• Pendakian Gunung Gede dari Bandung Via Gunung Putri #1


    Pendakian yang cukup rempong ini berawal dari niatan aku dan seorang rekan kerjaku yang pengen ngerayain tahun baru dengan nuansa yang berbeda. Karena kami berdua dari dulu memang penikmat alam, cieh, kami memutuskan untuk tahun baruan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), sekaligus merayakan hari ulang tahunku yang ke 17 ceritanya (17++). Niatan itu sudah tercetus kurang lebih sebulan sebelum pendakian. Akhirnya kamipun mengajak rekan-rekan yang lain hingga terkumpul sudah 14 orang yang akan ikut berangkat menuju Gunung Gede. Salah satunya adalah bosku di kantor. Waw, ini sungguh akan menjadi pengalaman luar biasa pikirku.
    Ternyata, dapat info dari temanku bahwa sebelum memulai pendakian ke TNGGP ini kita perlu registrasi online terlebih dahulu dengan mengisi beberapa data diri, surat pernyataan, dan administrasi lainnya yang bakal aku jelasin di bawah ini.
    Cara Daftar TNGGP
    Oiya buat temen-temen yang ingin coba untuk kesana wajib mendaftar via online ke website resmi TNGGP ya. Atau kalian bisa klik linknya disini <> Setelah itu kalian bisa membaca syarat dan ketentuan untuk berkunjung kesana baru setelah itu mengisi form pendaftaran dengan melampirkan beberapa identitas diri dan upload foto KTP. Setelah pendaftaran selesai dilanjut dengan proses pembayaran simaksi sejumlah Rp 35.000,00 yang ditransfer ke rekening admin TNGGP. Setelah semua prosesnya selesai. Kalian tinggal tunggu validasi dari pihak TNGGP yang masuk ke email kalian. Setelah itu kalian perlu mendownload surat pernyataan pendaki yang diisi oleh ketua rombongan kemudian ditandatangan dan diberi materai. Kalian juga perlu mendownload form sampah dan mengisi sesuai benda-benda apa saja yang akan menghasilkan sampah. Misalnya saat itu kalian membawa mie instant dan chiki-chiki, tinggal kalian tulis saja pada formnya mie instant sekian buah dan chiki sekian buah. Tapi sepertinya di musim covid ini pendakian ke TNGGP ditutup sementara.
    Setelah sukses mendaftar akhirnya selama sebulan kami mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan, terutama latihan fisik karena mendaki sangat membutuhkan stamina tubuh yang sehat dan kuat. Selama satu bulan penuh saya rutin berolahraga minimal lari keliling GBLA atau sepedahan keliling komplek atau pait-paitnya kalau lagi mager saya hanya strecting selama 10 menit di kamar. Yaa semua itu dilakukan supaya tubuh tidak shock saat mendaki. Akupun menyiapkan beberapa peralatan seperti matras, tenda, carrier, sepatu, jas hujan, dan kebutuhan lainnya. 
    Alat tempurku
    Hingga tak terasa hari keberangkatanpun akan segera tiba. Persiapan alat pribadi maupun kelompok sudah dipersiapkan dengan matang. Kali ini aku benar-benar berusaha tidak ada satu barangpun yang tertinggal. 
    27 Des 2019
    Keesokan harinya, tepatnya Jumat, 27 Desember 2019. Aku berangkat kerja seperti biasa. Rencana awal yang tadinya setelah berangkat kerja langsung menuju Terminal Leuwi Panjang pun dibatalkan. Alhasil sekitar pukul 14.00 aku pulang dulu ke rumah untuk mengambil perlengkapan, untungnya rumahku tidak jauh lokasinya dari tempat aku bekerja. Kurang lebih pukul 17.00 temanku datang untuk menjemputku dan kami akhirnya naik motor menuju ke terminal Leuwi Panjang. Rintik-rintik hujan dan macetnya Kota Bandung kala itu tidak melunturkan semangat kami untuk pergi.
    Setelah sampai di terminal, kami bertemu dengan beberapa teman yang sudah tiba terlebih dahulu disana. Ada Kang Sogin, Sandi, Doni, dan Pak Adi. Bersamaan dengan kedatanganku, Pak Ary yang adalah atasanku dikantor juga sampai. Pak Ary ini usianya sudah tidak terbilang muda lagi namun semangatnya masih gigih. Katanya "Saya gaakan pernah naik gunung lagi kalau gak diajak kalian. Mana ada yang seumuran saya naik gunung". Ya, usianya waktu itu 59 tahun. Cukup khawatir awalnya, namun ternyata beliau memiliki semangat juang yang tinggi melebihi kami-kami kaum muda. Setelah itu, Bu Ana dan Kang Elmy pun tiba. Berarti tinggal menunggu 1 orang lagi, Hena. Hari itu tepat sekali dia melangsungkan sidang skripsinya. Katanya dia akan ikut tapi agak telat karena menunggu yudisium. Oiya, Hena, Pak Adi, dan Kang Sogin ini satu almamater denganku di Universitas Pendidikan Indonesia. Tapi kami beda angkatan. Sedangkan Sandi dan Doni adalah teman dari Pak Ridwan. Aku juga beru mengenal mereka berdua hari itu. Oiya Bu Ana dan Kang Elmy ini ternyata cemewewan ihi. Aku juga baru mengenal Kang Elmy saat itu. 

    Adzan maghrib berkumandang, kami memutuskan untuk mencari mushola dan sembahyang sambil menunggu kedatangan Hena. Sambil menunggu, setelah sholat magrib kami berkumpul di depan mushola yang juga terdapat warung kecil-kecilan. Beberapa temanku sempat memesan kopi hangat untuk menambah stamina. Akhirnya Henapun datang bersamaan dengan wajah sumringahnya karna sudah menyandang gelar S.Pd. Saat itu juga aku langsung mengucapkan selamat kepadanya. Ah aku jadi rindu masa-masa yudisium saat itu.

    Menuju bus untuk berangkat ke Cianjur
    Gak pake lama setelah kedatangan Hena, Pak Adi, segera mencari bus menuju Cianjur saat itu. Beruntungnya kami karna bus yang kami tumpangi adalah bus terakhir yang menuju sana. Setelah memakan perjalanan selama kurang lebih 3 jam kami tiba di Terminal Rawa Bango. Saat itu sekitar pukul 11 malam kami turun dari bus dengan wajah kusut karna baru bangun dari tidur. Sialnya saat itu aku mual dan hampir muntah karna perjalanan yang berkelok terlebih sudah lama sekali rasanya tidak memakai kendaraan umum.
    Pak Adi pun melancarkan aksinya kembali. Ia mencari kernet angkot yang bisa membawa kami menuju ke Gunung Putri tentunya dengan tarif seminimal mungkin. Skill sepik yang patut diacungi jempol. Aku dan yang lain hanya tinggal menunggu Pak Adi bilang "Yo yo, masuk yoo" sambil menggerakkan tanggannya seolah mengarahkan kami masuk ke dalam angkot. Kami berdempet-dempetan di dalam angkot dengan sebagian besar space angkot dipenuhi oleh barang bawaan kami yang sungguh tidak kecil dan tidak ringan tentunya. Yang paling menderita tentu yang duduk paling pojok belakang. Karena sudah kakinya tertindih carier, badannya tergencet oleh badan kami pula. Yaa, apaboleh buat. Untungnya bukan aku yang berada di posisi itu.
    Aku kira perjalanan menuju Gunung Putri itu sebentar, ternyata lumayan lama juga dan kami diberhentikan di Ramayana karena harus ganti angkot. Supir kami yang sebelumnya ternyata tidak bisa mengantar kami sampai ke lokasi. Tapi tak lama angkot pengganti kami sudah datang, dengan kapasitas yang sedikit agak lebar sehingga membuat kami cukup leluasa saat itu. 

    Oiya, saat itu aku mengajak teman kuliahku juga untuk ikut pendakian. Namanya Desi. Dia datang dari Cilegon dari tempat kerjanya dan kami janjian langsung di pertigaan dekat Istana Cipanas. Saat itu setelah aku tanya keberadaannya ternyata dia sudah sampai di lokasi dan akan menunggu di warung pecel lele simpang. Desi ini orang yang aku kenal sangat mandiri. Mungkin dari sekian banyak teman wanita yang aku kenal, dia sangat pemberani. Buktinya ia tak takut berpergian ke luar kota sendiri. Dia juga seorang yang mudah beradaptasi. Jadi aku tak perlu repot-repot untuk menemani dia, karena dia sangat mudah bergaul.
    Setelah sampai di persimpangan dekat Istana Cipanas, aku yang awalnya hendak turun untuk menjemput Desi di warung makan pecel lele malah didahului oleh Pak Ridwan yang sebegitu cepatnya hingga ia bergegas langsung turun dari angkot menjemputnya sebelum aku yang turun dari angkot. Aneh pikirku. Aku yang temannya Desi kenapa Pak Ridwan yang begitu antusias menjemput. Padahal sebelumnya mereka tidak saling kenal. Bercakappun hanya via whatsapp untuk membahas soal persiapan pendakian. Ah, entahlah. Segera aku susul dia karena khawatir salah orang. Sebelum aku sampai di warung pecel lele, aku melihat Pak Ridwan tampaknya tidak salah orang dan mengucapkan sepatah dua patah kata kepada teman kuliahku itu. Mungkin salam perkenalan atau sekedar bertanya "Hai kamu Desi ya?". Ih aneh pikirku, harusnya kan aku duluan. So akrab banget sih si Pa Ridwan ini. Apa jangan-jangan mereka... Ah sudahlah aku tak ingin berpikir macam-macam saat itu. Aku segera menyapa temanku Desi dan mengajaknya bergegas masuk ke dalam angkot karena hari sudah larut malam.
    ...

  • 0 komentar:

    Diberdayakan oleh Blogger.

    GET A FREE QUOTE NOW

    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat.

    ADDRESS

    Bandung City, Indonesia

    EMAIL

    edestikarani@gmail.com

    MOBILE

    +62 859 5006 9490

    LINE

    estides