bisa mendengar dan bernyanyi. Tapi kamu terlahir dari rahim seorang ibu yang berjuang agar kamu ada di dunia ini dan ayah percaya, Tuhan memberikan kamu dalam kehidupan karena kamu memang layak untuk itu.”
    “ Tapi aku cacat, tidak normal dan tidak akan pernah bisa mendengar musik? Bagaimana caranya aku bisa seperti teman-temanku.”
    “ Sayang kamu memang tidak bisa mendengarkan musik, tapi kamu bisa memainkan musik?”
    “ Bagaimana caranya?”
    “ Ayah ada disini untuk kamu dan percayalah, musik itu akan terasa indah bila kamu merasakannya dari hati kamu. “
    “ Walaupun aku tidak bisa mendengar..”
    Ayah duduk dikursi dan menyuruhku memperhatikannya bermain piano, Ia menutup matanya lalu memainkan arunan toth piano itu.
    “ Anakku, rasakanlah musik itu dalam hati dan kamu akan tau bertapa Tuhan sangat mencintai siapapun makluk yang ia ciptakan. Walaupun kamu terlahir dengan keadaan cacat dan tidak bisa mendengarkan suara musik itu dari telinga kamu.. Kamu bisa dengarkan lewatkan hati kamu..”
    Ayah mengajakku untuk menyentuh setiap toth piano dan kami bermain bersama, aku memang tidak bisa merasakan apa suara music itu tapi aku bisa merasakan nada dari jari yang ketekan dan itu membuatku bersemangat untuk berlatih piano klasik, aku tau ibuku adalah seorang pemain piano sebelum ia meninggal saat melahirkanku. Aku pun berjuang untuk bermain musik dan perlahan aku mampu membuat sedikit alunan music yang indah. Semua itu kurasakan dalam hatiku, semua itu kurasakan dalam jiwaku.
    Beberapa minggu kemudian, aku mulai berani mendaftar dalam tim musik sekolahku dan guruku menerimaku walaupun ia tau aku cacat tapi setelah aku mainkan piano dan ia terkesan. Aku tau semua orang melihatku dengan aneh, seorang teman bernama Agnes datang padaku.

    “ Hai orang cacat, apa yang bisa kamu lakukan dengan telingamu yang tertutup kotoran?”
    Yang lain tertawa dan menambah kalimat yang melukai hatiku,
    “ Dia mungkin mau jadi badut diantara tim kita, biarkan saja..”
    Ejekan itu berakhir saat guruku datang, mereka semua kembali ke posisi mereka masing dalam alat music yang mereka kuasai. Ibu guru pembimbing kelas musik bersikap hangat padaku, ia memperkenalkanku pada semuanya.
    “ Anak-anak mulai hari ini Angel akan bergabung dalam tim kita, semoga kalian bisa berkerja sama dengan Angel ya..”
    “ Ibu apa yang bisa lakukan untuk tim kita, dia kan budek?” ejek Agnes.
    “ Agnes!! ibu tidak pernah mengajarkan kamu untuk menghina orang lain, jaga sikap kamu. Walaupun Angel cacat secara fisik ia juga memiliki perasaan, tolong kendalikan kata-kata kamu.”
    Aku senang ibu membelaku tapi itu malah membuat semua membenciku, ibu mempersilakan aku memainkan piano, dengan gugup aku bisa bermain dengan baik. Tidak ada satupun tepuk tangan dari teman-temanku, hanya ibu guru seorang. Ketika kelas bubar aku mendekat pada ibu guru, aku menuliskan apa yang ingin aku katakan kepadanya, Ia membacanya.
    “ Ibu , aku mundur saja dari tim, aku tidak mungkin bisa menjadi bagian dari mereka. Karena aku ini cacat. Mereka tidak akan menerimaku?”
    “ Tidak sayang, jangan berkata demikian, kamu special, kamu berbakat, mereka hanya belum terbiasa, percayalah kalau kamu sudah sering bermain dengan mereka. Kamu akan diterima dengan suka cita. Jadi ibu tidak mau mendengarkan kalimat kamu ingin mundur..”
    “ Tapi bu, aku takut bila membuat semua jadi kacau.”
    “ Anakku, beberapa minggu lagi, sekolah ini akan merayakan hari ulang tahunnya, ibu percaya kamulah satu-satunya orang yang layak mengisi tempat di bagian piano, karena teman kamu Rika ( pianis sebelumnya) telah mundur karena sakit cacar”
    Aku pulang ke rumah dan memberi kabar kalau aku diterima dalam tim musik sekolah, ayah begitu gembira menunggu saat-saat aku akan berada dipanggung, ia terus melatih permainan pianoku. Aku tidak pernah cerita bertapa aku sangat diremehkan oleh teman-teman se-timku yang hanya menganggap aku sampah yang tidak layak disamping mereka. Mereka sering memarahi aku dengan kata-kata kasar lalu mereka menghinaku sebagai gadis caca, hal itu terus terjadi disaat kami berlatih persiapan untuk panggung sekolah . Mereka tidak pernah peduli apa yang kumainkan bila benar, mereka selalu bilang salah. Padahal aku yakin aku benar-benar memainkan musik piano ini, sedihnya saat aku bertanya dimana letak kesalahanku yang mereka jawab lebih menyakitkan.

    “ Kamu ini tuli dan budek, bagaimana bisa kamu tau alunan musik yang kamu mainkan itu benar atau salah? Kamu membuat aku muak dengan sikap kamu yang sok pintar dan mencari muka di depan bu guru.” Kata Agnes padaku.
    Aku menangis mendengarkan kalimat itu, aku berlari pulang ke rumah dan satu-satunya kalimat yang kudengar hanya satu. “ Pergi kamu gadis cacat, jangan pernah kembali ke tim kami, kami tidak sudi menerima kamu dalam kelompok ini.”
    Aku menangis hingga di depan rumahku dan ketika aku tiba di gerbang rumahku, sebuah mobil ambulan ada didepan rumahku dan membawa ayah. Aku mengejar perawat yang membawa ayah, ayahku tampak tertidur tanpa bicara, seorang tetanggaku berkata padaku.
    “ Ayahmu terkena serangan jantung, kamu ikut tante saja. Kita pergi bersama-sama ke rumah sakit.”
    Aku shock dan menangis! Bagaimana hidupku tanpa ayah? Sepanjang perjalanan aku terus menitihkan air mata. Ayah tidak sadarkan diri sejak sakit jantungnya kambuh, ia memang memiliki sakit jantung sejak menikah padahal usianya masih sangat muda. tiga hari lamanya aku menemani ayah yang tidak pernah sadarkan diri. Tiga hari pula aku tidak pernah ke sekolah, bu guru bertanya pada Agnes mengapa aku tidak masuk hari ini?”
    “ Mungkin Angel merasa tidak sanggup lagi bergabung dengan tim kita, dia itu bodoh bu! Selalu melakukan kesalahan dan dia pergi begitu saja saat latihan dan tidak pernah kembali hingga saat ini.”
    Ibu guru mencoba pergi ke rumahku, tapi tidak ada seorang pun orang dirumahku. Aku tau beberapa hari lagi perayaaan musik di sekolahku akan dimulai. Mungkin memang sudah menjadi garis tangan hidupku, aku tidak boleh menjadi tim sekolah. Padahal aku sudah berjuang maksimal berlatih piano di rumah. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menjaga ayahku karena ia lebih penting dalam hidupku, ia satu-satunya sahabatku yang bisa mengerti keadaan ku setelah ibu meninggal dunia.
    Ya Tuhan jangan ambil ayahku, doaku setiap saat kepadanya
    Seminggu kemudian,
    Ayah tersadar dan melihat aku disampingnya. Ia tidak bisa bicara banyak, selain bertanya mengapa aku disini, mengapa aku tidak berlatih bersama tim musik disekolahku, aku berpura-pura berkata padanya kalau mereka memberikan aku izin menjaga ayah. Ayah marah padaku, ia bilang aku harus segera latihan dan ia ingin aku tampil disana.
    “ Jangan pedulikan ayah saat ini, yang penting kamu harus bisa buktikan kepada semua orang kalau kamu bisa bermain musik dan tunjukkan kepada mereka kamu gadis yang sempurna ”
    Aku tau itu berat, tapi aku tidak ingin ayah bersedih mendengar penolakkan sahabatku di sekolah, ia berjanji padaku akan lekas sembuh asal aku terus bersemangat latihan musik. Akhirnya aku pun pergi ke sekolah kembali dan masuk ke kelas musik. Ibu guru menyambutku dengan baik, dan langsung memintaku berlatih. Setelah ia pergi, Agnes dan kawan-kawan mendekatiku, mereka mendorongku hingga terjatuh.
    “ Kamu itu makluk Tuhan paling menjijikan, jangan membuat tim kami malu dengan kehadiran kamu di tim music kami. tidak punya malu, padahal kami sudah mengusirmu..”

    Aku terdiam, seorang teman mengatakan pada Agnes,
    “ Percuma dia tuli, dia ga akan mendengarkan apa yang kita bicarakan.”
    Agnes marah merasa aku tidak mendengarkan semua kemarahannya, Ia bersama teman-teman mendorongku hingga keluar ruangan, aku mengetuk pintu dan ketika tanganku berusaha membuka pintu, mereka menjepit tanganku tanpa ampun, aku berteriak kesakitan dan mereka tidak peduli
    “ Astaga dia bisa menjerit juga ya.. kirain dia itu bisu, bisa teriak juga hahaha “ ledek mereka.
    Mereka menyiksaku dan aku tidak berdaya. Tanganku terasa mati rasa, mungkin jariku patah. Aku meminta tetanggaku untuk membalut luka ini dan ia sangat terkejut dengan keadaanku. Aku berkata padanya aku terjatuh di jalan. Tapi aku tidak akan pernah menyerah untuk menjadi tim musik kelasku. Hingga hari itu tiba, dengan luka balut tanganku aku muncul di sekolah. Sebelumnya aku mengatakan pada ayah .
    “ Ayah hari ini aku akan bermain musik dihadapan semua orang, ayah harus mendengarkan ya. “
    “ Anakku, ayah pasti mendengarkan. Maaf saat ini ayah sedang sakit, ini adalah hari istemewamu. Tapi ayah sudah pikirkan bagaimana caranya. Ambil telepon genggam ayah dan biarkan itu menyala saat kamu mainkan.”
    “ Baik ayah.” Aku menuruti ide cermerlang ayah.
    Saat aku keluar ruangan, dokter mengatakan hal kecil disamping ayah “ Jantung anda melemah, anda harus terus berpikir positif sehingga cepat sembuh”
    “ Anak saya akan manggung hari ini, itu membuat saya cemas”
    “ Percayalah , anak anda adalah gadis luar biasa..”
    Aku menangis menuju sekolahku, Saat aku tiba di sekolah, Agnes dan kawan-kawan melihatku dengan jijik. Sepertinya mereka tidak mau aku di panggung, mereka manarik bajuku dan menamparku di belakang panggung.

    “ Pergi cepat, jangan pernah ada disini, kami akan tampil tanpa kamu. Cepat pergi? Sebelum ibu guru datang”
    Tidak, aku tidak akan menyerah walaupun mereka menyiksaku. Aku sudah berjanji pada ayah untuk bermain musik di acara sekolah. Karena mereka mendapatkan aku tidak menyerah, akhirnya mereka mengancam tidak akan tampil dan memaksa aku tampil seorang diri, mereka ingin membuatku malu.
    “ Baiklah, kami tidak akan tampil. Dan silakan kamu tampil sendirian, jadilah badut diatas panggung..”
    Aku tidak mampu berbuat apa-apa ketika mereka mengikat rambutku layaknya orang bodoh, memoles mukaku dengan cat warna merah menyerupai badut sirkus. Aku tidak peduli, aku hanya ingin ayah bahagia dan menepati janji kepada ayah untuk tampil dalam panggung itu. Setelah puas mendandaniku seperti badut mereka pergi mendorong aku diatas panggung saat ibu guru yang bertugas menjadi pembaca acara memanggil tim kami dan aku muncul sendirian, mereka semua berlarian mengumpat.
    “ DImana yang lain?” tanya ibu guru,
    Aku terdiam, semua orang yang ada di bangku penonton menertawakan aku, mereka melihat badut yang sedang berada diatas panggung, aku sungguh tidak bisa berbuat-apa ap.
    “ Astaga apa yang terjadi padamu dan yang lain pergi kemana? Kita tidak akan bisa menjalankan acara music ini.”

    Aku mengambil kertas dan menuliskannya
    “ Bu, izinkanlah aku bermain piano ini, aku sudah berjanji pada ayah untuk bermain piano , ia sedang terbaring lemas di rumah sakit, jantungnya melemah hari ini, aku takut ia akan semakin buruk bila tau aku gagal bermain bersama tim musik di sekolah”
    Ibu menatapku, ia sadar bertapa aku sangat sulit.
    “ Baiklah mainkanlah piano ini, tunjukkan pada dunia kalau kamu adalah orang special dengan musikmu”
    “ Terima kasih bu.”
    Ibu guru memberikan kata-kata sambutan kepada penonton yang terus tertawa karena melihat badut sepertiku, tapi aku tidak peduli. Dengan keunggulan 3g, aku mengadakan video call dan ayah tersenyum padaku memberikan semangat, keletakkan telepon itu diatas meja piano.
    “Tuhan bimbing aku agar semua berjalan dengan baik. Dan dengarkanlah musik ini..”
    Setiap denting musik mulai memecahkan semua tawa yang awalnya menghujatku, menghinaku, arunan musik ini membawa perjalanan kisahku untuk berjuang menunjukkan pada dunia, aku memang terlahir cacat, aku tidak pernah tau apa artinya musik, tidak tau bagaimana suara burung, suara ayah bahkan tragisnya aku tidak pernah tau suara yang keluar dari mulutku sendiri.
    Tapi aku percaya, aku tercipta bukan tanpa tujuan dalam dunia ini. ketika lagu itu usai kumainkan, semua berdiri dan memberikan tepuk tangan, aku menangis. ibu guru memelukku, aku ingin ibu menyampaikan pesanku kepada penonton.
    “ Terima kasih, memberikan aku kesempatan untuk berada ditempat ini. Kini aku tau mengapa aku berbeda, karena Tuhan mencintaiku. Aku tidak akan marah pada Agnes dan teman-teman, aku bersyukur karena mereka mengajarkan aku tentang ketekunan dan ikhlas. Termasuk ayah, yang selalu bilang padaku “ kita tidak perlu merasa sedih dengan keadaan kita, bagaimanapun bentuknya. Karena Tuhan memberikan kita nafas kehidupan dengan tujuan hidup masing-masing”
    Ya aku percaya itu.
  • Diberdayakan oleh Blogger.

    GET A FREE QUOTE NOW

    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat.

    ADDRESS

    Bandung City, Indonesia

    EMAIL

    edestikarani@gmail.com

    MOBILE

    +62 859 5006 9490

    LINE

    estides