Esti Destikarani

I am an Architect

Esti Destikarani

Only a place for express all thoughts into a set of indefinite letters. Hoping to be useful, but being self complacent is very meaningful for me. Thank you, to spend a few minutes just to open this site. Hopefully there's no regret and keep the "kepo" grows to read more articles or sharing stories that I've posted. Its an honor for me if you leave a trail by commenting below the posts. Happy reading and enjoy, Esti.

  • Bandung City
  • +62853-1455-5953
  • edestikarani@gmail.com
  • www.wap-jett.blogspot.co.id
Me

My Professional Skills

I am very good at making dreams but still not ready to wake up and achieve everything I have dreamed of. My time is always used to think about everything. Deeply imagining something satisfying. Because I think everything starts as a dream, but unfortunately its requires ACTION to become true.

AutoCad 80%
SketchUp 90%
Vray for Sketchup 80%
Adobe Illustrator 85%
Adobe Photoshop 85%
Corel Draw 90%
Microsoft Office 90%

Tentang Arsitektur

Kesoktahuan diri ini yang hanya ingin bercakap-cakap tentang arsitektur walaupun ilmunya belum ada apa-apanya. Sharing aja gimanah?

Tentang Travelling

Ah, ini sih cuman konten jalan-jalan biasa. Doain ya, semoga bisa "travelling beneran". Pasti di post deh :)

Curhat Session

Blog ini isinya 1% ilmu, 99% curhat. Jadi buat apa kalian datang haha. Gak deng bercanda. Terimakasih telah berkunjung, luv luv :*

Tentang Portofolio

Berusaha menjadi wanita yang produktif. Cobalah lihat keproduktifan diri ini. Semoga menghibur :')

Hanya Cerita Lampau

Bangsa yang hebat adalah bangsa yang tidak meninggalkan sejarahnya. Begitupun kita sebagai manusia. Apadah wkwk

Artikel Bermanfaat

Nah yang ini semoga beneran bermanfaat ya.

0
Proyek Desain
0
design award
0
facebook like
0
current projects
Tampilkan postingan dengan label work. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label work. Tampilkan semua postingan
  • Tiba-Tiba Ingat, Tiba-Tiba...

    Hey!

    Lama tak berjumpa. 

    Empat tahun terakhir rasanya begitu banyak hal yang begitu menyita waktu. Atau rasanya badan ini terlalu lelah untuk hanya membuat postingan tanpa monetisasi. Semakin dewasa rasanya semakin perhitungan akan aktivitas. Mana yang lebih menguntukan dari segi finansial itu yang paling didahulukan. Tapi semakin pula rasanya hidup ini begini-begini saja. Atau hanya diri yang merasa kurang bersyukur akan nikmat kehidupan. Namun rupanya terkadang terbesit rasa penuh tanya dalam diri ketika melihat "mereka-mereka" yang sudah jauh berprogres. Rasa kagum tak henti-hentinya berucap dalam diri. Entah bagaimana cara takdir membagi kisah perjalanan kehidupan seorang manusia. Terkadang hanya ingin mencari tahu apa yang kurang dalam diri hingga semesta berencana lain. Mencoba menjalani hidup dengan cara "mereka" pun malah tak berhasil. Mungkin lagi-lagi memang ada waktunya. Ada masanya. Yang penting jangan berhenti, kalau capek istirahat dulu bentar, nanti lagi..

    .

    .

    Lalu tiba-tiba teringat...

    .

    Hai bu, apa kabar?

    Kadang pengen cerita, tapi cerita apa ya. Ini bukan tentang ibu sendiri, tapi tentang sosok yang datang sekilas meninggalkan banyak cerita dan inspirasi. Sosok ibu bagi anaknya dan sosok pemimpin bagi anak buahnya. Termasuk saya. Dari sekian lama bekerja, mungkin ibu adalah satunya pemimpin yang "pakai hati nurani". Disitu pula saya menggantungkan diri hingga muncul semangat dan kepercayaan diri yang tinggi. Namun satu waktu, tiba-tiba ibu pergi. Percis seperti cerita ibu kehilangan sosok mama. "Aku harus ngapain ya di kantor ini kalau ibu resign". Rasanya berat kalau gaada ibu. Berpikir berkali-kali hingga rasanya aku seperti harus menyusul ibu kesana. Tapi sepertinya terlalu banyak yang dikorbankan. Baiklah mungkin untuk beberapa waktu aku harus kuat, sambil membaca beberapa pesan yang selalu ibu sematkan dalam pesan whatsapp. Semoga aku bisa kuat seperti ibu, menjadi inspirasi seperti ibu, dan semoga kita bisa ketemu lagi di lain waktu ya Bu! Bahagia dan sehat selalu...

     






    Maaf ya Bu, banyak hal yang gak aku ceritain karna beban ibu pasti lebih berat dari cerita beban hidup aku yang begitu receh ini 😹

     

     


  • Pendakian Gunung Gede dari Bandung Via Gunung Putri #1


    Pendakian yang cukup rempong ini berawal dari niatan aku dan seorang rekan kerjaku yang pengen ngerayain tahun baru dengan nuansa yang berbeda. Karena kami berdua dari dulu memang penikmat alam, cieh, kami memutuskan untuk tahun baruan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), sekaligus merayakan hari ulang tahunku yang ke 17 ceritanya (17++). Niatan itu sudah tercetus kurang lebih sebulan sebelum pendakian. Akhirnya kamipun mengajak rekan-rekan yang lain hingga terkumpul sudah 14 orang yang akan ikut berangkat menuju Gunung Gede. Salah satunya adalah bosku di kantor. Waw, ini sungguh akan menjadi pengalaman luar biasa pikirku.
    Ternyata, dapat info dari temanku bahwa sebelum memulai pendakian ke TNGGP ini kita perlu registrasi online terlebih dahulu dengan mengisi beberapa data diri, surat pernyataan, dan administrasi lainnya yang bakal aku jelasin di bawah ini.
    Cara Daftar TNGGP
    Oiya buat temen-temen yang ingin coba untuk kesana wajib mendaftar via online ke website resmi TNGGP ya. Atau kalian bisa klik linknya disini <> Setelah itu kalian bisa membaca syarat dan ketentuan untuk berkunjung kesana baru setelah itu mengisi form pendaftaran dengan melampirkan beberapa identitas diri dan upload foto KTP. Setelah pendaftaran selesai dilanjut dengan proses pembayaran simaksi sejumlah Rp 35.000,00 yang ditransfer ke rekening admin TNGGP. Setelah semua prosesnya selesai. Kalian tinggal tunggu validasi dari pihak TNGGP yang masuk ke email kalian. Setelah itu kalian perlu mendownload surat pernyataan pendaki yang diisi oleh ketua rombongan kemudian ditandatangan dan diberi materai. Kalian juga perlu mendownload form sampah dan mengisi sesuai benda-benda apa saja yang akan menghasilkan sampah. Misalnya saat itu kalian membawa mie instant dan chiki-chiki, tinggal kalian tulis saja pada formnya mie instant sekian buah dan chiki sekian buah. Tapi sepertinya di musim covid ini pendakian ke TNGGP ditutup sementara.
    Setelah sukses mendaftar akhirnya selama sebulan kami mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan, terutama latihan fisik karena mendaki sangat membutuhkan stamina tubuh yang sehat dan kuat. Selama satu bulan penuh saya rutin berolahraga minimal lari keliling GBLA atau sepedahan keliling komplek atau pait-paitnya kalau lagi mager saya hanya strecting selama 10 menit di kamar. Yaa semua itu dilakukan supaya tubuh tidak shock saat mendaki. Akupun menyiapkan beberapa peralatan seperti matras, tenda, carrier, sepatu, jas hujan, dan kebutuhan lainnya. 
    Alat tempurku
    Hingga tak terasa hari keberangkatanpun akan segera tiba. Persiapan alat pribadi maupun kelompok sudah dipersiapkan dengan matang. Kali ini aku benar-benar berusaha tidak ada satu barangpun yang tertinggal. 
    27 Des 2019
    Keesokan harinya, tepatnya Jumat, 27 Desember 2019. Aku berangkat kerja seperti biasa. Rencana awal yang tadinya setelah berangkat kerja langsung menuju Terminal Leuwi Panjang pun dibatalkan. Alhasil sekitar pukul 14.00 aku pulang dulu ke rumah untuk mengambil perlengkapan, untungnya rumahku tidak jauh lokasinya dari tempat aku bekerja. Kurang lebih pukul 17.00 temanku datang untuk menjemputku dan kami akhirnya naik motor menuju ke terminal Leuwi Panjang. Rintik-rintik hujan dan macetnya Kota Bandung kala itu tidak melunturkan semangat kami untuk pergi.
    Setelah sampai di terminal, kami bertemu dengan beberapa teman yang sudah tiba terlebih dahulu disana. Ada Kang Sogin, Sandi, Doni, dan Pak Adi. Bersamaan dengan kedatanganku, Pak Ary yang adalah atasanku dikantor juga sampai. Pak Ary ini usianya sudah tidak terbilang muda lagi namun semangatnya masih gigih. Katanya "Saya gaakan pernah naik gunung lagi kalau gak diajak kalian. Mana ada yang seumuran saya naik gunung". Ya, usianya waktu itu 59 tahun. Cukup khawatir awalnya, namun ternyata beliau memiliki semangat juang yang tinggi melebihi kami-kami kaum muda. Setelah itu, Bu Ana dan Kang Elmy pun tiba. Berarti tinggal menunggu 1 orang lagi, Hena. Hari itu tepat sekali dia melangsungkan sidang skripsinya. Katanya dia akan ikut tapi agak telat karena menunggu yudisium. Oiya, Hena, Pak Adi, dan Kang Sogin ini satu almamater denganku di Universitas Pendidikan Indonesia. Tapi kami beda angkatan. Sedangkan Sandi dan Doni adalah teman dari Pak Ridwan. Aku juga beru mengenal mereka berdua hari itu. Oiya Bu Ana dan Kang Elmy ini ternyata cemewewan ihi. Aku juga baru mengenal Kang Elmy saat itu. 

    Adzan maghrib berkumandang, kami memutuskan untuk mencari mushola dan sembahyang sambil menunggu kedatangan Hena. Sambil menunggu, setelah sholat magrib kami berkumpul di depan mushola yang juga terdapat warung kecil-kecilan. Beberapa temanku sempat memesan kopi hangat untuk menambah stamina. Akhirnya Henapun datang bersamaan dengan wajah sumringahnya karna sudah menyandang gelar S.Pd. Saat itu juga aku langsung mengucapkan selamat kepadanya. Ah aku jadi rindu masa-masa yudisium saat itu.

    Menuju bus untuk berangkat ke Cianjur
    Gak pake lama setelah kedatangan Hena, Pak Adi, segera mencari bus menuju Cianjur saat itu. Beruntungnya kami karna bus yang kami tumpangi adalah bus terakhir yang menuju sana. Setelah memakan perjalanan selama kurang lebih 3 jam kami tiba di Terminal Rawa Bango. Saat itu sekitar pukul 11 malam kami turun dari bus dengan wajah kusut karna baru bangun dari tidur. Sialnya saat itu aku mual dan hampir muntah karna perjalanan yang berkelok terlebih sudah lama sekali rasanya tidak memakai kendaraan umum.
    Pak Adi pun melancarkan aksinya kembali. Ia mencari kernet angkot yang bisa membawa kami menuju ke Gunung Putri tentunya dengan tarif seminimal mungkin. Skill sepik yang patut diacungi jempol. Aku dan yang lain hanya tinggal menunggu Pak Adi bilang "Yo yo, masuk yoo" sambil menggerakkan tanggannya seolah mengarahkan kami masuk ke dalam angkot. Kami berdempet-dempetan di dalam angkot dengan sebagian besar space angkot dipenuhi oleh barang bawaan kami yang sungguh tidak kecil dan tidak ringan tentunya. Yang paling menderita tentu yang duduk paling pojok belakang. Karena sudah kakinya tertindih carier, badannya tergencet oleh badan kami pula. Yaa, apaboleh buat. Untungnya bukan aku yang berada di posisi itu.
    Aku kira perjalanan menuju Gunung Putri itu sebentar, ternyata lumayan lama juga dan kami diberhentikan di Ramayana karena harus ganti angkot. Supir kami yang sebelumnya ternyata tidak bisa mengantar kami sampai ke lokasi. Tapi tak lama angkot pengganti kami sudah datang, dengan kapasitas yang sedikit agak lebar sehingga membuat kami cukup leluasa saat itu. 

    Oiya, saat itu aku mengajak teman kuliahku juga untuk ikut pendakian. Namanya Desi. Dia datang dari Cilegon dari tempat kerjanya dan kami janjian langsung di pertigaan dekat Istana Cipanas. Saat itu setelah aku tanya keberadaannya ternyata dia sudah sampai di lokasi dan akan menunggu di warung pecel lele simpang. Desi ini orang yang aku kenal sangat mandiri. Mungkin dari sekian banyak teman wanita yang aku kenal, dia sangat pemberani. Buktinya ia tak takut berpergian ke luar kota sendiri. Dia juga seorang yang mudah beradaptasi. Jadi aku tak perlu repot-repot untuk menemani dia, karena dia sangat mudah bergaul.
    Setelah sampai di persimpangan dekat Istana Cipanas, aku yang awalnya hendak turun untuk menjemput Desi di warung makan pecel lele malah didahului oleh Pak Ridwan yang sebegitu cepatnya hingga ia bergegas langsung turun dari angkot menjemputnya sebelum aku yang turun dari angkot. Aneh pikirku. Aku yang temannya Desi kenapa Pak Ridwan yang begitu antusias menjemput. Padahal sebelumnya mereka tidak saling kenal. Bercakappun hanya via whatsapp untuk membahas soal persiapan pendakian. Ah, entahlah. Segera aku susul dia karena khawatir salah orang. Sebelum aku sampai di warung pecel lele, aku melihat Pak Ridwan tampaknya tidak salah orang dan mengucapkan sepatah dua patah kata kepada teman kuliahku itu. Mungkin salam perkenalan atau sekedar bertanya "Hai kamu Desi ya?". Ih aneh pikirku, harusnya kan aku duluan. So akrab banget sih si Pa Ridwan ini. Apa jangan-jangan mereka... Ah sudahlah aku tak ingin berpikir macam-macam saat itu. Aku segera menyapa temanku Desi dan mengajaknya bergegas masuk ke dalam angkot karena hari sudah larut malam.
    ...

  • WFH atau Tidur?

    Sudah masuk minggu ke-3 WFH. Beberapa mungkin ada yang belum mulai atau ada yang sudah lebih dari itu. Kalau saya sendiri sebenernya full WFH itu dari mulai minggu kemarin, meskipun sebenernya gak WFH-WFH banget karena nyatanya saya masih suka ke kantor kalau ada kerjaan urgent atau kebutuhan dadakan lainnya yang meskipun gak lama. Untungnya jarak dari rumah ke kantor gak terlalu jauh, cuma kaya dari "UPI ke Borma Setiabudhi".
    Mungkin ini salah satu bentuk peningkatan produktifitas saya selama WFH. Kalau boleh cerita sih sebenernya hal ini yang saya idam-idamkan dari dulu. Bukan tentang COVID-19 ya. Tapi tentang kerja di rumah. Iya, entah kenapa saya itu termasuk orang yang betah tinggal di rumah. Meskipun rumah saya bukan rumah mewah yang segala fasilitasnya tersedia atau punya ruang kerja yang nyaman dengan view taman dan segala rupa kenikmatan. Sama sekali engga. Kadang saya kerja diatas kasur dengan laptop beralaskan papan gamtur (nax arsi upi pasti pada punya papan ini deh). Kadang juga pindah kalau lagi bosen ke ruang tamu, eh taunya tiba-tiba ada tamu dan paniklah saya. Setiap sudut rumah adalah kebahagiaan. Rumah adalah tempat terbaik bukan hanya untuk berlindung tapi juga untuk berkarya. Itulah definisi rumah menurut sudut pandang saya.

    Tapi kadang ada dukanya juga sih dan masih dilematis sampai sekarang. Mungkin banyak juga yang mengalami hal serupa. Ketika kita sedang bekerja, kadang orang rumah suka meminta pertolongan ke kita misalnya cuci piring atau beliin sesuatu ke depan atau apapun itu. Dilematis banget kadang perang batin antara mau bilang "gak liat apa gue lagi kerja" wkwkw atau dengan solehahnya langsung berhenti kerja dan menuhin permintaan orang rumah. Kalau kalian gimana guys?

    Pernah ada pengalaman konyol juga nih selama WFH. Jadi saat itu sy lagi kerja seperti biasa, tiba2 sekitar jam 11an gatau kenapa ngantuk berat. Akhirnya tidurlah sy sampai kurang lebih jam 13.30 dan itupun bangun karena dengar suara getar HP yg sy simpan di sebelah badan sy di kasur. Begitu dibuka ternyata ada undangan untuk vcon dengan tim membahas kerjaan jam 13.45. Paniklah saya, belum cuci muka, belum mandi, belum dikerudung. Muka masih muka bantal. Mungkin buat cowo sih woles ya. Kalau buat cewe agak2 risih juga meskipun meetingnya hanya lewat zoom. Alhasil semuanya tersiapkan meskipun hanya 15 menit dandan dan persiapan dokumen. Lalu begitu meeting dimulai tiba-tiba ada pesan masuk dari rekan kantor. "Bu Es, belum mandi ya? Mandi dulu gih". Dan ku terkejut ketika ada temen yang sadar kalau aku belum mandi padahal udah pake makeup segala rupa :(

    So buat kalian yang lagi WFH, tolong pastikan kalian mandi pagi2 sebelum jam kerja biasanya di mulai. Karena di dunia ini banyak sekali orang yang matanya jeli dan bisa bedain mana orang yang udah mandi atau belum ketika bertatap muka meskipun hanya lewat media digital :(

    Sekian, konten gabut ini.
    Salam
  • Begin to Build Something New

    Hai!
    Gimana puasanya nih? Moga dilancarin, moga puasanya berkah ya. Jangan loyo-loyoan, harus tetep semangat meskipun laper dan haus. Jangan jadikan puasa sebagai alesan, malah produktivitas harus tetep meningkat ya mentemen. Sambil ngisi waktu ngabuburit aku pengen share pengalaman lagi nih. Karena sebaik-baiknya guru adalah pengalaman, betul?
    Mungkin sebagian temen2 yang udah lulus dari kuliahnya terutama dari jurusan arsitektur juga pernah ngerasain hal yang sama atau bahkan berbeda. Mungkin ada yang habis lulus pengen berubah 180 derajat dan gak mau lagi ketemu sama yang berbau2 arsitektur, atau ada juga yang pengen lebih aktif dengan kerja di dunia ini dan lanjut S2 misalnya. Tiap orang punya pilihan masing-masing. Tapi untuk aku pribadi, sepertinya setelah menjalani kuliah selama 4,5 tahun yang penuh drama dan menghabiskan biaya yang gak sedikit sepertinya saya memutuskan untuk berusaha sekuat tenaga untuk tetep ada di dunia ini sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Dulu sih mikirnya karena bukan berasal dari keluarga yang kaya raya (tapi alhamdulillahnya Allah selalu mencukupi setiap kebutuhan kuliah) aku selalu ngomong dalem hati kaya gini "Nanti, kalau pas kerja pokonya harus dapet duit minimal seharga orang tua ngebiayain kuliah. Pokonya harus balik modal.Titik.". Yaa mungkin sekelas arsitektur di UPI sih gak semahal di UNPAR/ITB ya persemesternya, tapi setidaknya aku ngerasain gimana capenya ortu cari uang. Dimana pas uang semesteran harus dibayarin, aku harus ngomong sebulan/dua bulan sebelum jatuh tempo pembayaran, biar ortu ancang2 nyiapin biayanya dan biar gak kepake tu duitnya. Dan belum lagi biaya keseharian, ngeprint, beli bahan2 maket, seminar2, kebutuhan buat makan, dll yang ternyata gak murah juga. Alasan itu lah yang membuat aku semakin matang sepertinya setelah lulus aku harus cari uang dulu, bukan kuliah lagi. Daaan, alhamdulillah hari ini aku kerja di perusahaan developer di Bdg meskipun masih jadi anak bawang. Hiks.
    Awal mula kenapa bisa kerja, padahal kan jaman sekarang cari kerjaan tuh susah bingit kaya nyari jodoh.

    Hmm, ini sebenernya balik lagi ke do'a dan ikhtiar dan faktor lucky kita ya guys. Kalo aku pribadi kayanya emang lagi hoki aja. Justru waktu itu aku udah ngirimin lamaran untuk magang kerja di perusahaan yg skrg aku kerja itu dari pas aku belum lulus kuliah. Pas lagi butek-buteknya ngerjain TA. Duh, TA gak beres2, jenuh, pengen nyobain kerja aja. Cape tapi dapet uang. Kalo kuliah cape iya dapet uang ngga. Gitutuh aku mikirnya. Emang money oriented banget haha. Dan aku kiriminlah CV yang aku bikin dadakan cuman 2 jam ke HRDnya via email. Tapi emang jawabannya gak langsung sih. Aku nunggu beberapa bulan baru ada jawaban. Untungnya di waktu nunggu jawaban itu, aku lupa kalau aku ngirim lamaran magang. Jadi aku gak terlalu ngarep juga biar kalau gak diterima gak sakit hati banget. Aku fokus lagi ngurusi TA biar cepet beres. Alhamdulillah, tgl 28 Desember 2018 resmi lulus sidang sarjana arsitektur dan tanggal ini jadi tanggal bersejarah banget karena pas detik2 terakhir beres presentasi sidang, aku malah nangis depan dosen. Malu banget sumpah wkwk. Hari itu juga jadi kado terindah buat diri aku sendiri karena besoknya, tgl 29 aku ulang taunnn, yeaaa im so happy :') Mungkin ini alasan Tuhan melambatkan aku untuk lulus tepat waktu wkwk.

    Barulah di bulan berikutnya di tanggal 14 Januari saat masih ngurus2in persyaratan setelah sidang ada email balasan dari HRD masuk dan diundang untuk interview. Yampun im shocked. Langsunglah dikebut untuk beresin persyaratan meskipun ada bbrp yang belum tapi berusaha untuk fokus ke interview dulu. Karna sebelumnya belum pernah sama sekali diinterview jadi aku harus belajar banyak dari internet, nanya2 ke orang, dll. And Im ready for it. Untungnya ada seorang temen sekelas juga yang ternyata ngirimin lamaran magang ke perusahaan yg sama. Jadi kami berdua berangkat bareng untuk interview. Pengalaman interviewnya juga cukup panjang sih kayanya harus dibikin postingan khusus juga buat ngebahas soal itu. Tapi intinya salah satu dari kita harus ada yg tereliminasi karena perusahaan cuman butuh seorang buat gantiin posisi karyawan yang lagi cuti melahirkan selama 3 bulan. Hmm, okay, disitu aku emang langsung sama sekali gak ngarep buat aku yg kterima disitu. Aku ikhlas banget kalau temen aku yg masuk. Aku emang ngerasa belum ada apa2nya dibanding temen aku yg itu. Mungkin kalau gak kterima aku mau belajar lagi, ngulangin matkul2 yang udah aku lupain, atau nyari uang dari freelance2. Ehh, taunya yang keterimanya aku guys :')
    Setelah itu aku lanjut interview ke-2 bareng HRD. Aku gak ngerti lagi kenapa untuk proses magang harus seketat ini. Mulai dari tes kemampuan software, presentasi portofolio, sampai interview bareng HRD. Padahal kan cuman magang 3 bulan doang. Mungkin kebijakannya memang seperti itu ya. Setelah interview ke-2 beres, barulah tanggal 21 Januari sy resmi kerja magang di perusahaan itu.
    Hari pertama..

    Wow, hari itu aku sangat berekspektasi lebih dengan teman-teman baruku. Tapi ketika masuk ruangan aku terkedjoet melihat mereka yang ternyata cowo semua. Hiks. Kiri kanan bapa2. Bapak2 everywhere. Sebenernya gapapa sih banyak temen cowo, wajar karena dunia arsitektur sebagian besar isinya cowo semua. Tapi ini satupun gaada :( Atulaa nanti aku curhat2an sama siapa. Tak mungkin juga aku curhat dengan mereka yang sudah beranakistri wkwk. Bismillah, akupun menarik napas panjang untuk menerima kenyataan ini. Akupun agak shock berat ketika menyadari bahwa ruangan kantorku ini bener2 gak ada suaranya sama sekali. Gaada yang ngobrol atau bercanda. Sungguh sangat sepi krik krik. Mungkin mereka terlalu profesional sehingga saat jam kerja mereka memang fokus di pekerjaannya masing-masing. 
    Sebulan dua bulan berlalu aku mulai bisa adaptasi dengan lingkungan baru. Mulai bisa nerima kalau kondisiny emang kaya gitu. Gabisa dibandingin sama jaman kuliah dulu yang kebanyakan hura-hura. Meskipun sakit rahangnya kadang masih kerasa karna jarang ngomong wkwk. Maklum, namanya juga cewe, kalau gak cerewet yaa jadinya kesel sendiri.  Yaa intinya sampai kapanpun pasti akan ada hal yang baru dan aku harus bisa membuka diri dengan sesuatu yang baru itu.
    www.pinterest.com
  • Diberdayakan oleh Blogger.

    GET A FREE QUOTE NOW

    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat.

    ADDRESS

    Bandung City, Indonesia

    EMAIL

    edestikarani@gmail.com

    MOBILE

    +62 859 5006 9490

    LINE

    estides