Esti Destikarani

I am an Architect

Esti Destikarani

Only a place for express all thoughts into a set of indefinite letters. Hoping to be useful, but being self complacent is very meaningful for me. Thank you, to spend a few minutes just to open this site. Hopefully there's no regret and keep the "kepo" grows to read more articles or sharing stories that I've posted. Its an honor for me if you leave a trail by commenting below the posts. Happy reading and enjoy, Esti.

  • Bandung City
  • +62853-1455-5953
  • edestikarani@gmail.com
  • www.wap-jett.blogspot.co.id
Me

My Professional Skills

I am very good at making dreams but still not ready to wake up and achieve everything I have dreamed of. My time is always used to think about everything. Deeply imagining something satisfying. Because I think everything starts as a dream, but unfortunately its requires ACTION to become true.

AutoCad 80%
SketchUp 90%
Vray for Sketchup 80%
Adobe Illustrator 85%
Adobe Photoshop 85%
Corel Draw 90%
Microsoft Office 90%

Tentang Arsitektur

Kesoktahuan diri ini yang hanya ingin bercakap-cakap tentang arsitektur walaupun ilmunya belum ada apa-apanya. Sharing aja gimanah?

Tentang Travelling

Ah, ini sih cuman konten jalan-jalan biasa. Doain ya, semoga bisa "travelling beneran". Pasti di post deh :)

Curhat Session

Blog ini isinya 1% ilmu, 99% curhat. Jadi buat apa kalian datang haha. Gak deng bercanda. Terimakasih telah berkunjung, luv luv :*

Tentang Portofolio

Berusaha menjadi wanita yang produktif. Cobalah lihat keproduktifan diri ini. Semoga menghibur :')

Hanya Cerita Lampau

Bangsa yang hebat adalah bangsa yang tidak meninggalkan sejarahnya. Begitupun kita sebagai manusia. Apadah wkwk

Artikel Bermanfaat

Nah yang ini semoga beneran bermanfaat ya.

0
Proyek Desain
0
design award
0
facebook like
0
current projects
Tampilkan postingan dengan label liat deh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label liat deh. Tampilkan semua postingan
  • Menjelajah Pelosok Bandung, Ranca Suni, Keindahan yang Terkikis Waktu

    Cita-cita Ibuku yang entah sejak berapa tahun lamanya ingin segera pergi mengunjungi tempat ini namun baru terwujud baru-baru ini.
           ___________________
    Ibuku adalah seorang wanita paruh baya yang lahir di tengah perkebunan teh. Ia terbiasa hidup ditengah hembusan angin gunung dengan semerbak wewangian daun teh. Hidup berdampingan dengan petani dan juragan-juragan pabrik yang kental dengan nuansa didikan belanda. Dulu Ibuku lahir di sebuah daerah bernama Gunung Mas di Bogor. Ayahnya yang juga adalah Kakekku adalah seorang yang ahli dalam berkebun dan paham betul bagaimana mengelola teh dari mulai proses pembibitan hingga proses ekspor teh. Kakekku hingga saat ini yang usianya hampir 85 tahun, tidak pernah lupa akan kenangannya memimpin sebuah pabrik teh. Bahkan kenangan itu terus diceritakan kepada cucu-cucunya termasuk aku berulang kali sampai aku bosan. Tapi salahnya aku, hanya mendengar tanpa melibatkan perasaan. Padahal ketika Kakekku bercerita yang ia ingin sampaikan adalah perasaan rindu ingin kembali ke masa itu. Masa ketika muda yang sehat, yang kuat, yang penuh dengan tantangan. Sama seperti aku merindukan teman-temanku yang ahh.. sudahlah, banyak sekali yang pergi. Pergi dengan pasangan-pasangannya, pergi dengan kesibukannya, dan memilih jalan masing-masing. 

    Menghabiskan waktu bertahun-tahun di Gunung Mas, suatu ketika Kakekku diharuskan untuk pindah tugas. Ia sempat dipindahkan ke Perkebunan Teh Panjang, lalu Cikopo, dan Perkebunan Gedeh, hingga yang terakhir ke Bandung tepatnya di Ciwidey. Sebuah pelosok desa yang indah, sejuk, sungai mengalir dengan jernihnya, burung-burung dan suara binatang-binatan lain masih terdengar jelas. Ditengah kesunyian kampung yang berwajahkan Sunda, lengkap dengan rumah berdinding bilik dengan teras depan berlantai kayu. Kampung itu bernama "Ranca Suni".

    Sewaktu Kakekku dipindahkan dari Bogor ke Ranca Suni, Ibuku terpaksa ikut meskipun masih berusia sangat kecil. Ini lah tempat Ibuku bermain dan menghabiskan waktu kecilnya sebelum Ia pindah lagi ke lain kota. Menurutnya tempat ini sangat berkesan. Karena diingatannya dulu begitu indah. Sebuah tempat yang nyaman yang takan lagi kita temukan di kota-kota jaman sekarang yang penuh dengan hiruk pikuk kesemrawutan. Di sini tempat tinggal Ibuku dan Kakekku sangat berdekatan dengan pabrik tempat Kakek bekerja. Bahkan Ibuku bisa melihat dari jendela ketika kakek sedang kerja di ruangannya. Saking indahnya saudara-saudaranya yang berada di kota sering berkunjung ke sini hanya untuk botram atau sekedar silaturahim. 

    Ranca Suni ini tempatnya sangat tersembunyi karena berada di lembah. Dikelilingi gunung-gunung dan perkebunan teh yang berada lebih tinggi daripada perkampungan. Wajar bila disini udara selalu dingin bahkan bisa mencapai 17 derajat. Sambil aku mendengarkan cerita Ibuku, aku membayangkan betapa serunya saat itu. Akhirnya setelah bertahun-tahun lamanya, aku baru bisa mewujudkan keinginan Ibuku untuk bisa pergi kesana. Melihat-lihat rumah masa kecilnya dan tempatnya bermain.

      ___________________
    Sebelum pergi kesana aku sempat berdebat dengan Ibu karena lokasi yang belum pasti. Lokasi yang ada diingatan Ibu ternyata berbeda dengan lokasi yang berada di google maps. Akupun bingung harus percaya yang mana. Ibuku sudah pergi meninggalkan tempat itu puluhan tahun lamanya wajar bila ia lupa dan kecanggihan teknologi terkini pun tidak bisa aku pungkiri ketepatannya. Akhirnya kami memutuskan pergi dengan percaya pada google maps. Kakakku yang menjadi supir agak kewalahan dengan jalan yang diarahkan peta online ini. Karna jalannya berliku, naik dan turun serta tak nampak sama sekali ada tanda-tanda keberadaan kebun teh. Sama sekali bukan yang ada dalam ingatan Ibu. Setelah sampai di titik tujuan yang google maps arahkan, ternyata bukan ini tempat itu. Sepertinya kami tersesat dan terpaksa berbalik arah. Kami pun melalui jalan naik dan turun itu lagi hingga sampai ke jalan utama. Kami akhirnya memutuskan untuk bertanya ke warga sekitar dan ternyata kami tersesat lagi untuk keduakalinya. Kami malah terlalu jauh mengambil jalan bahkan hampir ke Cianjur. Untungnya di tengah jalan kakakku berhenti dan kembali bertanya pada pedagang warung, ternyata kelewatan katanya. Kami pun kembali berbalik arah. 

    Akhirnya setelah melalui perjalanan yang panjang kami menemukan secercah harapan ketika kami melihat penunjuk arah bertuliskan "Ranca Suni". Dan dari situ ingatan ibuku kembali muncul hingga sampailah kami ke sebuah desa yang sangat historistik. Aku sebagai pecinta bangunan-bangunan bersejarah ketika dibawa ke tempat seperti ini imajinasiku akan kehidupan di masa lalu tiba-tiba muncul. Aku terkagum dan merasa seperti ada di tempat yang asing yang begitu asri. Namun ketika aku melihat raut wajah Ibuku, justru Ia terlihat berbeda. Ternyata Ranca Suni yang sekarang tidak seperti yang diharapkannya. Iya, tidak seperti dulu, tidak seindah kala itu. 
      ___________________

    Pabrik pengolahan teh milik PTPN yang kondisinya sangat memprihatinkan. Sama sekali tidak direnovasi dari dulu hingga kini. Mesin-mesin tampak berkarat namun dipaksakan tetap berjalan. Sebagian kacanya pecah bahkan lepas dari kusennya dan didiamkan begitu saja. Dinding yang sepertinya tidak pernah lagi di cat ulang hingga warnanya begitu kusam. Akupun tak melihat begitu banyak pekerja disana. Yang aku lihat hanya sebuah mesin besar sedang berputar menggiling dedaunan teh. Disebrang pabrik itu dulunya adalah bengkel kini terkesan kosong bak rumah hantu hingga gentengnya pun diselimuti lumut. Bentukannyapun tak lagi kokoh. Akupun penasaran dengan rumah yang dulu ditinggali oleh Ibu dan Kakekku. "Ti, dulu rumah Ibu ada disana (sambil menujuk). Tapi sekarang ko gaada ya. Ibu inget banget dari rumah ke pabrik itu keliatan dan gak jauh." Ternyata rumah itu hanya tinggal bongkahan-bongkahan batu bata yang hampir rata dengan tanah karena sudah dihancurkan. Kami tertegun beberapa menit tepat di depan rumah yang dulu Ibu tinggali. Aku rasa Ibu ingin menangis, terlihat kesedihan di raut wajahnya. Rumah-rumah lain milik petani teh kini tampak lebih mirip gubuk tua yang reot tak seperti dulu yang kental dengan budaya lokal bernuasa Sunda. Sejenak Ibuku berbincang dengan warga yang sedang bercocok tanam dihalaman depan rumahnya. Warga disana sangat ramah meskipun kami pengunjung dari luar. Tak terhitung jumlah rumah yang ada disini namun kondisinya hampir sama. Nampak pula sebuah bangunan besar seperti bangunan serbaguna yang dipakai untuk GOR dan TK begitu tak terawat. Sungai yang dulu indah kini tak terawat hingga ditumbuhi rumput-rumput liar di pinggirannya, namun airnya masih tetap jernih mengalir diantara bebatuan besar. Dari kejauhan masjid terlihat bersih namun fasilitas sangat jauh dari kata nyaman. Kami memang tidak masuk ke area sholatnya, namun kami melihat2 kamar mandinya yang ternyata kotor dan bahkan pintu-pintunya pun rusak. Ah ini bukan seperti dulu ketika Ibuku tinggal disini. Sangat jauh berbeda.

      ___________________
    Tapi dibalik kekecewaan Ibu, aku bersyukur bisa membawa Ibu kemari sampai rasa penasarannya sudah hilang. Sejujurnya akupun agak miris karena sekelas perusahaan BUMN kondisinya tidak sebaik yang aku kira. Padahal produksi teh di Indonesia sangat maju dan bisa sampai ekspor ke negara lain. Ranca Suni-pun sangat potensial jika dijadikan tempat wisata seperti perkebunan teh yang lain. 

    Kami berkeliling desa itu sambil berfoto-foto ria dan akhirnya kami pulang dengan perasaan yang bercampur aduk. 

    Ranca Suni, semoga ada orang baik yang bisa memajukan desa ini jadi seperti dulu lagi.
    Satu lagi keinginan Ibu, untuk bisa melihat Gunung Mas di Bogor. Insya Allah ya Bu, pasti kita kesana. Kalau sekarang keadaannya masih seperti ini dan tidak memungkinkan buat berpergian. Mudah-mudahan Gunung Mas tidak seperti Ranca Suni ya Bu :)


    Bangunan GOR, TK dan GSG Ranca Suni (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Rumah dinas pejabat pabrik teh perkebunan Ranca Suni (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Nampak dari kejauhan rumah-rumah penduduk berjajar rapi. (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Kami yang sedang asyik menyusuri jalanan Ranca Suni. (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Jembatan yang melintang di atas sungai. (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Salah satu kondisi rumah warga. Nampak sekali banyak kerusakannya :( (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Pintu masuk GOR Rancasuni. (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Dari kejauhan Masjid tampak kokoh meskipun kubahnya tak lagi bersinar seperti dulu. (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Bayangkan jika ini rumah kalian :( (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Ini adalah kondisi sungai yang tertutup rumput liar. (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Bangunan yang dijadikan tempat penyimpanan benda-benda tak terpakai sampai seperti ini kondisinya. Menyedihkan :( (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Indahnya Ranca Suni dari atas. (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    TK Tunas Karya II Ranca Suni (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Apa yang ada di benak kalian wahai arsitek? (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Masuknya lewat mana ya? (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Rusak dimana-mana. Horor banget kayanya ini. (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)

    Bekas bengkel yang lebih mirip rumah hantu. (Dokumentasi Pribadi, Maret 2020)










  • Indahnya Ciwidey Bersama Kalian!

    Akhirnya setelah 4 tahun lebih merasa terkurung dengan tugas-tugas dan kesibukan kampus, kita bisa main bareng melupakan sejenak revisian dan administrasi yang harus diurusin setelah sidang. Sedih rasanya karena semakin dekat kita semua dengan sebuah kata perpisahan. Semoga ini hanya sekedar jarak, bukan hati yang berpisah. Semoga akan selalu ada rasa rindu dalam diri kita pada hari2 dimana kita berkumpul menertawakan satu sama lain, saling mensupport, dan saling membantu. Takkan pernah tergantikan kisah ini dengan kisah-kisah lainnya. Kalian sungguh mengindahkan setiap perjalanan hidupku. Terimakasih, terimakasih!!



  • Kadang...


    Kadang kita gabisa milih, mau berteman dengan manusia seperti apa, watak yang bagaimana, dan cara mereka memperlakukan kita gimana. Kadang kita juga terlalu jauh untuk berbuat baik kepada siapa saja, dengan memberikan gula gula manis yang kita punya pada mereka. Padahal mereka hanya semut yang kelaparan. Sedangkan kita semakin kurang gizi karena gula sebagai asupan energi dirampas oleh mereka.

    Kadang kita terlalu jauh untuk berangan-angan. Mengharapkan gula balasan dari mereka. Tapi mereka lupa, dirinya hanya semut, tak bisa memperoleh gula. Hanya bisa mengambil asupan makanan yang tergeletak di atas meja. 

    Kadang kita manusia, lupa bagaimana membahagiakan diri sendiri. Sampai rela berkorban untuk orang lain. Tapi orang lain, belum tentu mau melakukan hal yang sama dengan kita. Terkadang, memilih-milih teman untuk kebahagiaan itu baik. Asal jangan termakan bujuk rayu mereka yang terkesan manis di awal, tapi pahit belakangan.

    Terkadang, lebih baik pergi dari pada bertahan tapi menyakiti diri sendiri...
  • Menjadi Ibu Rumah Tangga

    Ini sudah hari ke empat ketika ibu dan kakak laki-lakiku satu-satunya pergi mengunjungi saudara ke luar kota. Awalnya aku dipaksa untuk ikut, namun setelah dipikir-pikir aku akan ketinggalan jauh sekali bila aku bolos kerja. Kini aku sedang menjalani praktik kerja profesi di salah satu konsultan perencana di Bandung. Meskipun perusahaan ini perusahaan swasta yang aturannya tidak terlalu ketat dan bisa-bisa saja meminta izin mengambil cuti selama seminggu untuk menghadiri acara pernikahan saudara sepupu, namun tugas yang diberikan lumayan menyita waktu. Belum lagi ada kejar tayang membuat laporan praktik kerja. Mungkin akan sulit mengejar bila aku melupakan tugas-tugasku selama seminggu. Jadi aku putuskan untuk diam di rumah bersama ayahku yang juga tidak punya jatah cuti bekerja.

    Awalnya aku akan berfikir biasa saja ketika ditinggal mereka. Karena aku sudah pernah merasakan seminggu bahkan dua minggu sama sekali tidak menatap wajah keluargaku. Lokasi rumah yang cukup jauh dari kampus membuatku lelah sehingga aku memutuskan untuk mengekost. Mungkin pengalaman ini juga membuat aku lebih mandiri dan bisa bertahan hidup dengan tenaga dan usahaku sendiri. Namun, aku merasakan sesuatu yang berbeda saat aku tahu bahwa keluargaku berada pada lokasi yang jauh...

    Aku semakin mengerti...

    Bahwa...

    Menjadi seorang ibu itu sulit...

    Kepergian ibu untuk sementara waktu membuatku harus menggantikan posisi ibu di rumah. Mulai dari bangun subuh, membangunkan ayahku, membuat masakan untuk sarapan, membuatkan kopi, membersihkan seluruh rumah, belanja ke warung, menyiram tanaman, menyapu halaman, mencuci piring, mencuci baju, menjemur pakaian, menyetrika pakaian, memasukkannya ke dalam lemari, menyalakan pompa air, memasak untuk makan siang, malam, dan menanak nasi, semuanya aku lakukan sendiri. Terkadang aku tidak bisa melakukan aktifitas apapun karena waktuku habis untuk mengurus rumah. Aku tidak sempat mengerjakan pekerjaan kantorku karena aku terlalu lelah dan aku tertidur hingga pagi tiba. Bahkan aku tidak bisa bertemu dengan teman-temanku karena aku takut pekerjaan rumahku akan terbengkalai. Membalas pesan masuk pun terkadang 3-4 jam setelah pesan diterima.  Semua ini rasanya seperti benar-benar berumah tangga.

    Apa yang aku rasakan kini dengan kehidupan kostku sangatlah berbeda. Saat kost, aku hanya perlu mengurus diriku sendiri dan ruangan berukuran 2,5 x 2,5 m2. Tak banyak yang harus aku lakukan. Bahkan tak membereskan kamar kost dalam seminggu pun rasanya tak ada yang perlu dipermasalahkan. Kamar tetap terasa bersih. Tapi di rumah, tidak disapu sehari saja, rasanya lantai seperti berpasir dan kotor. Piring dan peralatan makan cepat sekali bertumpuk menunggu untuk dibersihkan. Daun-daun kering selalu berguguran di halaman. Pakaian kotor menumpuk. Makanan belum siap karena tidak ada bahan masakan. Semuanya terasa lima kali lipat lebih berat.

    Ibu jika aku tahu ternyata seperti ini rasanya menjadi seorang ibu, nampaknya ibu perlu berlibur tiap seminggu sekali. Berlibur dari rutinitas yang bukan hanya membutuhkan kekuatan fisik, tapi juga kecerdasan otak. Bagaimana tidak. Aku sangat kebingungan hanya untuk mengatur menu makan karena keterbatasanku yang belum pandai dan ahli memasak. Tapi ibu sama sekali tidak pernah bingung akan makan apa nanti. Bahkan terkadang ibu selalu menyiapkan menu-menu spesial yang tak terduga dan nikmatnya luar biasa. Nampaknya aku perlu banyak belajar menjadi ibu. Dengan kesabaran dan ketangguhan yang engkau miliki.

    Ibu..

    Dirimu begitu hebat..

    Aku semakin sadar dan melihat dengan jelas akan dosa-dosaku karena sering melalaikan perintah ibu untuk melakukan pekerjaan rumah. Padahal sangat berat rasanya bila semua dilakukan sendiri. Maafkan aku, Bu...

    Banyak sekali pelajaran yang bisa diambil. Semoga ibu dan bapak sehat selalu dan diberikan kebahagiaan, kesejahteraan, dan anak-anak yang sholeh dan sholehan oleh-Nya yang selalu mendoakan kalian. Aamiin.

    Have a nice trip, Bu, A.





  • Perbedaan Mahasiswa Lulusan SMK dan SMA di Kelas Arsitektur

    Selamat malam temen-temen semua. Malem ini ada topik menarik dan rasanya perlu diposting di sini buat nambah-nambah ocehan yang mungkin tidak terlalu penting bagi kalian tapi seru kalo dibahas hahaha. Biarin aku ngoceh sendiri aja ;) 

    Latar belakang kenapa topik ini diambil mungkin gara-gara obrolan singkat antara anak SMA versus anak SMK di salah satu minimarket di daerah Bandung atas barusan yang lagi ngobrol seputar tugas dan mapres. Hmmm.. gimana ya kira-kira obrolan pastinya? Intinya gaada yang kalah ataupun yang menang. Baik lulusan SMK, maupun SMA semua adalah mahasiswa yang dapat diunggulkan. Mereka punya cara berpikir masing-masing yang membuat mereka menjadi berbeda. Apa sih itu? 

    Jurusan SMK yang dimaksud disini yaitu SMK jurusan TGB atau Teknik Gambar Bangunan ya guys karena rata-rata mahasiswa yang duduk di kelas arsitektur hampir 50%nya dari smk TGB. 

    1. Mahasiswa lulusan SMK adalah mahasiswa logis dan handal mengoprasikan software arsitektural (sketchup, 3dmax, autocad, dsb). Wajar, karena mereka sudah punya pengalaman banyak dibidangnya selama 3 tahun belajar di smk. Logis dalam artian mereka mampu memperkirakan bagaimana struktur yang baik untuk sebuah desain bangunan dan mengkalkulasi secara kasar biaya yang dibutuhkan untuk membangun sebuah bangunan. 

    Sedangkan mahasiswa lulusan SMA adalah mahasiswa yang memiliki kreatifitas yang lumayan baik walaupun mereka belum mampu memperkirakan bagaimana sistem struktur maupun anggaran biaya yang dibutuhkan karena mereka belum memiliki dasar dibidangnya. Pada awal-awal perkuliahan mereka agak kalut dengan berbagai macam software yang harus dikuasai dalam jangka waktu yang relatif pendek, namun semakin bertambahnya tugas, mereka semakin mahir mengoperasikan software-software arsitektural tersebut.

    2. Mahasiswa lulusan SMK memiliki pengalaman lebih banyak di lapangan daripada lulusan SMA. Mereka tau bagaimana pekerjaan arsitek dilapangan yang sebenarnya. Hal tersebut wajar karena mereka sudah pernah terjun langsung ke lapangan saat PKL di smknya. Meskipun bukan menjadi seorang arsitek, namun mereka semua diperintah oleh seorang arsitek. 

    Sedangkan mahasiswa lulusan SMA tidak memiliki pengalaman tersebut. Mereka menganggap bahwa arsitek adalah apa yang ada di kepalanya. Mereka ingin menjadi seorang arsitek yang dikhayalkannya. Fokus mereka adalah arsitek adalah seorang perancang, konseptor, tanpa perlu mengasah pengetahuan mereka soal matrial bahan bangunan, rab, ataupun DED, padahal langkah dasar untuk menjadi arsitek adalah menguasai hal-hal tersebut.

    3. Mahasiswa lulusan SMK menjunjung tinggi mata kuliah perancangan dan struktur konstruksi dan cenderung mengabaikan mata kuliah dasar umum yang juga sebenarnya mempengaruhi nilai IPK

    Mahasiswa lulusan SMA berusahan sekuat tenaga menguasai mata kuliah perancangan dan struktur konstruksi dengan mencari dan memahami berbagai sumber ilmu tanpa mengabaikan mata kuliah dasar umum seperti matematika dasar, bahasa indonesia, pendidikan sosial dan budaya, dll. Bagi mereka mata kuliah ini adalah mata kuliah nostalgia.

    4. Mahasiswa lulusan SMK memiliki tarikan garis yang bagus pada gambar manual. Mereka cenderung memiliki tarikan garis yang rapi dan terlihat jelas tebal tipisnya garis. Hal itu telah mereka kuasai sejak di bangku smk

    Mahasiswa lulusan SMA perlu mencontek bagaimana cara mahasiswa lulusan SMK membuat garis. Mereka perlu waktu yang relatif panjang untuk bisa menyaingi tugas gambar manual anak SMK. 

    5. Mahasiswa lulusan SMK adalah mahasiswa aktif yang selalu unggul, terdepan di kelas sedangkan mahasiswa lulusan SMA adalah mahasiswa kreatif yang selalu berusaha mengasah kreatifitas dan pengetahuan mereka dan menguasai banyak hal tentang teori-teori dalam arsitektur.

    Pada dasarnya mahasiswa lulusan SMK maupun SMA keduanya memiliki kelebihan dalam individu masing-masing. Dan setiap individunya adalah bibit-bibit unggul yang kelak akan menjadi manusia-manusia pemimpin yang memajukan bangsa. 

    Yaaa itu lah kira-kira perbedaanya. Mungkin masih banyak lagi perbedaan-perbedaan yang belum disebut dan tulisan ini hanya hasil dari memperhatikan teman-teman kelas selama 5 semester :D

    Sekian dan terima kasihhh 

  • Arshitektur

    Bicara soal ini rasanya kembali mengingat beberapa langkah kebelakang. Saat berdoa sujud-sujud meminta pengabulan do'a pada Yang Maha Kuasa. Rasanya salah kalau harus menggerutu terus menerus mengeluhkan betapa pentingnya waktu tidur bagi kesehatan seorang wanita. Intinya saya bukan men'tuhan'kan tugas, hanya saja saya mempersembahkan ini semua untuk Tuhan.


    Sejujurnya saya pun lelah, jenuh, bukan hanya soal tugas tapi dengan keadaan. Tapi kata Pak Ahmad Djuhara di videonya yang saya dengar dari laptop seorang teman yang beberapa jam lalu diputar berkata, "Saya lebih senang mendengar ada mahasiswa yang berkata pada saya, 'Pak saya ingin jadi arsitek' daripada seorang yang pintar dikelasnya, yang selalu mendapat nilai sempurna". Rasanya hati ini tergerak kembali.

    Hm...
    02.56..
    Tidak begitu banyak suara kokokan ayam dan gaungan anjing seperti waktu itu. Kadang membuat bulu kuduk merinding menghayalkan tiba-tiba ada...., ah sudahlah tidak usah dilanjutkan, ini malam Jum'at, bukan malam, tapi hampir subuh.

    Dan ini pun hanya selingan dari deadline-deadline yang lebih menyeramkan dibandingkan malam Jum'at. Semangat ya kalian yang sudah terlelap :')


  • Malem-malem disuruh sharing

    Jujur, sebenernya agak setengah-setengah, mungkin karena cuaca sudah mulai tidak bersahabat. Hari itu adzan magrib sudah mulai menggelorai panorama. Sayangnya suara itu tersamarkan dengan ricuhnya bunyi hujan yang jatuh di atas kanopi rumah. Dia sudah datang menjemput sebelum hujan membesar. Acara pun akan dimulai satu jam lagi. Bukan lokasi yang dekat sehingga kami harus pergi lebih awal. Namun dengan kondisi seperti ini kami mengurungkan niat untuk bergegas pergi. 

    Saat itu aku harus membatalkan puasa bayar hutangku. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan menyebrangi jalan dan memesan sepiring makanan di sebuah warung langganan. Tak lama, teman kamipun datang. Kami memang janji untuk pergi bersama-sama, sebelum adzan magrib berkumandang. Sekali lagi, ini karena kuasa Tuhan. Kami tak bisa apa-apa.

    Hingga akhirnya hujan pun reda berbarengan dengan habisnya santapan di piring-piring. Kami pun sholat terlebih dahulu sebelum berangkat menuju lokasi. Ini adalah kali pertama saya mengikuti acara sharing bersama mereka-mereka yang sudah memiliki pengalaman lebih ketimbang kami, yang hanya mahasiswa semester V, yang hobinya main, nonton, dan so-so-an baca buku namun tidak pernah berhasil menyimpan ilmunya dalam waktu lama. 

    Sempat terbesit pertanyaan tentang acara itu. Mungkin karena pengaruh kata "sharing" yang tertulis dalam pamfletnya. Satu kata yang membawa pengaruh dan menimbulkan tanya seperti apa yang akan mereka sampaikan, apakah saya perlu melontarkan pertanyaan, bagaimana bila saya tiba-tiba mengantuk saat mereka membawakan materi. Hal-hal kecil yang cenderung tidak penting itu sempat melintas di pikiran ini.

    GPS pun akhirnya menampilkan titik terakhir, tandanya kami sudah sampai di lokasi. Gelap, sepi,  kosong, seperti tempat kejadian perkara kasus kriminal. Sebenarnya tempat apa ini. Berada di ujung jalan yang tidak pernah dilalui pengunjung. Tidak ada tanda-tanda peserta lain yang datang kesini. Satpampun akhirnya menjadi objek satu-satunya yang dapat kami percaya, dengan memberikannya alamat, ia pun menunjukkan lokasi gedungnya. Ternyata lokasinya ada dibalik gedung yang gelap itu. Sebaliknya, gedung ini penuh kehangatan, ramai, nyaman, dan terang. Sungguh dua hal kontras yang membuatku heran kenapa mereka mesti memilih lokasi ini.

    Kami menyusuri anak-anak tangga hingga sampailah kami di lantai 3. Ruangan itu bukanlah ruangan besar yang cukup untuk menampung banyak peserta, bahkan sebagian yang hadir terpaksa berdiri karena kurangnya kursi. Mungkin sebaiknya acara ini lebih baik dibuat lesehan saja dari pada menjadi orang yang harus menyaksikan acara kurang lebih tiga jam dengan berdiri, bilur hati merambah...

    Acara kemudian dibuka dengan MC yang 'kece abis'. Bukan hanya MC tapi semua yang menghadiri acara ini rata-rata memiliki penampilan yang baik. Mereka terlihat terawat, mengikuti perkembangan zaman, dan yang pasti berduit. Itu hal yang wajar karena sebagian besar yang hadir adalah mereka yang sudah memilki karir cemerlang di bidangnya.

    Akhirnya dua orang pemateri dari dua buah konsultan pun telah selesai memaparkan portofolio super mereka yang salahsatunya disertakan dengan animasi yang sejak dulu saya sangat ingin membuat animasi seperti itu. Semua seolah nyata dengan bantuan aplikasi digital. Semua nampak indah dan wah. Karya-karya mereka yang istilahnya dikerjakan dalam waktu seminggu, mungkin dapat saya kerjakan dalam waktu 6 bulan. Mereka hebat dan memang mereka ahli dalam hal itu. Mereka mengerjakan sesuatu yang menjadi passion mereka dan sesuatu itu menjadi keuntungan materil bagi mereka. 

    Runtutan hasil-hasil desain di berbagai tempat dengan berbagai sudut pandang yang memberikan inspirasi bagi jiwa-jiwa pengumpul materi. Indah dipandang, seolah ingin setiap tugas menjadi sesempurna yang ditampilkan di layar. Semoga. Entah kapan tapi akan selalu percaya. 

    Acara ini ditutup dengan pertanyaan-pertanyaan dari beberapa peserta, hingga akhirnya kantukpun tidak terasa...

    Terimakasi ia.b (Inisiatif Arsitek Bandung)
    Acara gratis yang menguntungkan ini perlu hadir sesering mungkin untuk kalangan kami yang masih buta tentang masa depan. 





  • 40%

    Rumah satu lantai dengan konsep modern standard ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan 2 anak. Ruang tamu, ruang keluarga, dan ruang makan dibangun sengaja tanpa sekat agar memberikan kesan luas pada bangunan itu sendiri. Untuk memberikan batasan ketiga ruang tersebut, diberikan level yang berbeda antara ruang makan dan ruang keluarga yaitu 20 cm dan penempatan rak buku pada area ruang tamu menuju ruang keluarga yang juga berfungsi sebagai partisi ruang.

    Luas bangunan yang cenderung sempit, mengharuskan penggunanya memilih furnitur yang efisien dan menghemat ruang.

     
  • Explore Malam Kota Bandung

    Bosan dengan kehidupan yang terang benderang? Butuh objek baru untuk target fotografi anda? Apa salahnya keluar malam dan berkeliling kota kita tercinta ini. Tapi ingat, usahakan jangan keluar sendirian khususnya buat cewek nih, kalo bisa bawa pacar atau kakak atau temen deket kek, kalo bisa yang bisa jagain kalo terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.

    Bandung, dengan segala kekreatifan penghuni didalamnya, mengundang banyak wisatawan baik luar maupun dalam negeri yang tentu membuat Bandung semakin heurin. Hal ini membuat warga pribumi malas untuk keluar rumah selain untuk melakukan aktivitas rutin seperti bekerja, kuliah, atau sekolah, seperti saya. Selain menikmati langit malam, kita juga bisa menikmati megahnya arsitektur zaman kolonial Belanda dan arsitektur modern yang banyak terdapat di setiap penjuru kota.

    Ini yang saya lakukan saat saya sedang bosan dengan rutinitas kampus. Kebetulan saat itu saya bawa kamera dan walaupun saya gabisa motret tapi momen untuk bisa merasakan hidupnya kembali kota ini bener-bener dapet!










     Yang jelas malam itu adalah malam yang paling berkesan selama hidup di Bandung, cielaah



  • Kunjungan Arsitektural : Menara Masjid Al-Furqon

    Belum pas rasanya kalo jadi anak teknik ga iseng-iseng nyari tempat yang ektrim, belum pernah dituju dan menyempatkan buat sekedar melamun atau selfie disana. Nah, rekomended sekali buat anak muda yang tidak takut ketinggian dan pecinta wisata langit khususnya anak UPI coba deh kalian manjat ke menara ini. Awalnya ada kaka tingkat yang kesini duluan, terus temen ngajakin dan alhasil udah dua kali kesana masih belum bosen.

    Lokasi menara ini ada di depan masjid Al-Furqon kampus UPI tentunya, di deket parkiran. Tapi inget kalo kesini harus tertib, naiknya gantian karena dikhawatirkan kondisi anak tangga yang sudah tidak anak-anak lagi alias takut lapuk tiba-tiba. Kalo kalian sudah lihai pake 'taraje' kalian mungkin tidak akan kesulitan. Jangan banyakan juga, maksudnya jangan sekelas kesana semua takut roboh haha. Ya terus kalo digembok ya kalian harus rela balik lagi. Hati-hati dimarahin sama pengurus masjid ya wkwk.

    Setelah sampai diatas kalian akan disuguhkan dengan pemandangan maskot UPI yaitu ISOLA tercinta, mesjid keren tiada dua Al-Furqon, gedung tersayang FPTK dan jalan terpadat Setiabudi. Jangan lupa bawa tongsis dan fisheye dan alat fotografi lain yang kalian punya! Perhatikan kondisi alam juga kawan. Usahakan jangan siang bolong kalau kalian gamau kebakar. Enaknya sih senja-senja gitu bareng si doi kalo ada :'(
    Jangan pake rok, nanti keliatan dari bawah eheheh. Jangan bawa tas, ribet. Jangan lama-lama nanti betah.

    Turunnya juga cukup tegang buat yang pertama kali. Hati-hati aja lah pokonya.



















    Yahaha seru lah pokonya! Wajib icip.
  • Diberdayakan oleh Blogger.

    GET A FREE QUOTE NOW

    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat.

    ADDRESS

    Bandung City, Indonesia

    EMAIL

    edestikarani@gmail.com

    MOBILE

    +62 859 5006 9490

    LINE

    estides