Esti Destikarani

I am an Architect

Esti Destikarani

Only a place for express all thoughts into a set of indefinite letters. Hoping to be useful, but being self complacent is very meaningful for me. Thank you, to spend a few minutes just to open this site. Hopefully there's no regret and keep the "kepo" grows to read more articles or sharing stories that I've posted. Its an honor for me if you leave a trail by commenting below the posts. Happy reading and enjoy, Esti.

  • Bandung City
  • +62853-1455-5953
  • edestikarani@gmail.com
  • www.wap-jett.blogspot.co.id
Me

My Professional Skills

I am very good at making dreams but still not ready to wake up and achieve everything I have dreamed of. My time is always used to think about everything. Deeply imagining something satisfying. Because I think everything starts as a dream, but unfortunately its requires ACTION to become true.

AutoCad 80%
SketchUp 90%
Vray for Sketchup 80%
Adobe Illustrator 85%
Adobe Photoshop 85%
Corel Draw 90%
Microsoft Office 90%

Tentang Arsitektur

Kesoktahuan diri ini yang hanya ingin bercakap-cakap tentang arsitektur walaupun ilmunya belum ada apa-apanya. Sharing aja gimanah?

Tentang Travelling

Ah, ini sih cuman konten jalan-jalan biasa. Doain ya, semoga bisa "travelling beneran". Pasti di post deh :)

Curhat Session

Blog ini isinya 1% ilmu, 99% curhat. Jadi buat apa kalian datang haha. Gak deng bercanda. Terimakasih telah berkunjung, luv luv :*

Tentang Portofolio

Berusaha menjadi wanita yang produktif. Cobalah lihat keproduktifan diri ini. Semoga menghibur :')

Hanya Cerita Lampau

Bangsa yang hebat adalah bangsa yang tidak meninggalkan sejarahnya. Begitupun kita sebagai manusia. Apadah wkwk

Artikel Bermanfaat

Nah yang ini semoga beneran bermanfaat ya.

0
Proyek Desain
0
design award
0
facebook like
0
current projects
Tampilkan postingan dengan label sinopsis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sinopsis. Tampilkan semua postingan
  • Menjelajah Pelosok Bandung, Ranca Suni, Keindahan yang Terkikis Waktu

    Cita-cita Ibuku yang entah sejak berapa tahun lamanya ingin segera pergi mengunjungi tempat ini namun baru terwujud baru-baru ini.
           ___________________
    Ibuku adalah seorang wanita paruh baya yang lahir di tengah perkebunan teh. Ia terbiasa hidup ditengah hembusan angin gunung dengan semerbak wewangian daun teh. Hidup berdampingan dengan petani dan juragan-juragan pabrik yang kental dengan nuansa didikan belanda. Dulu Ibuku lahir di sebuah daerah bernama Gunung Mas di Bogor. Ayahnya yang juga adalah Kakekku adalah seorang yang ahli dalam berkebun dan paham betul bagaimana mengelola teh dari mulai proses pembibitan hingga proses ekspor teh. Kakekku hingga saat ini yang usianya hampir 85 tahun, tidak pernah lupa akan kenangannya memimpin sebuah pabrik teh. Bahkan kenangan itu terus diceritakan kepada cucu-cucunya termasuk aku berulang kali sampai aku bosan. Tapi salahnya aku, hanya mendengar tanpa melibatkan perasaan. Padahal ketika Kakekku bercerita yang ia ingin sampaikan adalah perasaan rindu ingin kembali ke masa itu. Masa ketika muda yang sehat, yang kuat, yang penuh dengan tantangan. Sama seperti aku merindukan teman-temanku yang ahh.. sudahlah, banyak sekali yang pergi. Pergi dengan pasangan-pasangannya, pergi dengan kesibukannya, dan memilih jalan masing-masing. 

    Menghabiskan waktu bertahun-tahun di Gunung Mas, suatu ketika Kakekku diharuskan untuk pindah tugas. Ia sempat dipindahkan ke Perkebunan Teh Panjang, lalu Cikopo, dan Perkebunan Gedeh, hingga yang terakhir ke Bandung tepatnya di Ciwidey. Sebuah pelosok desa yang indah, sejuk, sungai mengalir dengan jernihnya, burung-burung dan suara binatang-binatan lain masih terdengar jelas. Ditengah kesunyian kampung yang berwajahkan Sunda, lengkap dengan rumah berdinding bilik dengan teras depan berlantai kayu. Kampung itu bernama "Ranca Suni".

    Sewaktu Kakekku dipindahkan dari Bogor ke Ranca Suni, Ibuku terpaksa ikut meskipun masih berusia sangat kecil. Ini lah tempat Ibuku bermain dan menghabiskan waktu kecilnya sebelum Ia pindah lagi ke lain kota. Menurutnya tempat ini sangat berkesan. Karena diingatannya dulu begitu indah. Sebuah tempat yang nyaman yang takan lagi kita temukan di kota-kota jaman sekarang yang penuh dengan hiruk pikuk kesemrawutan. Di sini tempat tinggal Ibuku dan Kakekku sangat berdekatan dengan pabrik tempat Kakek bekerja. Bahkan Ibuku bisa melihat dari jendela ketika kakek sedang kerja di ruangannya. Saking indahnya saudara-saudaranya yang berada di kota sering berkunjung ke sini hanya untuk botram atau sekedar silaturahim. 

    Ranca Suni ini tempatnya sangat tersembunyi karena berada di lembah. Dikelilingi gunung-gunung dan perkebunan teh yang berada lebih tinggi daripada perkampungan. Wajar bila disini udara selalu dingin bahkan bisa mencapai 17 derajat. Sambil aku mendengarkan cerita Ibuku, aku membayangkan betapa serunya saat itu. Akhirnya setelah bertahun-tahun lamanya, aku baru bisa mewujudkan keinginan Ibuku untuk bisa pergi kesana. Melihat-lihat rumah masa kecilnya dan tempatnya bermain.

      ___________________
    Sebelum pergi kesana aku sempat berdebat dengan Ibu karena lokasi yang belum pasti. Lokasi yang ada diingatan Ibu ternyata berbeda dengan lokasi yang berada di google maps. Akupun bingung harus percaya yang mana. Ibuku sudah pergi meninggalkan tempat itu puluhan tahun lamanya wajar bila ia lupa dan kecanggihan teknologi terkini pun tidak bisa aku pungkiri ketepatannya. Akhirnya kami memutuskan pergi dengan percaya pada google maps. Kakakku yang menjadi supir agak kewalahan dengan jalan yang diarahkan peta online ini. Karna jalannya berliku, naik dan turun serta tak nampak sama sekali ada tanda-tanda keberadaan kebun teh. Sama sekali bukan yang ada dalam ingatan Ibu. Setelah sampai di titik tujuan yang google maps arahkan, ternyata bukan ini tempat itu. Sepertinya kami tersesat dan terpaksa berbalik arah. Kami pun melalui jalan naik dan turun itu lagi hingga sampai ke jalan utama. Kami akhirnya memutuskan untuk bertanya ke warga sekitar dan ternyata kami tersesat lagi untuk keduakalinya. Kami malah terlalu jauh mengambil jalan bahkan hampir ke Cianjur. Untungnya di tengah jalan kakakku berhenti dan kembali bertanya pada pedagang warung, ternyata kelewatan katanya. Kami pun kembali berbalik arah. 

    Akhirnya setelah melalui perjalanan yang panjang kami menemukan secercah harapan ketika kami melihat penunjuk arah bertuliskan "Ranca Suni". Dan dari situ ingatan ibuku kembali muncul hingga sampailah kami ke sebuah desa yang sangat historistik. Aku sebagai pecinta bangunan-bangunan bersejarah ketika dibawa ke tempat seperti ini imajinasiku akan kehidupan di masa lalu tiba-tiba muncul. Aku terkagum dan merasa seperti ada di tempat yang asing yang begitu asri. Namun ketika aku melihat raut wajah Ibuku, justru Ia terlihat berbeda. Ternyata Ranca Suni yang sekarang tidak seperti yang diharapkannya. Iya, tidak seperti dulu, tidak seindah kala itu. 
      ___________________

    Pabrik pengolahan teh milik PTPN yang kondisinya sangat memprihatinkan. Sama sekali tidak direnovasi dari dulu hingga kini. Mesin-mesin tampak berkarat namun dipaksakan tetap berjalan. Sebagian kacanya pecah bahkan lepas dari kusennya dan didiamkan begitu saja. Dinding yang sepertinya tidak pernah lagi di cat ulang hingga warnanya begitu kusam. Akupun tak melihat begitu banyak pekerja disana. Yang aku lihat hanya sebuah mesin besar sedang berputar menggiling dedaunan teh. Disebrang pabrik itu dulunya adalah bengkel kini terkesan kosong bak rumah hantu hingga gentengnya pun diselimuti lumut. Bentukannyapun tak lagi kokoh. Akupun penasaran dengan rumah yang dulu ditinggali oleh Ibu dan Kakekku. "Ti, dulu rumah Ibu ada disana (sambil menujuk). Tapi sekarang ko gaada ya. Ibu inget banget dari rumah ke pabrik itu keliatan dan gak jauh." Ternyata rumah itu hanya tinggal bongkahan-bongkahan batu bata yang hampir rata dengan tanah karena sudah dihancurkan. Kami tertegun beberapa menit tepat di depan rumah yang dulu Ibu tinggali. Aku rasa Ibu ingin menangis, terlihat kesedihan di raut wajahnya. Rumah-rumah lain milik petani teh kini tampak lebih mirip gubuk tua yang reot tak seperti dulu yang kental dengan budaya lokal bernuasa Sunda. Sejenak Ibuku berbincang dengan warga yang sedang bercocok tanam dihalaman depan rumahnya. Warga disana sangat ramah meskipun kami pengunjung dari luar. Tak terhitung jumlah rumah yang ada disini namun kondisinya hampir sama. Nampak pula sebuah bangunan besar seperti bangunan serbaguna yang dipakai untuk GOR dan TK begitu tak terawat. Sungai yang dulu indah kini tak terawat hingga ditumbuhi rumput-rumput liar di pinggirannya, namun airnya masih tetap jernih mengalir diantara bebatuan besar. Dari kejauhan masjid terlihat bersih namun fasilitas sangat jauh dari kata nyaman. Kami memang tidak masuk ke area sholatnya, namun kami melihat2 kamar mandinya yang ternyata kotor dan bahkan pintu-pintunya pun rusak. Ah ini bukan seperti dulu ketika Ibuku tinggal disini. Sangat jauh berbeda.

      ___________________
    Tapi dibalik kekecewaan Ibu, aku bersyukur bisa membawa Ibu kemari sampai rasa penasarannya sudah hilang. Sejujurnya akupun agak miris karena sekelas perusahaan BUMN kondisinya tidak sebaik yang aku kira. Padahal produksi teh di Indonesia sangat maju dan bisa sampai ekspor ke negara lain. Ranca Suni-pun sangat potensial jika dijadikan tempat wisata seperti perkebunan teh yang lain. 

    Kami berkeliling desa itu sambil berfoto-foto ria dan akhirnya kami pulang dengan perasaan yang bercampur aduk. 

    Ranca Suni, semoga ada orang baik yang bisa memajukan desa ini jadi seperti dulu lagi.
    Satu lagi keinginan Ibu, untuk bisa melihat Gunung Mas di Bogor. Insya Allah ya Bu, pasti kita kesana. Kalau sekarang keadaannya masih seperti ini dan tidak memungkinkan buat berpergian. Mudah-mudahan Gunung Mas tidak seperti Ranca Suni ya Bu :)


    Bangunan GOR, TK dan GSG Ranca Suni (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Rumah dinas pejabat pabrik teh perkebunan Ranca Suni (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Nampak dari kejauhan rumah-rumah penduduk berjajar rapi. (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Kami yang sedang asyik menyusuri jalanan Ranca Suni. (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Jembatan yang melintang di atas sungai. (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Salah satu kondisi rumah warga. Nampak sekali banyak kerusakannya :( (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Pintu masuk GOR Rancasuni. (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Dari kejauhan Masjid tampak kokoh meskipun kubahnya tak lagi bersinar seperti dulu. (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Bayangkan jika ini rumah kalian :( (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Ini adalah kondisi sungai yang tertutup rumput liar. (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Bangunan yang dijadikan tempat penyimpanan benda-benda tak terpakai sampai seperti ini kondisinya. Menyedihkan :( (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Indahnya Ranca Suni dari atas. (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    TK Tunas Karya II Ranca Suni (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Apa yang ada di benak kalian wahai arsitek? (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Masuknya lewat mana ya? (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Rusak dimana-mana. Horor banget kayanya ini. (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Bekas bengkel yang lebih mirip rumah hantu. (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)










  • WFH atau Tidur?

    Sudah masuk minggu ke-3 WFH. Beberapa mungkin ada yang belum mulai atau ada yang sudah lebih dari itu. Kalau saya sendiri sebenernya full WFH itu dari mulai minggu kemarin, meskipun sebenernya gak WFH-WFH banget karena nyatanya saya masih suka ke kantor kalau ada kerjaan urgent atau kebutuhan dadakan lainnya yang meskipun gak lama. Untungnya jarak dari rumah ke kantor gak terlalu jauh, cuma kaya dari "UPI ke Borma Setiabudhi".
    Mungkin ini salah satu bentuk peningkatan produktifitas saya selama WFH. Kalau boleh cerita sih sebenernya hal ini yang saya idam-idamkan dari dulu. Bukan tentang COVID-19 ya. Tapi tentang kerja di rumah. Iya, entah kenapa saya itu termasuk orang yang betah tinggal di rumah. Meskipun rumah saya bukan rumah mewah yang segala fasilitasnya tersedia atau punya ruang kerja yang nyaman dengan view taman dan segala rupa kenikmatan. Sama sekali engga. Kadang saya kerja diatas kasur dengan laptop beralaskan papan gamtur (nax arsi upi pasti pada punya papan ini deh). Kadang juga pindah kalau lagi bosen ke ruang tamu, eh taunya tiba-tiba ada tamu dan paniklah saya. Setiap sudut rumah adalah kebahagiaan. Rumah adalah tempat terbaik bukan hanya untuk berlindung tapi juga untuk berkarya. Itulah definisi rumah menurut sudut pandang saya.

    Tapi kadang ada dukanya juga sih dan masih dilematis sampai sekarang. Mungkin banyak juga yang mengalami hal serupa. Ketika kita sedang bekerja, kadang orang rumah suka meminta pertolongan ke kita misalnya cuci piring atau beliin sesuatu ke depan atau apapun itu. Dilematis banget kadang perang batin antara mau bilang "gak liat apa gue lagi kerja" wkwkw atau dengan solehahnya langsung berhenti kerja dan menuhin permintaan orang rumah. Kalau kalian gimana guys?

    Pernah ada pengalaman konyol juga nih selama WFH. Jadi saat itu sy lagi kerja seperti biasa, tiba2 sekitar jam 11an gatau kenapa ngantuk berat. Akhirnya tidurlah sy sampai kurang lebih jam 13.30 dan itupun bangun karena dengar suara getar HP yg sy simpan di sebelah badan sy di kasur. Begitu dibuka ternyata ada undangan untuk vcon dengan tim membahas kerjaan jam 13.45. Paniklah saya, belum cuci muka, belum mandi, belum dikerudung. Muka masih muka bantal. Mungkin buat cowo sih woles ya. Kalau buat cewe agak2 risih juga meskipun meetingnya hanya lewat zoom. Alhasil semuanya tersiapkan meskipun hanya 15 menit dandan dan persiapan dokumen. Lalu begitu meeting dimulai tiba-tiba ada pesan masuk dari rekan kantor. "Bu Es, belum mandi ya? Mandi dulu gih". Dan ku terkejut ketika ada temen yang sadar kalau aku belum mandi padahal udah pake makeup segala rupa :(

    So buat kalian yang lagi WFH, tolong pastikan kalian mandi pagi2 sebelum jam kerja biasanya di mulai. Karena di dunia ini banyak sekali orang yang matanya jeli dan bisa bedain mana orang yang udah mandi atau belum ketika bertatap muka meskipun hanya lewat media digital :(

    Sekian, konten gabut ini.
    Salam
  • Papandayan, Trip Pertama saat Masuk Kuliah #1

    Setelah cerita tentang keseruan piknik cantik ke Ciwidey yang sebelumnya pernah saya posting (bagi yang belum baca klik link ini ya), kali ini saya ingin flashback mengenang masa-masa kuliah dulu. Masa-masa pencarian jati diri dan segala macam keseruan didalamnya yang akhir-akhir ini bikin baper terus karena keingetan wkwk. 
    Papandayan, Trip Pertama saat Masuk Kuliah 
    Sesuai dengan judulnya, saya lagi-lagi ingin bercerita tentang hajat travelling saya yang kali ini agak ditarik mundur jauh 4 tahun silam saat saya masih endut-endutnya kata orang-orang, yang sampai sekarang masih aja jadi bahan ejekan. Hiks. Dulu berat badan saya memang tidak ideal dengan tinggi badan yang sebegini keadaanya. Pakaian yang saya gunakan ketika itupun belum mampu menutupi kelebihan berat badan saya, dalam arti saya belum bisa mensiasati cara berpakaian yang dapat membuat badan terlihat lebih ramping. Apalagi gaya hidup saya pada waktu itu yang sangat sering meminum minuman bergula setiap hari dan makan-makanan yang berlemak, semakin memperparah keadaan berat badan saya. Tapi pada akhirnya saya mencoba untuk sedikit-sedikit diet minuman manis sekalian menghemat pengeluaran untuk biaya ngeprint dan kebutuhan perkuliahan yang mahal-mahal lainnya. Alhamdulillah berat badan saya pun bisa turun 7 kilo. Namun kini naik lagi 5 kilo :(
    Sebuah pengalaman berharga bisa bertemu teman-teman yang satu hobi. Saat itu, saya masih suka dengan acara-acara pendakian (efek ikut pramuka). Ya meskipun bukan pendakian ke gunung-gunung ekstrem dan menantang, tapi untuk diri saya sendiri adalah sebuah kesenangan dan penghargaan tersendiri bisa lebih liar sedikit daripada ladies yang suka hangout di mall atau cafe. Karena keduanya bisa mengeluarkan budget yang sama tapi pengalaman yang didapat tentu berbeda. Kala itu saya masih duduk di semester awal dan ternyata banyak juga teman-teman yang hobi mendaki, tapi tentunya mereka lebih expert dibanding saya. Terutaman dari sisi perlengkapan, fisik, dan skill tentunya.  Akhirnya diajaklah saya untuk liburan ke Gunung Papandayan di Garut. Kali itu saya hanya wanita seorang diri dari kelas TA, dan 2 orang dari kelas PTA, sisanya semua para lelakyy perkasa sebanyak 4 orang. Sayapun berangkat dengan perlengkapan seadanya. Bukan perlengkapan ala-ala para pendaki yang super savety, hanya berbekal ransel biasa, sepatu converse kesayangan, jashujan, dan jaket yang tidak terlalu tebal. Padahal waktu itu sedang musim hujan dan di daerah pegunungan pasti sangat dingin. Sisanya perlengkapan tambahan seperti baju, alat sholat, alat makan, dan alat mandi. 
    Berangkatlah kami dari Kampus UPI Bumi Siliwangi menuju Kota Dodol alias Garut. Waktu itu saya dan teman2 menggunakan angkot untuk bisa sampai ke Terminal Cicaheum dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Garut dengan Bis. Sesampainya di kota kelahiran domba-domba super ini, saya melanjutkan trip ke Gunung Papandayan dengan menggunakan mobil pick-up milik kenalan teman saya yang merupakan penduduk asgard (aseli garud). Alhasil karena waktu itu hanya saya yang sepertinya paling manja dan menye2 diantara teman2 yang lain, saya pun disarankan untuk duduk di samping pak supir yang sedang bekerja, alias duduk di kursi paling depan. Yaa, enaknya saya jadi aman dari hujan dan malu diliatin orang, tapi resikonya saya gak bisa ngobrol dengan yang lain daan perlu memutar otak untuk mencari topik pembicaraan dengan pak supir, dan yang paling sulitnya adalah bagaimana berbincang2 santai dengan menggunakan bahasa sunda yang sopan. Mulai dari pembicaraan:
    "Pa, upami bapa teh sahana indra? emangna panginten nya?"
    "Sanes, abimah _______-na", jawabnya. Saya lupa bapak itu siapanya temen saya. Pak lurah atau pa RT gitu ya :( 
    Hingga pembicaraan tentang batu ali yang beliau pakai dan hobi berkeliling dengan mobil yang beliau senangi. Wah, padahal saya hanya memancing pembicaraan 2 kalimat singkat. Namun dari 2 kalimat tersebut bisa sampai kepada pembicaraan panjang yang membuat saya tak sadar ternyata saya sudah sampai di tempat pemberhentian pertama untuk menuju Gunung Papandayan.  Namanya adalah Simpang Cisurupan. Di sekitar situ juga terdapat sebuah masjid yang cukup besar. Kami berisitrahat, shalat, dan menyantap beberapa cemilan yang kami bawa. Disana, kami juga bertemu dengan pendaki lainnya yang super duper kece. Cowonya ganteng-ganteng, cewenya kece-kece. Wah jauh banget kalau dibandingin antara saya dan mereka. Penampilan memang mencirikan profesionalitas ya, hm. Okey, meskipun dengan keadaan saya yg seperti ini, saya tidak pernah larut semangat untuk bisa sampai ke puncak malam nanti.

    Mobil yang kami naiki untuk menuju ke Simpang Cisurupan


    Maaf ya saya nyolong gambar ini dari website orang karena saya tidak sempat mengambil foto di lokasi ini. Ini link sumbernya guys https://dailyvoyagers.com/blog/2017/10/11/rincian-perjalananan-menuju-gunung-papandayan/ 



    Bersambung...
  • Wajib Kunjungi 3 Tempat Wisata Ini Jika Ingin Berlibur Menikmati Keindahan Alam Kota Bandung


    Hai Bandungers!
    Semakin banyak orang yang datang ke Bandung, semakin banyak juga tempat wisata yang menjadi incaran turis lokal maupun mancanegara. Mulai dari wisata kuliner, wisata belanja, wisata histori, wisata alam, bahkan wisata selfie. Meskipun tempat wisata buatan kini semakin merajalela, namun wisata alam alami tetap menjadi nomor satu bagi para Bandungers. Bener gak? 
    Nah, wisata alam yang satu ini belum afdol rasanya kalau belum kalian kunjungi karena sudah pasti tempat-tempat ini bakal membuat otak kalian fresh dari hiruk pikuk Kota Bandung. Dan jangan lupa setelah membaca postingan blog ini, segera agendakan liburan kalian bersama keluarga, teman, gebetan, siapapun itu, karna dijamin tempat-tempat ini gak kalah seru dan tentunya hemat di kantong. 

    1. Kawah Putih, Ciwidey, Bandung 

    Suasana Kawah Putih saat musim penghujan. Kabut menyelimuti area kawah sehingga jarak pandang pengunjung sangat terbatas. Disarankan untuk berkunjung saat hari sedang cerah (Sumber: Dokumentasi Fakhitah Shabirah, 2019).

    Nah, yang pertama yang wajib kalian kunjungi yaitu Kawah Putih yang terletak di selatan Kota Bandung tepatnya di Ciwidey. Kawah Putih ini merupakan danau yang terbentuk dari letusan Gunung Patuha. Gunung ini merupakan gunung yang konon dianggap memiliki banyak cerita dan sejarah serta hal-hal mistis loh guys. Kalian bisa baca ceritanya di sini. Tapi dibalik semua carita-cerita mistis itu, Kawah Putih mempunyai keindahan tersendiri yakni hamparan air danau putih kehijauan dikelilingi gunung-gunung serta tebing belerang. Tak jarang orang sering memanggilnya seperti pantai pasir putih di atas gunung. Keindahan Kawah Putih memang tak ada duanya. Di sekeliling danau juga terdapat hutan mati yang photogenic. Tak sedikit pengunjung yang menjadikan area ini sebagai tempat prewedding atau hanya sekedar berfotoria. 



    Sudut lain Kawah Putih yang sedng berkabut. (Sumber: Dokumentasi Pribadi Fakhitah Shabirah, 2019)
    Untuk dapat kesana, kalian bisa membawa kendaraan pribadi atau kendaraan lain yang bisa dipakai untuk perjalanan jauh, menanjak, dan agak sedikit berbatu. Karena posisinya memang berada di gunung ya guys. Biaya yang diperlukanpun gak merogok kocek terlalu dalam. 
    Jadwal kunjungan ke Kawah Putih ini dari jam 07.00 pagi - 17.00. Itupun berdasarkan kondisi cuaca (menurut situs resmi Kawah Putih). Jadi lebih baik datang kesana di waktu-waktu yang pas, jangan terlalu pagi dan jangan kesorean. Untuk persediaan juga, jangan lupa membawa masker pribadi dari rumah supaya menghemat pengeluaran. Meskipun disana tersedia banyak pedagang masker yang menjual masker dagangannya seharga Rp 5.000,00, namun alangkah baiknya jika lima ribunya kita sisihkan untuk modal kawin saja guys. Untuk yang berkunjung saat musim hujan, jangan lupa juga membawa payung dan jaket tebal, karena suhu disana akan turun drastis. Bagi yang merencanakan prewedding disana, dikenakan biaya Rp 500.000,00 dan bisa langsung menghubungi pengurus Kawah Putih di website atau contact person yang tersedia.  
    Berfoto ria bersama ciwi-ciwi Teknik Arsitektur UPI 2014 (Sumber: Dokumentasi Pribadi Fakhitah Shabirah, 2019)


    2. Penangkaran Rusa, Ranca Upas, Ciwidey, Bandung




    Instalasi yang menjadi point of view di kawasan Ranca Upas. (Sumber: Dokumentasi Pribadi Fakhitah Shabirah, 2019)

    Yang kedua yaitu Penangkaran Rusa Ranca Upas. Tak jauh dari lokasi Kawah Putih, kalian bisa langsung melanjutkan perjalanan ke arah Selatan menuju tempat wisata ini. Disini kalian bisa melihat hamparan rerumputan yang luas yang tentunya didalamnya terdapat rusa-rusa jantan maupun betina yang cantik-cantik dan jangan khawatir, rusa-rusa ini sudah jinak karena sering bertemu dengan pengunjung. Untuk mampir ke lokasi ini, jangan lupa membawa potongan wortel untuk memberi makan rusanya. Atau bisa juga membeli makanan di lokasi pembelian tiket. Untuk kalian yang sudah terbiasa dengan hewan yang berbulu dan besar seperti rusa, tidak ada salahnya untuk terjun langsung dan bercengkrama dengan mereka. Tapi bagi yang takut, kalian bisa menikmatinya dari atas rumah panggung sambil berfoto ria. Oiya jika kalian datang kesini saat musim hujan, usahakan jangan memakai sepatu "cantik" seperti heels atau sepatu mahal ya guys. Karena khawatir sepatu kalian malah ambles ke lumpur becek atau menginjak ranjau-ranjau si rusa. 
    Penampakan girlband bersama 2 rusa yang memandang aneh dan nyinyir dalam hatinya. (Sumber: Dokumentasi Pribadi Fakhitah Shabirah, 2019)



    Area padang rumput di penangkaran rusa Ranca Upas, Ciwidey, Bandung. (Sumber: Dokumentasi Pribadi Fakhitah Shabirah, 2019)

    3. Situ Patenggang, Bandung

    Suasana Situ Patenggang yang sejuk (Sumber: Dokumentasi Pribadi Esti Destikarani, 2019)

    Yang terakhir yang wajib kalian kunjungi setelah Kawah Putih dan Penangkaran Rusa Ranca Upas yaitu Situ Patenggang. Ya! Surga di kawasan dataran tinggi yaitu 1600 meter diatas permukaan laut. Menurut beberapa sumber yang saya baca, Situ patenggang ini memiliki luas sekitar 45.000 hektar loh guys, serta luas total cagar alamnya mencapai 123.077,15 hektar.  Luas banget ya. Di kawasan ini juga tersedia resort yang bertemakan glamping, alias glamourous camping. Jadi konsep si resort ini menyajikan konsep kemping di "tenda" tapi fasilitas yang tersedia merupakan fasilitas hotel. Viewnya pun langsung ke Situ Patenggang dan perbukitan disekitarnya. Buat pasangan yang baru menikah atau untuk liburan seru dengan keluarga cocok banget pastinya. Disini juga kalian bisa menyewa perahu dayung, ataupun perahu boseh yang bisa kalian gunakan untuk menyebrangi danau. Dan jangan lupa untuk membawa kamera atau handphone yang dapat mengabadikan momen keindahan alamnya ya, Guys! Oya satu lagi, di kawasan situ patenggang ini juga ada resto yang sedang ngehits yaitu resto berbentuk perahu atau yang dikenal dengan Pinisi Resto. Konsepnya unik karena berbentuk perahu tapi berada diatas perbukitan. Hmm..Menarik. Mungkin bisa kalian coba telusuri di beberapa sumber di situs lain yang lebih meyakinkan ya. 
    Pemandangan Pinisi Resto dari kejauhan (Sumber: Dokumentasi Pribadi Esti Destikarani, 2019)


    Saung di pinggir Situ Patenggang (Sumber: Dokumentasi Pribadi Esti Destikarani, 2019)


    Dibalik senyum yang tersungging di bibir ini, terdapat napas yang tertahan dan ketakutan akan perahu terguling. (Sumber: Dokumentasi Pribadi Esti Destikarani, 2019)
    Oke huys, daripada lama berbasa-basi, mending kita langsung bahas soal harga ya. Berikut rincian biaya untuk masuk ketiga tempat wisata tersebut. Rincian harga disini merupakan rincian harga asli pada Januari 2019 dimana saat kami memang benar-benar mencoba untuk datang kesana. Harga sewaktu-waktu bisa berubah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hanya untuk bayangan perkiraan budget yang harus disediakan jika ada teman-teman yang berminat untuk datang kesana yaaac.




    Tiket masuk wahana Kawah Putih   : Rp 20.000,00/orang
    Tiket masuk kendaraan roda 4        : Rp 150.000,00/unit (sampai parkir atas)
     
    Tiket masuk wahana Ranca Upas     : Rp 15.000,00/orang
    Tiket parkir kendaraan roda 4         : Rp 10.000,00/unit
     
    Tiket masuk wahana Situ Patenggang : Rp 20.000,00/orang
    Tiket parkir kendaraan roda 4            : Rp 5.000,00/unit
    Biaya sewa perahu                             : Rp 15.000,00/orang (bisa nego)
    Nah, sekarang udah kebayang kan. Jangan sampai kelewatan untuk berwisata alam kesini karna dijamin gakan rugi. 
    Selamat berwisata, semoga liburan kalian menyenangkan :)

  • :')

    Selain memberi kesenangan, kamu juga memberi banyak pengalaman hidup yang baru.

    Bukan jarak yang memberi batas, bukan prinsip yang tidak selaras, bukan juga karena godaan paras, tapi kita memang hanya sedang Tuhan simpan dalam dua sangkar yang berbeda. Masing-masing tersimpan dengan baik, menunggu masanya datang. Masa untuk muncul kembali ke permukaan. Hingga suatu saat yang baik itu datang, dimana senyum saling tersungging dari setiap bibir. Tangis haru yang akan memaksa tangan-tangan itu untuk menghapusnya. Perlahan menghapus dua pipi yang terbasahi air mata. Bahkan Tuhan sudah tahu, mana yang tebaik untuk kita. Asalkan kita berusaha. 

    Namun, ketika pikiranku berbalik pada masa lalu, rasanya indah, namun mengenangnya rasanya membuat salah satu dari bagian tubuhku linu. Banyak hal yang membuatku tergagum-kagum atau bahkan mencela-cela keburukan pada orang itu. Padahal, cermin besar sudah terpampang di kamarku sebagai media introspeksi. Tapi terkadang hal seperti ini hanya membuatku semakin sulit untuk menghirup nafas segar. Sesegar saat aku belum pernah bertemu dengannya. 

    Selain memberi kesenangan, banyak sekali pengalaman hidup yang aku rasakan. Indahnya berbagi, indahnya hidup dalam kesederhanaan, indahnya sebuah hasil dari perjuangan yang keras, indahnya bertukar ilmu dalam heningnya malam. Banyak hal yang aku dapatkan ketika aku mengenalmu. Tiga tahun lebih yang takkan lagi ku anggap sebagai kesia-siaan hidup. 



  • Hidup Satu Atap Bersebelas #1

    Malem ini aku pengen ceritain masa-masa indah selama 33 hari bersama teman baru, tempat baru, kebiasaan baru, dan segalanya baru. Entah kenapa tiba-tiba inget. Kangen? Mungkin. Tapi gamau lagi sih haha. Aku cuma rindu aja, dan rindu bagiku gak seberat apa yang Dilan bilang. Rindu itu mengasyikan :')

    Semester tujuh ini adalah waktunya aku untuk menuntaskan mata kuliah-mata kuliah perentelan buat bisa menuju ke tugas akhir dan sidang. Salah satu mata kuliah yang paling ditunggu-tunggu banyak orang yaitu KKN alias Kuliah Kerja Nyata. Why? Katanya sih KKN itu rame, ajang cari jodoh, have fun, banyak belajar banyak dari masyarakat, dll. Tapi entah kenapa saat itu aku ngerasa B aja. Mungkin cukup asyik sih mendengar kakak tingkat bercerita tentang pengalaman mereka semasa KKN, tapi bagi aku yang 'rada' susah buat bisa deket sama orang kayanya perlu usaha ekstra di KKN ini. Makanya awal-awal jujur ada rasa-rasa males sebenernya haha. Belum lagi tugas-tugas dan UAS masih pada numpuk kaya cucian. Hadeh, ribet deh pokonya. Tapi mau gimana lagi, nikmati aja, toh beres juga haha :')

    Mulai lah KKN dengan diklat-diklatan dan pelepasan mahasiswa KKN. Disitu aku sama temen-temen kelompok masih diem-dieman gitu. Masih malu ceritanya haha. Aku berusaha ngajak ngobrol dan cari topik, tapi kayanya masih terlalu dini untuk memulai. Jadi pas diklat, gak banyak yang aku obrolin dari sekedar hai, kamu jurusan apa, dimana kosannya, kenal sama si ini gak. Kurang lebih gitu dan hening lagi berusaha mencari topik tapi gak ketemu. So Sad wkwk.

    Setelah diklat dan pelepasan, mulailah dengan survei-survei ke lokasi KKN. Untungnya lokasinya ga terlalu jauh karena masih di Kabupaten Bandung Barat, tepatnya di Desa Tugumukti, Kecamatan Cisarua. Yaaa, tapi lumayan juga sih pegel. Banyak juga hal-hal konyol pas survei nih. Pertama, nyasar. Wkwk, iya, sedih ya. Nyasar ke desa tetangga. Tapi untungnya ga terlalu jauh. Padahal itu udah ngikutin sama google maps loh kayanya. Temen sih yang ada di depan, aku cuman ngikutin aja di belakang. Tapi sama si google dibawa muter dulu hadeh. Untung pemandangannya kereeeeeennn banget. Gunung, kebun, sawah, jurang, ah indah lah. Indah yang tidak aku temukan di Kota Bandung.


    Pemandangan di sekitar desa. Diambil waktu lagi survey terus nyasar tapi suka sama pemandangannya haha, cekrek dek.

    Akhirnya ketemu sama Kantor Desa Tugumukti

    (Bersambung......)
  • Perbedaan Mahasiswa Lulusan SMK dan SMA di Kelas Arsitektur

    Selamat malam temen-temen semua. Malem ini ada topik menarik dan rasanya perlu diposting di sini buat nambah-nambah ocehan yang mungkin tidak terlalu penting bagi kalian tapi seru kalo dibahas hahaha. Biarin aku ngoceh sendiri aja ;) 

    Latar belakang kenapa topik ini diambil mungkin gara-gara obrolan singkat antara anak SMA versus anak SMK di salah satu minimarket di daerah Bandung atas barusan yang lagi ngobrol seputar tugas dan mapres. Hmmm.. gimana ya kira-kira obrolan pastinya? Intinya gaada yang kalah ataupun yang menang. Baik lulusan SMK, maupun SMA semua adalah mahasiswa yang dapat diunggulkan. Mereka punya cara berpikir masing-masing yang membuat mereka menjadi berbeda. Apa sih itu? 

    Jurusan SMK yang dimaksud disini yaitu SMK jurusan TGB atau Teknik Gambar Bangunan ya guys karena rata-rata mahasiswa yang duduk di kelas arsitektur hampir 50%nya dari smk TGB. 

    1. Mahasiswa lulusan SMK adalah mahasiswa logis dan handal mengoprasikan software arsitektural (sketchup, 3dmax, autocad, dsb). Wajar, karena mereka sudah punya pengalaman banyak dibidangnya selama 3 tahun belajar di smk. Logis dalam artian mereka mampu memperkirakan bagaimana struktur yang baik untuk sebuah desain bangunan dan mengkalkulasi secara kasar biaya yang dibutuhkan untuk membangun sebuah bangunan. 

    Sedangkan mahasiswa lulusan SMA adalah mahasiswa yang memiliki kreatifitas yang lumayan baik walaupun mereka belum mampu memperkirakan bagaimana sistem struktur maupun anggaran biaya yang dibutuhkan karena mereka belum memiliki dasar dibidangnya. Pada awal-awal perkuliahan mereka agak kalut dengan berbagai macam software yang harus dikuasai dalam jangka waktu yang relatif pendek, namun semakin bertambahnya tugas, mereka semakin mahir mengoperasikan software-software arsitektural tersebut.

    2. Mahasiswa lulusan SMK memiliki pengalaman lebih banyak di lapangan daripada lulusan SMA. Mereka tau bagaimana pekerjaan arsitek dilapangan yang sebenarnya. Hal tersebut wajar karena mereka sudah pernah terjun langsung ke lapangan saat PKL di smknya. Meskipun bukan menjadi seorang arsitek, namun mereka semua diperintah oleh seorang arsitek. 

    Sedangkan mahasiswa lulusan SMA tidak memiliki pengalaman tersebut. Mereka menganggap bahwa arsitek adalah apa yang ada di kepalanya. Mereka ingin menjadi seorang arsitek yang dikhayalkannya. Fokus mereka adalah arsitek adalah seorang perancang, konseptor, tanpa perlu mengasah pengetahuan mereka soal matrial bahan bangunan, rab, ataupun DED, padahal langkah dasar untuk menjadi arsitek adalah menguasai hal-hal tersebut.

    3. Mahasiswa lulusan SMK menjunjung tinggi mata kuliah perancangan dan struktur konstruksi dan cenderung mengabaikan mata kuliah dasar umum yang juga sebenarnya mempengaruhi nilai IPK

    Mahasiswa lulusan SMA berusahan sekuat tenaga menguasai mata kuliah perancangan dan struktur konstruksi dengan mencari dan memahami berbagai sumber ilmu tanpa mengabaikan mata kuliah dasar umum seperti matematika dasar, bahasa indonesia, pendidikan sosial dan budaya, dll. Bagi mereka mata kuliah ini adalah mata kuliah nostalgia.

    4. Mahasiswa lulusan SMK memiliki tarikan garis yang bagus pada gambar manual. Mereka cenderung memiliki tarikan garis yang rapi dan terlihat jelas tebal tipisnya garis. Hal itu telah mereka kuasai sejak di bangku smk

    Mahasiswa lulusan SMA perlu mencontek bagaimana cara mahasiswa lulusan SMK membuat garis. Mereka perlu waktu yang relatif panjang untuk bisa menyaingi tugas gambar manual anak SMK. 

    5. Mahasiswa lulusan SMK adalah mahasiswa aktif yang selalu unggul, terdepan di kelas sedangkan mahasiswa lulusan SMA adalah mahasiswa kreatif yang selalu berusaha mengasah kreatifitas dan pengetahuan mereka dan menguasai banyak hal tentang teori-teori dalam arsitektur.

    Pada dasarnya mahasiswa lulusan SMK maupun SMA keduanya memiliki kelebihan dalam individu masing-masing. Dan setiap individunya adalah bibit-bibit unggul yang kelak akan menjadi manusia-manusia pemimpin yang memajukan bangsa. 

    Yaaa itu lah kira-kira perbedaanya. Mungkin masih banyak lagi perbedaan-perbedaan yang belum disebut dan tulisan ini hanya hasil dari memperhatikan teman-teman kelas selama 5 semester :D

    Sekian dan terima kasihhh 

  • Arshitektur

    Bicara soal ini rasanya kembali mengingat beberapa langkah kebelakang. Saat berdoa sujud-sujud meminta pengabulan do'a pada Yang Maha Kuasa. Rasanya salah kalau harus menggerutu terus menerus mengeluhkan betapa pentingnya waktu tidur bagi kesehatan seorang wanita. Intinya saya bukan men'tuhan'kan tugas, hanya saja saya mempersembahkan ini semua untuk Tuhan.


    Sejujurnya saya pun lelah, jenuh, bukan hanya soal tugas tapi dengan keadaan. Tapi kata Pak Ahmad Djuhara di videonya yang saya dengar dari laptop seorang teman yang beberapa jam lalu diputar berkata, "Saya lebih senang mendengar ada mahasiswa yang berkata pada saya, 'Pak saya ingin jadi arsitek' daripada seorang yang pintar dikelasnya, yang selalu mendapat nilai sempurna". Rasanya hati ini tergerak kembali.

    Hm...
    02.56..
    Tidak begitu banyak suara kokokan ayam dan gaungan anjing seperti waktu itu. Kadang membuat bulu kuduk merinding menghayalkan tiba-tiba ada...., ah sudahlah tidak usah dilanjutkan, ini malam Jum'at, bukan malam, tapi hampir subuh.

    Dan ini pun hanya selingan dari deadline-deadline yang lebih menyeramkan dibandingkan malam Jum'at. Semangat ya kalian yang sudah terlelap :')


  • Malem-malem disuruh sharing

    Jujur, sebenernya agak setengah-setengah, mungkin karena cuaca sudah mulai tidak bersahabat. Hari itu adzan magrib sudah mulai menggelorai panorama. Sayangnya suara itu tersamarkan dengan ricuhnya bunyi hujan yang jatuh di atas kanopi rumah. Dia sudah datang menjemput sebelum hujan membesar. Acara pun akan dimulai satu jam lagi. Bukan lokasi yang dekat sehingga kami harus pergi lebih awal. Namun dengan kondisi seperti ini kami mengurungkan niat untuk bergegas pergi. 

    Saat itu aku harus membatalkan puasa bayar hutangku. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan menyebrangi jalan dan memesan sepiring makanan di sebuah warung langganan. Tak lama, teman kamipun datang. Kami memang janji untuk pergi bersama-sama, sebelum adzan magrib berkumandang. Sekali lagi, ini karena kuasa Tuhan. Kami tak bisa apa-apa.

    Hingga akhirnya hujan pun reda berbarengan dengan habisnya santapan di piring-piring. Kami pun sholat terlebih dahulu sebelum berangkat menuju lokasi. Ini adalah kali pertama saya mengikuti acara sharing bersama mereka-mereka yang sudah memiliki pengalaman lebih ketimbang kami, yang hanya mahasiswa semester V, yang hobinya main, nonton, dan so-so-an baca buku namun tidak pernah berhasil menyimpan ilmunya dalam waktu lama. 

    Sempat terbesit pertanyaan tentang acara itu. Mungkin karena pengaruh kata "sharing" yang tertulis dalam pamfletnya. Satu kata yang membawa pengaruh dan menimbulkan tanya seperti apa yang akan mereka sampaikan, apakah saya perlu melontarkan pertanyaan, bagaimana bila saya tiba-tiba mengantuk saat mereka membawakan materi. Hal-hal kecil yang cenderung tidak penting itu sempat melintas di pikiran ini.

    GPS pun akhirnya menampilkan titik terakhir, tandanya kami sudah sampai di lokasi. Gelap, sepi,  kosong, seperti tempat kejadian perkara kasus kriminal. Sebenarnya tempat apa ini. Berada di ujung jalan yang tidak pernah dilalui pengunjung. Tidak ada tanda-tanda peserta lain yang datang kesini. Satpampun akhirnya menjadi objek satu-satunya yang dapat kami percaya, dengan memberikannya alamat, ia pun menunjukkan lokasi gedungnya. Ternyata lokasinya ada dibalik gedung yang gelap itu. Sebaliknya, gedung ini penuh kehangatan, ramai, nyaman, dan terang. Sungguh dua hal kontras yang membuatku heran kenapa mereka mesti memilih lokasi ini.

    Kami menyusuri anak-anak tangga hingga sampailah kami di lantai 3. Ruangan itu bukanlah ruangan besar yang cukup untuk menampung banyak peserta, bahkan sebagian yang hadir terpaksa berdiri karena kurangnya kursi. Mungkin sebaiknya acara ini lebih baik dibuat lesehan saja dari pada menjadi orang yang harus menyaksikan acara kurang lebih tiga jam dengan berdiri, bilur hati merambah...

    Acara kemudian dibuka dengan MC yang 'kece abis'. Bukan hanya MC tapi semua yang menghadiri acara ini rata-rata memiliki penampilan yang baik. Mereka terlihat terawat, mengikuti perkembangan zaman, dan yang pasti berduit. Itu hal yang wajar karena sebagian besar yang hadir adalah mereka yang sudah memilki karir cemerlang di bidangnya.

    Akhirnya dua orang pemateri dari dua buah konsultan pun telah selesai memaparkan portofolio super mereka yang salahsatunya disertakan dengan animasi yang sejak dulu saya sangat ingin membuat animasi seperti itu. Semua seolah nyata dengan bantuan aplikasi digital. Semua nampak indah dan wah. Karya-karya mereka yang istilahnya dikerjakan dalam waktu seminggu, mungkin dapat saya kerjakan dalam waktu 6 bulan. Mereka hebat dan memang mereka ahli dalam hal itu. Mereka mengerjakan sesuatu yang menjadi passion mereka dan sesuatu itu menjadi keuntungan materil bagi mereka. 

    Runtutan hasil-hasil desain di berbagai tempat dengan berbagai sudut pandang yang memberikan inspirasi bagi jiwa-jiwa pengumpul materi. Indah dipandang, seolah ingin setiap tugas menjadi sesempurna yang ditampilkan di layar. Semoga. Entah kapan tapi akan selalu percaya. 

    Acara ini ditutup dengan pertanyaan-pertanyaan dari beberapa peserta, hingga akhirnya kantukpun tidak terasa...

    Terimakasi ia.b (Inisiatif Arsitek Bandung)
    Acara gratis yang menguntungkan ini perlu hadir sesering mungkin untuk kalangan kami yang masih buta tentang masa depan. 





  • Happy Holiday

    Take a rest........

    Ini bener-bener diluar batas dugaan. Isu-isu tentang ketidakberadaan hari libur ternyata cuma cerita burung. Hahaha aku senangg! Sekarang bisa lagi ngepost deh di blogger kesayangan gue yang umurnya sudah kolot ini seperti yang punya (glek..nelen ludah).

    Duh sebenernya hari ini tuh lagi nahan sakit akibat pembengkakan kelopak mata kiri. Tiba-tiba muncul pas bangun tidur. Bukan! Bukan dipipisin kecoa ih!Gatau gara-gara apa :( sakit kalo dipegang teh. Okey abaikan  bengkak-bengkak. Sekarang izinkan saya bercerita tentang perubahan drastis dari kehidupan saya.

    Dulu, setahun yang lalu, sebelum saya kuliah di ikip, saya kuliah di GO hehe. Kuliah di GO cuma 90 menit, dari jam setengah 9 sampai jam 10, habis gitu balik, kadang jajan dulu, kadang TST dulu, kadang belajar kelompok dulu sama Iis dan Indri atau temen2 lain yang ada disana, dan kadang maen dulu ke BIP. Bayangkan betapa enaknya, betapa santainya saya. Tapi dibalik itu semua saya lah yang selalu menyibukkan diri sendiri dengan belajar terus dirumah demi masuk ke itb tapi hasilnya nihil. Udah, lupain, okey.

    Saya keterima di UPI berkat GO dan dia. Siapa dia? Itu Pa Bob. Ooh

    Hari pertama perkuliahan saya males, saya gapunya semangat dan saya menganggap semuanya itu apaaalah karena impian saya masuk itb pupus. Tapi ada dosen yang kembali membangkitkan semangat dan saya lupa dosen apa. Berkat dia, saya ngerti kalo saya ada disini itu karena ini adalah yang tebaik untuk saya (duh klasik sekali), dan saya ada disini karena perbuatan saya sendiri. Aslinya lah pokonya jadi semangat lagi waktu itu teh.

    Tapi yang bikin gilanya adalah TUGAS wkwkw belum lagi tutorial PAI, mabim, LDKM, dan PAB. Senin-minggu full beyb, paling nemu hari minggu yang bener-bener minggu cuma beberapa kali doang dalam 1 semester :(

    Mungkin setiap mahasiswa juga punya tugas tapi saya ngerasa kenapa tugas ini berat banget bahkan waktu untuk ngomong sama keluarga pun jadi berkurang bahkan gaada sama sekali. "Aku mencintai tugasnya, tapi aku membenci deadlinenya". Entah kenapa, harusnya begitu dikasih tugas, hari itu langsung kerjain tapi ini malah ngerjain 2 hari sebelum deadline wkwkw mati aja. Tapi alhasil selalu keburu ko ngerjain 2 hari juga, walaupun tugasnya ukuran 40 x 40 atau A3 5 lembar full render, karena semuanya seperti itu dan menunda tugas itu bukan hal yang buruk asalkan kita bisa memperkirakan tugas itu bakal kekejar apa engga.

    Everyone has known, bahwa rumah saya di ci....biru heheh, dan jaraknya kan lumayan deket lah ya cibiru ke setiabudi, iya deket banget. Saya juga pernah dikomentarin temen, suruh ngekos, dan dia bilang "aku cape liat kamu" duh kasian ya aku. Iya iya nanti aku ngekos, tapi gatau kapan. Bener juga sih, tua di jalan lah istilahnya. Memotong waktu juga 2 jam, kan lumayan bisa buat ngerjain tugas. Mana pegel pant*t parah! Eh tapi ternyata ada juga loh yang di cibiru, sekomplek pula. Jadi aku seneng gitu kalo diejekin ada temennya.

    Pernah aku nginep dikosan temen gara-gara aku ngira tugas ini gakan keburu kalo aku harus pulang ke rumah, jadi aku bawa semua alat2 dari rumah, bawa baju juga, sekalian mempererat tali persahabatan betul? Waktu itu tuh ngerjain tugas estetika bentuk yang selalu jadi perbincangan hot. Kenapa ya? entahlah karena menurut saya matkul ini nyebelin banget. Harus bikin desain, terus diasistensikan ke asdos yang ganteng dan cantik, kalo ditolak bikin lagi, diasiskan lagi, dan kalo sudah diacc langsung buat. Pernah saya bikin lansung 6 desain biar asdosnya punya banyak pilihan, eh nyatanya gaada yang di acc wkwkw. Tapi alhamdulillah saya lulus mata kuliah ini dengan nilai A++ tapi mimpi! Cuma dapet B+ zzzzz padahal mati-matian ngerjainnya guys!

    Matkul kedua yang bikin saya gapunya waktu buat main atau sekedar bercakap2 dengan keluarga adalah gamtur alias gambar arsitektur.
    Pulang kerumah, makan, mandi, kalo gamtur ada tugas (tapi gamtur selalu ada tugas) langsung ke kamar ngerjain gamtur sampe subuh. Pernah tuh lagi ngarsir tiba-tiba ketiduran, dan hal itu yang bikin sakit hati. Ketiduran adalah haram hukumnya bagi mahasiswa arsitektur karena penyesalan mendalam akan muncul sesudahnya. Huhuhu yang ini bener banget :') . Mata kuliah ini juga adalah mata kuliah yang UTS dan UASnya paling lama. UTS 4 hari dan UAS 3 hari dan nginep pula. Duh waktu UAS tuh berkesan pisan. Baru kali ini aku mengangap bahwa kursi dan meja gambar adalah kasur dan bantal. Aku gapulang 3 hari demi uas ini, matkul yang paling aku cintai. Disaat uas harus dilakukan, tugas pun harus dikumpulkan, mana yang dipilih? Alhasil saat dosen pergi meninggalkan ruang kelas, saya sembunyi-sembunyi ngeberesin tugas gambar. Wkwkwk kocak tau sesungguhnya ini tuh. Saat hari ketiga, UAS berakhir dan 'dia' sudah hilang entah kemana, saya pun memutuskan buat pulang ke rumah dan tidur. Rasanya  beban itu pecah guys.

    Sekarang udah libur, saatnya mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Libur bukan sekedar istirahat, tapi libur adalah istirahat yang bermanfaat. Aku kangeeeennnnn kampusssssss fptk ku tercinta, semoga aku cepet lulus ya doakan teman-teman.

    FPTK teknik teknik teknik!

    Arsitek muda :*
  • Rabu, 14 November 2012

    12 Ipa 3 kemarin ngerayain hari ultah salah satu anggotanya. Bertepatan pula hari itu gaada satupun guru yang masuk ke kelas. Mungkin cape naik tangga. Tapi itu semua tak jadi masalah tentunya. Anak-anak jadi leluasa pergi ke kantin kapan aja dan bebas ngelakuin apapun sesuka hati.

    Walau di papan tulis tertulis, "Kerjakan tugas kimia bab ........" tak ada satu orang pun yang menggubrisnya. Wajar karena anak-anak jenuh karena tugas karya tulis yang deadlinenya sampai hari jumat (guru-guru bilang sih jangan dibawa beban, tapi ya tetep aja bikin pusing). So, beberapa dari mereka hari itu sibuk konsultasi dan cari tandatangan kesana kemari, termasuk saya.

    Kronologi:
    Waktu saya lagi duduk saya teringat bahwa ini tanggal 14 November 2012. Ada apa ya hari ini? kayanya gaada apa-apa. Payah sekali saya melupakan hari ultah sang teman yang 3 tahun sekelas. Oiya betul ternyata hari ini ultah si Fajar yang sudah tua sekali mungkin dia bisa disebut buyut oleh saya. Tiwi membagikan selembaran kertas biru kecil. Ah, lagi lagi kertas ini. Setiap  ada yang ultah pasti ketas ini hadir didepan mata saya. Dengan pulpen pinjeman saya menulis satu kata berjuta makna, "SELAMAT". Lalu tiba-tiba temanku yang lain menambahkan "Fajar, Selamat Ulang Tahun Ya Wajib Traktir !!!" dalam kertas yang berbeda. Sayangnya dia tidak mengabulkan permintaan kami padahal pernah saya lihat dompetnya tebal sekali dan begitu dibuka, oh ternyata kasbon pemirsa! Miris sekali hidupnya.

    Dari kejauhan aku ngeliat Atha, Huffazh, dan Vidy lagi  ngeriung gitu. Karena aku orangnya sedikit kepo, sebenernya bukan kepo tapi rasa ingin tahu aku tuh melebihi rata-rata, jadi aku datengin mereka dan ternyata mereka lagi nyusun oreo. Unik memang (gatau ngirit), kuenya dari tumpukan oreo dan lilinnya itu loh, lilin yang buat mati lampu. Konyol sekali tapi tetap berseni.

    Ya, karena Fajarnya gamuncul-muncul tapi perut udah kerubuk-kerubukan, aku, Sinta, Siti, Ades go to canteen. Eh ternyata, dia ada disana bersama Irfan. Kami berempat makan dikantin
    dan kembali saat pembagian bungkus kacang. Aku kira itu bungkus kacang tapi ternyata bukan melainkan topi kurcaci. Kami semua pakai topi itu dan menurutku itu tak terlalu buruk. Hehe.

    Nah akhirnya dia muncul juga. Bergegas sang fotografer, Edith, menyusun kawanan kami di depan pintu. Saat itu rasanya aku kaya anak ayam. But its ok friend;) Deg..deg..deg..detik detik Fajar membuka pintu dannnnnn........."selamat ulang tahunnnnanananannana...." Kami semua bernyanyi walau bukan fajar yang membuka pintu tapi malah si Irfan. Heuheuhuehuheu, gila, dengan tampang yang so terkejut gitu deh.

    Prosesi tiup lilin akhirnya berlangsung. Akhirnya oreo pun dibagikan kesemuanya. Hahaha unik sekali.
    \



  • Diberdayakan oleh Blogger.

    GET A FREE QUOTE NOW

    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat.

    ADDRESS

    Bandung City, Indonesia

    EMAIL

    edestikarani@gmail.com

    MOBILE

    +62 859 5006 9490

    LINE

    estides