Esti Destikarani

I am an Architect

Esti Destikarani

Only a place for express all thoughts into a set of indefinite letters. Hoping to be useful, but being self complacent is very meaningful for me. Thank you, to spend a few minutes just to open this site. Hopefully there's no regret and keep the "kepo" grows to read more articles or sharing stories that I've posted. Its an honor for me if you leave a trail by commenting below the posts. Happy reading and enjoy, Esti.

  • Bandung City
  • +62853-1455-5953
  • edestikarani@gmail.com
  • www.wap-jett.blogspot.co.id
Me

My Professional Skills

I am very good at making dreams but still not ready to wake up and achieve everything I have dreamed of. My time is always used to think about everything. Deeply imagining something satisfying. Because I think everything starts as a dream, but unfortunately its requires ACTION to become true.

AutoCad 80%
SketchUp 90%
Vray for Sketchup 80%
Adobe Illustrator 85%
Adobe Photoshop 85%
Corel Draw 90%
Microsoft Office 90%

Tentang Arsitektur

Kesoktahuan diri ini yang hanya ingin bercakap-cakap tentang arsitektur walaupun ilmunya belum ada apa-apanya. Sharing aja gimanah?

Tentang Travelling

Ah, ini sih cuman konten jalan-jalan biasa. Doain ya, semoga bisa "travelling beneran". Pasti di post deh :)

Curhat Session

Blog ini isinya 1% ilmu, 99% curhat. Jadi buat apa kalian datang haha. Gak deng bercanda. Terimakasih telah berkunjung, luv luv :*

Tentang Portofolio

Berusaha menjadi wanita yang produktif. Cobalah lihat keproduktifan diri ini. Semoga menghibur :')

Hanya Cerita Lampau

Bangsa yang hebat adalah bangsa yang tidak meninggalkan sejarahnya. Begitupun kita sebagai manusia. Apadah wkwk

Artikel Bermanfaat

Nah yang ini semoga beneran bermanfaat ya.

0
Proyek Desain
0
design award
0
facebook like
0
current projects
Tampilkan postingan dengan label favorite. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label favorite. Tampilkan semua postingan
  • Ingin Kembali, Namun dengan Cerita Berbeda (A Journey to Mt. Guntur)

    Rasanya ingin kembali, bersandar pada kemiringan, menikmati senja hingga fajar menyapa, tapi ke tempat yang berbeda..

    Begitulah kira-kira rasanya setelah berhasil muncak di salah satu gunung yang sering menjadi target para pendaki di Jawa Barat. Jujur, ini kali pertamanya lagi setelah saya tidak mendaki selama 4 tahun. Lagi-lagi awalnya penuh dengan drama terkait izin dari orang tua. Namun dengan 1000 jurus andalan, akhirnya mereka pun luluh.  Bukan hanya itu saja, tapi drama dalam batinpun sempat mengganggu. Apalah daya tubuh ini yang sama sekali tidak pernah dituntut untuk berolahraga. Khawatir badan tak sanggup untuk melaluinya. Tapi drama itu nyatanya kalah dengan niat dan keinginan. Cukup itu. Nawaitu..

    Kala itu gunung yang kami daki adalah Gunung Guntur dengan ketinggian 2.249 mdpl. Memang ketinggiannya bukan merupakan angka yang spesial, namun nyatanya gunung ini memberikan kesan luar biasa yang memantik semangat saya untuk mendaki lagi. 
    Berangkatlah kami dari Kota Bandung tercinta hari Sabtu , 13 Juli 2019 sekitar pukul 8.00 pagi. Rombongan kami yang hadir saat itu ada 5 orang. Saya, 2 orang temang kantor Pak Adi dan Pak Ridwan, dan 2 orang lagi teman satu kampus yang beda angkatan, Hena dan Kang Sogin. Kurang lebih ini seperti reuni kecil kampus. Meskipun saat itu saya sendiri belum mengenal 2 orang teman yang satu kampus itu haha. Senang sekali rasanya karena punya kenalan baru.
    Diperjalanan kami tidak menemukan hambatan yang berarti. Kemacetanpun tidak begitu parah dan masih bisa teratasi. Tanpa berhenti dulu di perjalanan, kami akhirnya sampai di persimpangan yang katanya ini merupakan akses masuk menuju Gunung Guntur. Sangat mudah menemukannya karena lokasinya berdekatan dengan pom bensin Tanjung. Sebelum masuk kesana, kami berhenti dahulu di sebuah toko yang sedang tutup untuk berisitirahat. Bukan, kami tidak seperti gembel kok, belum lusuh-lusuh amat haha. Disana kami membeli beberapa bahan masakan yang belum kami bawa dan membeli makanan jadi di warung terdekat sebagai makanan untuk makan siang. 

    Setelah berisitirahat kurang lebih satu jam, kami melanjutkan perjalanan menuju basecamp/rumah warga untuk menitipkan motor dan helm. Disini mulai dipungut biaya untuk menitipkan kendaraan, Kurang lebih yang saya ingat waktu itu 10.000 rupiah untuk satu motor. Waktu itu kami menggunakan 3 motor jadi biaya yang harus kami keluarkan adalah 30.000 rupiah. Setelah membayar biaya penginapan motor, kami diarahkan menuju rumah warga atau yang biasa disebut dengan basecamp. Disana ternyata sudah ada beberapa pendaki yang sudah dulu tiba. Kami pun beristirahat dan bersiap untuk solat zuhur karena azan sudah mulai berkumandang. Setelah semuanya selesai. Kami memulai pendakian.

    Di awal perjalanan hingga sampai ke pos 1 kami belum menemukan tantangan yang rumit. Jalanan pun masih aman dan damai. Walau memang seluruh jalan didominasi oleh bebatuan dan kerikil. Dari jauh kami sudah bisa melihat puncak Gunung Guntur yang berdiri gagah. Rasanya sudah tidak sabar menanti sunrise disana.
    Setibanya kami di pos 1, kami beristirahat sebentar membaringkan badan. Merasakan kelelahan yang luar biasa ini karena sama sekali tidak ada latihan fisik sebelumnya. Untungnya saya sempat pemanasan 15 menit sebelum berangkat. Hanya berbekal itu saja karna harapan saya sangat tinggi untuk bisa sampai ke puncak. Kesosoan hidup yang haqiqi memang :( Bagi pemula, gunung ini sangat menantang bagi saya. Cobalah datang kemari, tapi jangan ajak2 yaa :p
    Berjalan terus menuju pos-pos berikutnya, tibalah kami di pos 2. Kami beristirahat cukup lama memulihkan energi yang terbuang. Sambil membayangkan jarak ke pos 3 tidak sejauh pos 1 ke pos 2, kami bersenda gurau dengan rombongan lain yang ramah dan cenderung SKSD wkwk. Tapi kami senang bisa berkenalan dengan teman baru. Setelah puas mengisi energi, kami melanjutkan perjalanan ke pos 3 yang katanya pos terakhir dan pos ini digunakan untuk area berkemah para pendaki. Di perjalanan, kami menemukan sumber mata air yang luar biasa jernihnya. Rasanya pun ternyata lebih enak dari acua. Parah sih ini, memang air dari gunung langsung itu enak banget. Mesti coba, meski tanpa dimasak dulu udah enak :(

    Akhirnya sampailah kami di pos 3. Kami sedikit agak terkejut karena ternyata banyak sekali pendaki yang datang kesini. Ini sih kurang lebih sudah seperti komplek perumahan pendaki. Tenda-tenda sudah terpasang dimana-mana. Fasilitas umum seperti toilet, musholla, merchandise, dan tempat penyewaan alat berkemah pun sudah lengkap adanya. Ini sih gak perlu repot bawa carier besar, cukup bawa diri saja kalian sudah bisa survive. Sayangnya kami tidak tau hal itu. 



    Kami berlima bermalam ditenda kecil ini. Entah muat atau tidak, yang jelas pasti ada yg harus tidur diluar haha. Dan ternyata yg diluar aku gays, karna aku tak bisa tidur :( Aku pun ngeronda sambil menikmati hangatnya secangkir kopi ditemani dinginnya malam. Bercerita banyak tentang perjalanan hidup dengan hembusan angin malam. Cielah..

    Malam gunung, malam yang singkat. Tak terasa sudah jam 3 subuh, waktunya summit attack. Para pendaki lain sudah mulai berkemas untuk mendaki menuju puncak. Kami masih terlena dengan hangatnya tenda dan kopi. Rasanya kehilangan semangat untuk mengejar sunrise. Tapi tujuan kami hanya itu. Akhirnya kamipun berkemas. Menyiapkan beberapa perbekalan yang memang dibutuhkan di puncak seperti makanan dan minuman. Sisanya, kami titipkan di pos supaya tidak terlalu berat.

    Berjalan menyusuri bebatuan, krikil, dan ilalang ditemani pencahayaan seadanya dari lampu senter tak membuat kami patah semangat. Tapi itu hanya berlangsung beberapa saat ketika salah satu diantara kami merasa tidak yakin bahwa jalan yang kita lalui adalah jalan yang benar.  Karena tidak nampak jejak dari pendaki lain. Tapi kami tetap berjalan berharap akan ada keajaiban.
     ...

    (Coming soon, part 2)



     
  • Papandayan, Trip Pertama saat Masuk Kuliah #1

    Setelah cerita tentang keseruan piknik cantik ke Ciwidey yang sebelumnya pernah saya posting (bagi yang belum baca klik link ini ya), kali ini saya ingin flashback mengenang masa-masa kuliah dulu. Masa-masa pencarian jati diri dan segala macam keseruan didalamnya yang akhir-akhir ini bikin baper terus karena keingetan wkwk. 
    Papandayan, Trip Pertama saat Masuk Kuliah 
    Sesuai dengan judulnya, saya lagi-lagi ingin bercerita tentang hajat travelling saya yang kali ini agak ditarik mundur jauh 4 tahun silam saat saya masih endut-endutnya kata orang-orang, yang sampai sekarang masih aja jadi bahan ejekan. Hiks. Dulu berat badan saya memang tidak ideal dengan tinggi badan yang sebegini keadaanya. Pakaian yang saya gunakan ketika itupun belum mampu menutupi kelebihan berat badan saya, dalam arti saya belum bisa mensiasati cara berpakaian yang dapat membuat badan terlihat lebih ramping. Apalagi gaya hidup saya pada waktu itu yang sangat sering meminum minuman bergula setiap hari dan makan-makanan yang berlemak, semakin memperparah keadaan berat badan saya. Tapi pada akhirnya saya mencoba untuk sedikit-sedikit diet minuman manis sekalian menghemat pengeluaran untuk biaya ngeprint dan kebutuhan perkuliahan yang mahal-mahal lainnya. Alhamdulillah berat badan saya pun bisa turun 7 kilo. Namun kini naik lagi 5 kilo :(
    Sebuah pengalaman berharga bisa bertemu teman-teman yang satu hobi. Saat itu, saya masih suka dengan acara-acara pendakian (efek ikut pramuka). Ya meskipun bukan pendakian ke gunung-gunung ekstrem dan menantang, tapi untuk diri saya sendiri adalah sebuah kesenangan dan penghargaan tersendiri bisa lebih liar sedikit daripada ladies yang suka hangout di mall atau cafe. Karena keduanya bisa mengeluarkan budget yang sama tapi pengalaman yang didapat tentu berbeda. Kala itu saya masih duduk di semester awal dan ternyata banyak juga teman-teman yang hobi mendaki, tapi tentunya mereka lebih expert dibanding saya. Terutaman dari sisi perlengkapan, fisik, dan skill tentunya.  Akhirnya diajaklah saya untuk liburan ke Gunung Papandayan di Garut. Kali itu saya hanya wanita seorang diri dari kelas TA, dan 2 orang dari kelas PTA, sisanya semua para lelakyy perkasa sebanyak 4 orang. Sayapun berangkat dengan perlengkapan seadanya. Bukan perlengkapan ala-ala para pendaki yang super savety, hanya berbekal ransel biasa, sepatu converse kesayangan, jashujan, dan jaket yang tidak terlalu tebal. Padahal waktu itu sedang musim hujan dan di daerah pegunungan pasti sangat dingin. Sisanya perlengkapan tambahan seperti baju, alat sholat, alat makan, dan alat mandi. 
    Berangkatlah kami dari Kampus UPI Bumi Siliwangi menuju Kota Dodol alias Garut. Waktu itu saya dan teman2 menggunakan angkot untuk bisa sampai ke Terminal Cicaheum dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Garut dengan Bis. Sesampainya di kota kelahiran domba-domba super ini, saya melanjutkan trip ke Gunung Papandayan dengan menggunakan mobil pick-up milik kenalan teman saya yang merupakan penduduk asgard (aseli garud). Alhasil karena waktu itu hanya saya yang sepertinya paling manja dan menye2 diantara teman2 yang lain, saya pun disarankan untuk duduk di samping pak supir yang sedang bekerja, alias duduk di kursi paling depan. Yaa, enaknya saya jadi aman dari hujan dan malu diliatin orang, tapi resikonya saya gak bisa ngobrol dengan yang lain daan perlu memutar otak untuk mencari topik pembicaraan dengan pak supir, dan yang paling sulitnya adalah bagaimana berbincang2 santai dengan menggunakan bahasa sunda yang sopan. Mulai dari pembicaraan:
    "Pa, upami bapa teh sahana indra? emangna panginten nya?"
    "Sanes, abimah _______-na", jawabnya. Saya lupa bapak itu siapanya temen saya. Pak lurah atau pa RT gitu ya :( 
    Hingga pembicaraan tentang batu ali yang beliau pakai dan hobi berkeliling dengan mobil yang beliau senangi. Wah, padahal saya hanya memancing pembicaraan 2 kalimat singkat. Namun dari 2 kalimat tersebut bisa sampai kepada pembicaraan panjang yang membuat saya tak sadar ternyata saya sudah sampai di tempat pemberhentian pertama untuk menuju Gunung Papandayan.  Namanya adalah Simpang Cisurupan. Di sekitar situ juga terdapat sebuah masjid yang cukup besar. Kami berisitrahat, shalat, dan menyantap beberapa cemilan yang kami bawa. Disana, kami juga bertemu dengan pendaki lainnya yang super duper kece. Cowonya ganteng-ganteng, cewenya kece-kece. Wah jauh banget kalau dibandingin antara saya dan mereka. Penampilan memang mencirikan profesionalitas ya, hm. Okey, meskipun dengan keadaan saya yg seperti ini, saya tidak pernah larut semangat untuk bisa sampai ke puncak malam nanti.

    Mobil yang kami naiki untuk menuju ke Simpang Cisurupan


    Maaf ya saya nyolong gambar ini dari website orang karena saya tidak sempat mengambil foto di lokasi ini. Ini link sumbernya guys https://dailyvoyagers.com/blog/2017/10/11/rincian-perjalananan-menuju-gunung-papandayan/ 



    Bersambung...
  • Cam House, Industrial Home Gallery

    Alhamdulillah, tugas Teknik Komunikasi Arsitekturalnya selesai. Dari mulai mencari klien, mewawancarainya, sampai merancang sebuah hunian yang klien inginkan sudah beres dan bisa jadi tambahan buat portofolio juga nih.

    Tugas ini diberikan dengan tujuan untuk melatih cara komunikasi baik secara verbal maupun visual karena pada dasarnya seorang arsitek adalah makhluk yang tidak pernah lepas dari hubungan sosial antar sesama manusia dan lingkungan juga makhluk visual yang harus pandai dalam mempresentasikan hasil desainnya agar dapat dimengerti terutama oleh klien kita sendiri.

    Tema Hunian : Industrial Modern
    Luas tanah : 150 m2
    Luas bangunan : 81 m2
    Klien : Radita Adhitya Ludira
    Arsitek : Esti Destikarani
    Software: Auto CAD, Sketchup + Vray, Coreldraw, Photoshop


    Lembar Komunikasi Verbal
    Lembar Komunikasi Visual


    Tugas ini sebenernya ngelatih kita untuk berakting layaknya seorang arsitek betulan. Yahaha, walaupun untuk sampai kesana prosesnya masih panjang, tapi begitu banyak pengalaman berharga dan perjuangan mati-matian yang gabisa dibayar sama apapun,.

    But I love this, much :D


  • Kunjungan Arsitektural : Menara Masjid Al-Furqon

    Belum pas rasanya kalo jadi anak teknik ga iseng-iseng nyari tempat yang ektrim, belum pernah dituju dan menyempatkan buat sekedar melamun atau selfie disana. Nah, rekomended sekali buat anak muda yang tidak takut ketinggian dan pecinta wisata langit khususnya anak UPI coba deh kalian manjat ke menara ini. Awalnya ada kaka tingkat yang kesini duluan, terus temen ngajakin dan alhasil udah dua kali kesana masih belum bosen.

    Lokasi menara ini ada di depan masjid Al-Furqon kampus UPI tentunya, di deket parkiran. Tapi inget kalo kesini harus tertib, naiknya gantian karena dikhawatirkan kondisi anak tangga yang sudah tidak anak-anak lagi alias takut lapuk tiba-tiba. Kalo kalian sudah lihai pake 'taraje' kalian mungkin tidak akan kesulitan. Jangan banyakan juga, maksudnya jangan sekelas kesana semua takut roboh haha. Ya terus kalo digembok ya kalian harus rela balik lagi. Hati-hati dimarahin sama pengurus masjid ya wkwk.

    Setelah sampai diatas kalian akan disuguhkan dengan pemandangan maskot UPI yaitu ISOLA tercinta, mesjid keren tiada dua Al-Furqon, gedung tersayang FPTK dan jalan terpadat Setiabudi. Jangan lupa bawa tongsis dan fisheye dan alat fotografi lain yang kalian punya! Perhatikan kondisi alam juga kawan. Usahakan jangan siang bolong kalau kalian gamau kebakar. Enaknya sih senja-senja gitu bareng si doi kalo ada :'(
    Jangan pake rok, nanti keliatan dari bawah eheheh. Jangan bawa tas, ribet. Jangan lama-lama nanti betah.

    Turunnya juga cukup tegang buat yang pertama kali. Hati-hati aja lah pokonya.



















    Yahaha seru lah pokonya! Wajib icip.
  • Enjoy The Passing Vehicle on Dago Highway


    Foto ini saya ambil pas melintas di perempatan Dago tepat di bawah jembatan layang. Saat itu ada orang yang asik nagog di tengah-tengahnya. Langung aja deh di shoot. Feel like in HAWAII wk =))
  • ASTUTI!

    Akhirnya, kami, para astuti sukses menjalankan misi.
    Bersama ke-delepan orang  cewe dan satu orang cowo nyasar yang berhasil membuat beberapa liter air keringat mengucur cur cur cur membasahi baju. Berhari-hari pulang larut magrib demi hari ini, demi nilai olahraga yang betul-betul dipertaruhkan, demi keringat dan demi jerih payah kesulitan, demi masa depan yang tak terelakkan. Kami akhirnya berhasil dengan predikat "bagus". Terima kasih Tuhan karena engkau telah mengabulkan do'a para Astuti sejati :')
  • Danbooo


    "Hi, I will go with you. I know you were sad, so i hope i can make you smile. Cherrybelle said, don't cry, don't be shy, you are so beautiful. Realize, grateful, you are perfect. Talk with me everytime you want. I will listen and send it to God. God will solve your problem. Thanks for made me, Esti."
  • MOSSAD menguak tabir dinas intelijen Israel

    Kepada Nadia, istriku, dan keluargaku yang tercinta. Aku meminta agar kalian tetap bersatu. Aku memohon kepadamu, Nadia, untuk memaafkan aku. Aku minta agar engkau menjaga dirimu sendiri dan anak-anak, serta berusaha supaya anak-anak dididik dengan baik. Perhatikanlah dirimu sendiri dan usahakanlah agar anak-anak kita tak kekurangan apapun. Peliharalah hubungan baik dengan keluargaku. aku ingin engkau menikah kembali agar anak-anak tak tumbuh tanpa seorang ayah. Aku berikan kepadamu kebebasan penuh untuk berbuat demikian. Aku mohon agar engkau jangan membuang-buang waktu dengan menangisi aku. Selalu berpikir untuk masa depan. Kukirimkan ciumku yang terakhir kepadamu, Sophie, Iris, dan Shaul, serta anggota-anggota keluarga lainnya.

    Jangan lupa untuk berdoa bagi arwah ayahku dan arwahku sendiri. Untuk kalian semua, kuhaturkan cium terakhir dan shalom.

    Eli Cohen
    18-5-1965

    Itulah surat yang ditinggalkan Eli Cohen untuk keluarganya. Tak sampai sejam setelah menulis surat ini, Eli Cohen tewas di tiang gantungan. Kisah Eli Cohen, mata-mata terhebat Dinas Intelijen Israel ini hanyalah salah satu dari berbagai kisah nyata yang disajikan dalam buku ini, kisah-kisah di balik keberhasilan maupun kegagalan dinas intelijen Israel: MOSSAD

    Judul : MOSSAD (menguak tabir dinas intelijen Israel)
    Karya : Dennis Eisenberg; Eli Landau; Uri Dan
    Tebal halaman : kalo ceritanya aja sih 311 hal
    Pustaka Primatama 2007
  • Rahasia Keong Emas (buku hadiah ulang tahunku dulu)

    Sebuah perkebunan sangat luas dan subur, ditanami aneka macam tanaman buah-buahan. Di tempat yang agak tinggi, sebuah villa dibangun dengan megahnya, dikelilingi taman bunga yang menawan. Setiap liburan Esti selalu menyempatkan diri untuk singgah dan menginap beberapa hari ditempat yang indah ini. Kali ini Esti mengajak teman-temannya Kiki dan Neng.

    Air sungai mengalir tenang. Disana sini gelembung-gelembung udara bertebaran muncul ke permukaan air menanndakan adanya kehidupan dibawah air. Sekawanan burung bangau turun mendarat unutk mencari mangasa dipinggiran sungai yang dangkal. Namun mendadak terbang kembali ketika tiba-tiba terdengarbunyi semak tersibak. "ssstttt.....jangan berisik, hati-hati mereka ketakutan melihat kita". Esti memperingatkan. Esti, Kiki dan Neng turun ke tepian sungai. Airnya dangkal agak berlumpur. "Tunggu aku menemukan sesuatu." seru Esti memungut benda tersangkut di sela-sela tumbuhan air. Esti membawa benda yang baru didapatkannya kembali ke darat. Ternyata sebuah kulit keong yang tampak kotor tertutup lumpur.


    Esti membersihkan benda tersebut dengan ujung jarinya. Ia sangat terkesima oleh pancaran kamilau keemasan saat tersentuh jarinya. "Keong emas!!!!" seru mereka bersamaa. "Esti bergembiralah, kamu mendapatkan benda yang berharga hari ini," kata Kiki. "Akan kamu apakan benda itu, simpan saja,suatu saat pasti berguna," Neng menimpali. "Aku akan membersihkannya lalu menyimpannya di kamar, supaya setiap saat dapat memandang keindahannya," sahut Esti berseri-seri.

    Pagi itu Esti tersentak bangun dari tidurnya. Aroma masakan lezat terasa menyengat menusuk-nusuk hidungnya membangkitkan selera, membuat Esti tersadar danbertanya-tanya. Belum habis rasa herannya, tiba-tiba sesosok tubuh tinggi semampai sengan rambut panjang terurai berpakaian keemasan muncul dari pintu kamar dengan langkah gemulai berjalan ke arah Keong Emas, lalu tubuhnya bagai bayang-bayang mengecil dan semakin kecil menyusup kedalam keong emas. Esti melompat dari pembaringan keluar kamar. Beraneka makanan terhidang di meja makan. Esti terduduk tak tahu harus berbuat apa.

    "Hei siapapun yang berada didalam keong, aku mohon muncullah, aku ingin berkenalan dan berteman denganmu, masakanmu sangat lezat, keluarlah...!" bisik Esti meniup lobang keong lalu mengocoknya. Beberapa saat kemudian tangan Esti bergetar, sinar keemasan menyembur keluar membentuk bayang-bayang manusia. Seorang gadis bertubuh semampai telah hadir di hadapan Esti, wajahnya berseri-seri dan senyuman manis menghias di bibirnya. Harum wewangian merebak ke seluruh ruangan. "Adik manis, aku sangat berterimakasih kepadamu, kamu telah merawat tempat tinggalku. Namaku Candra Kirana. Aku putri Jenggala," sapa sang gadis. Esti terperangah kagum. "Aku Esti, rumahku di Komp. Bumi Panyileukan Bandung, aku sedang berlibur disini, senang sekali dapat bersahabat denganmu," jawab Esti tergagap. Sang putri menggandeng esti, lalu duduk di tepa pembaringan. "Adik manis, adakah sesuatu yang kau inginkan dariku?" tanya Putri Candra Kirana menepuk-nepuk pipi Esti. Esti menggeleng. "Aku tidak minta apa-apa, aku sangat senang berdekatan denganmu," sahut Esti menunduk.

    Setelah hilang rasa bingung Esti, Putri Candra Kirana menceritakan riwayat hidupnya di negeri Jenggala, juga tentang keong emas. Candra Kirana adalah putri sulung Raja Jenggala. Pada suatu hari ia dipertunangkan dengan Pangeran Panji Asmarabangun, Putra Raja Panjalu. Perjodohan berjalan lancar karena mereka saling mencintai. Namun dibalik itu, ada seseorang yang selalu meratap menyesali nasibnya, yakni Raja Kelana penguasa dari sebrang, karena lamarannya pada sang putri telah ditolak. Raja Kelana mengirim balatentaranya menyerbu istana Jenggala. Korban berjatuhan, banyak rakyat Jenggala yang tak berdosa menjadi korban amukan tentara sebrang. Tak berapa lama seluruh negeri Jenggala telah dikuasainya. Raja beserta seluruh kerabat istana menyingkur ke Panjalu. Hampir separuh dari istana Jenggala habis terbaakar.


     Bagaimana dengan Putri Candra Kirana? Ternyata ia tercecer dari rombongan pelarian. Ia berusaha menghindar sejauh mungkin dari jangkauan Raja Kelana. Sang Putri terus berjalan siang malam, lapar dan dahaga tak dihiraukannya lagi. Hingga akhirnya ia terjatuh tak sadarkan diri.

    Sepercik air mengenai wajahnya, Sang Putri akhirnya siuman. Ia memandang sekelilingnya dan merasa asing. Ia berada dalam sebuah istana yang gemerlapan, berdinding emas dan beralaskan sutera. "Anakku Candra Kirana, kamu berada di istana keong emas yang sengaja diturunkan dari langit untukmu, ini milikmu..bangkitlah!" tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya. Seorang bidadari cantik keluar dari pancaran cahaya dan menyapa Sang Putri.

    "Anakku kamu akan selamat, temui kedua orangtuamu di Panjalu. Pesanku jaga dan bawa selalu istana keong emas ini, aku akan selalu menjagamu." Sinar keemasan perlahan lenyap dari pandangan Sang Putri.


    Esti terkesima mendengar cerita Sang Putri. Hatinya merasa iba dan haru oleh penderitaan SangPutri. "Esti, maukah kau ikut aku mengulang masa lalu, tapi kamu tak boleh kaget, jaman dulu lain dengan kenyataan sekarang." katanya. "Sang Putri, apakah nanti aku bisa bertemu dengan orangtuaku dan teman-temanku lagi?" tanya Esti ragu. Sang Putri tertawa kecil. "Jangan khawatir, nanti aku antar lagi kamu kesini, ayo!" ajaknya.

    Sang Putri memeluk Esti. Esti merasakan badannya menjadi sangat ringan dan terus berputar, bagai tersedot pusaran angin Esti dan Sang Putri menyusup ke dalam keong emas. Asing dan aneh, hanya itu yang ada di benak Esti. Sebuah pemandangan yang menegangkan. Puing-puing berserakan, abu sisa kebakaran berterbangan tertiup angin. "Ini istanaku dulu, aku dibesarkan disini, tapi sekarang..." Sang Putri tak melanjutkan ucapannya lagi, ia menunduk pilu. "Sudahlah Putri, aku turut bersedih, lalu apa yang akan kita lakukan?" hibur Esti kebingungan.

    Derap langkah kaki serombongan pasukan Sebrang, membuyarkan kesedihan Sang Putri. Ia segera menarik Esti, bersembunyi di balik patung singa. "Mereka datang, jangan sampai ketahuan, mereka akan menangkap kita." bisik Sang Putri di telinga Esti. Tiba-tiba salah seorang dari tentara Sebrang berhenti, mendengus-dengus hidungnya. Semua rombongan pasukan terhenti. "Ada apa?" tanya kepala pasukan sedikit geram. "Ampun gusti, saya mencium harum wewangian seorang gadis, mungkin salah satu kerabat Jenggala atau...Sang Putri Candra Kirana sendiri," sahut Prajurit itu bersemangat. "Cari dan tangkap hidup-hidup serahkan pada Baginda Raja!" perintah kepala pasukan pada anak buahnya. Esti memeluk erat pinggang sang Putri ketakutan. "Kalau disini terus kita pasti akan tertangkap, ayo cepat lari!" bisik Sang Putri panik. Sang Putri dan Esti mengendap-ngendap menuruni tangga istana yang hancur berantakan menuju taman sari. "Itu mereka!". Rupanya salah seorang melihat mereka. Dengan beringas mereka berlompatan diantara puing-puing istana memburu mereka.

    Sang Putri dan Esti terus berlari, setelah melewati lorong yang sempit, sampailah di gerbang taman sari. Sungguh tak terduga sama sekali, jantung terasa berhenti berdenyut. Dihadapannya telah menghadang sosok yang paling ditakuti. Raja Kelana tertawa menyeringai, buronan yang selama ini dicari-carinya telah berada dihadapannya. "Putriku, kemana saja selama ini, akhirnya bertemu juga...ha..ha...ha..."Raja Kelana terbahak-bahak berusaha menangkap Putri yang menghindar. Raja Kelana geram bukan main. Sang Putri akhirnya berhasil ditangkapnya, begitu juga Esti ditangkap oleh salah satu prajuritnya. Esti menjerit ketakutan, sementara itu Sang Putri tampak lunglai. Namun beberapa saat kemudian terjadi keributan di alun-alun istana. Derap kuda, dentingan pedang, jerit kesakitan membahana di udara. Raja Kelana tersentak. Belum sempat berbuat apa-apa, sekonyong-konyong bayangan pasukan berkuda Panjalu dibawah pimpinan Pangeran Panji berderap kencang menyelamatkan Sang Putri dan Esti.

    Pertarungan berlangsung seru. Pasukan Sebrang mundur kocar-kacir. Raja Kelana berhadapan dengan Pangeran Panji. Dalam beberapa gebrakan ia terlempar dari kudanyadan meloloskan diri lari mengikuti jajak para prajuritnya. Balatentara Sebrang berhasil dihalau mundur oleh pasukan Pangeran Panji. Jenggala kembali aman. Sang Putri bersatu kembali dengan kedua orangtuanya. Esti merasa kikuk menjadi perhatian banyak orang, karena penampilannya terlihat aneh untuk ukuran jaman itu. Setelah dijamu oleh keluarga Raja, Esti diantar Sang Putri kembali ke Villanya di tengah-tengah perkebunan di puncak bukit.


    Esti merasakan suatu pengalaman yang menegangkan sekaligus menyenangkan dan tak akan pernah terlupakan. Keong emas lenyap bersamaan dengan perginya Sang Putri. Tapi Esti yakin suatu saat pasti bertemu kembali sesuai janji sang Putri Candra Kirana padanya. Esti segera berlarti mencari Kiki dan Neng untuk menceritakan pengalamannya itu.


  • Kotak - Pelan-pelan Saja Chord

    [intro] C F

    C     Em     F         G
    ku tahu kamu pasti rasa
     C        F   G
    apa yang ku rasa
    C     Em      F          G
    ku tahu cepat atau lambat
       Am    Dm     G
    kamu kan mengerti

    C  Em      F      G
    hati bila dipaksakan
        C     F    G
    pasti takkan baik
    C     Em       F       G
    pantasnya kamu mencintai
           Am     Dm  E  Am
    yang juga cintai dirimu
      F      G
     cinta kamu

    [chorus]
              F G      C      
    lepaskanlah ikatanmu 
            Dm G      C         Em  
    dengan aku  biar kamu senang
           F  G       C    Am
    bila berat melupakan aku
    F         Dm   C
    pelan-pelan saja


    C    Em      F      G
    tak ada niat menyakiti
     C     F    G
    inilah hatiku
    C    Em        F      G
    pantasnya kamu mencintai
           Am     Dm  E  Am
    yang juga cintai dirimu
     F      G
    cinta kamu

    [chorus]
              F G      C      
    lepaskanlah ikatanmu 
            Dm G      C         Em  
    dengan aku  biar kamu senang
           F  G       C    Am
    bila berat melupakan aku
    F         Dm   C
    pelan-pelan saja

    [solo] Am G F E 
           Am G F E
           Am G F 

    Dm      G     C
    pelan-pelan saja


    [chorus]
              F G      C      
    lepaskanlah ikatanmu 
            Dm G      C         Em  
    dengan aku  biar kamu senang
           F  G       C    Am
    bila berat melupakan aku

    Dm       Em   F
    pelan-pelan saja
    Dm      G     C
    pelan-pelan saja

    [ending] C F C 

    F              C
    pelan-pelan saja
  • Diberdayakan oleh Blogger.

    GET A FREE QUOTE NOW

    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat.

    ADDRESS

    Bandung City, Indonesia

    EMAIL

    edestikarani@gmail.com

    MOBILE

    +62 859 5006 9490

    LINE

    estides