Rasanya ingin kembali, bersandar pada kemiringan, menikmati senja hingga fajar menyapa, tapi ke tempat yang berbeda..Begitulah kira-kira rasanya setelah berhasil muncak di salah satu gunung yang sering menjadi target para pendaki di Jawa Barat. Jujur, ini kali pertamanya lagi setelah saya tidak mendaki selama 4 tahun. Lagi-lagi awalnya penuh dengan drama terkait izin dari orang tua. Namun dengan 1000 jurus andalan, akhirnya mereka pun luluh. Bukan hanya itu saja, tapi drama dalam batinpun sempat mengganggu. Apalah daya tubuh ini yang sama sekali tidak pernah dituntut untuk berolahraga. Khawatir badan tak sanggup untuk melaluinya. Tapi drama itu nyatanya kalah dengan niat dan keinginan. Cukup itu. Nawaitu..Kala itu gunung yang kami daki adalah Gunung Guntur dengan ketinggian 2.249 mdpl. Memang ketinggiannya bukan merupakan angka yang spesial, namun nyatanya gunung ini memberikan kesan luar biasa yang memantik semangat saya untuk mendaki lagi.
Berangkatlah kami dari Kota Bandung tercinta hari Sabtu , 13 Juli 2019 sekitar pukul 8.00 pagi. Rombongan kami yang hadir saat itu ada 5 orang. Saya, 2 orang temang kantor Pak Adi dan Pak Ridwan, dan 2 orang lagi teman satu kampus yang beda angkatan, Hena dan Kang Sogin. Kurang lebih ini seperti reuni kecil kampus. Meskipun saat itu saya sendiri belum mengenal 2 orang teman yang satu kampus itu haha. Senang sekali rasanya karena punya kenalan baru.
Diperjalanan kami tidak menemukan hambatan yang berarti. Kemacetanpun tidak begitu parah dan masih bisa teratasi. Tanpa berhenti dulu di perjalanan, kami akhirnya sampai di persimpangan yang katanya ini merupakan akses masuk menuju Gunung Guntur. Sangat mudah menemukannya karena lokasinya berdekatan dengan pom bensin Tanjung. Sebelum masuk kesana, kami berhenti dahulu di sebuah toko yang sedang tutup untuk berisitirahat. Bukan, kami tidak seperti gembel kok, belum lusuh-lusuh amat haha. Disana kami membeli beberapa bahan masakan yang belum kami bawa dan membeli makanan jadi di warung terdekat sebagai makanan untuk makan siang.Setelah berisitirahat kurang lebih satu jam, kami melanjutkan perjalanan menuju basecamp/rumah warga untuk menitipkan motor dan helm. Disini mulai dipungut biaya untuk menitipkan kendaraan, Kurang lebih yang saya ingat waktu itu 10.000 rupiah untuk satu motor. Waktu itu kami menggunakan 3 motor jadi biaya yang harus kami keluarkan adalah 30.000 rupiah. Setelah membayar biaya penginapan motor, kami diarahkan menuju rumah warga atau yang biasa disebut dengan basecamp. Disana ternyata sudah ada beberapa pendaki yang sudah dulu tiba. Kami pun beristirahat dan bersiap untuk solat zuhur karena azan sudah mulai berkumandang. Setelah semuanya selesai. Kami memulai pendakian.Di awal perjalanan hingga sampai ke pos 1 kami belum menemukan tantangan yang rumit. Jalanan pun masih aman dan damai. Walau memang seluruh jalan didominasi oleh bebatuan dan kerikil. Dari jauh kami sudah bisa melihat puncak Gunung Guntur yang berdiri gagah. Rasanya sudah tidak sabar menanti sunrise disana.
Setibanya kami di pos 1, kami beristirahat sebentar membaringkan badan. Merasakan kelelahan yang luar biasa ini karena sama sekali tidak ada latihan fisik sebelumnya. Untungnya saya sempat pemanasan 15 menit sebelum berangkat. Hanya berbekal itu saja karna harapan saya sangat tinggi untuk bisa sampai ke puncak. Kesosoan hidup yang haqiqi memang :( Bagi pemula, gunung ini sangat menantang bagi saya. Cobalah datang kemari, tapi jangan ajak2 yaa :p
Berjalan terus menuju pos-pos berikutnya, tibalah kami di pos 2. Kami beristirahat cukup lama memulihkan energi yang terbuang. Sambil membayangkan jarak ke pos 3 tidak sejauh pos 1 ke pos 2, kami bersenda gurau dengan rombongan lain yang ramah dan cenderung SKSD wkwk. Tapi kami senang bisa berkenalan dengan teman baru. Setelah puas mengisi energi, kami melanjutkan perjalanan ke pos 3 yang katanya pos terakhir dan pos ini digunakan untuk area berkemah para pendaki. Di perjalanan, kami menemukan sumber mata air yang luar biasa jernihnya. Rasanya pun ternyata lebih enak dari acua. Parah sih ini, memang air dari gunung langsung itu enak banget. Mesti coba, meski tanpa dimasak dulu udah enak :(
Akhirnya sampailah kami di pos 3. Kami sedikit agak terkejut karena ternyata banyak sekali pendaki yang datang kesini. Ini sih kurang lebih sudah seperti komplek perumahan pendaki. Tenda-tenda sudah terpasang dimana-mana. Fasilitas umum seperti toilet, musholla, merchandise, dan tempat penyewaan alat berkemah pun sudah lengkap adanya. Ini sih gak perlu repot bawa carier besar, cukup bawa diri saja kalian sudah bisa survive. Sayangnya kami tidak tau hal itu.
Kami berlima bermalam ditenda kecil ini. Entah muat atau tidak, yang jelas pasti ada yg harus tidur diluar haha. Dan ternyata yg diluar aku gays, karna aku tak bisa tidur :( Aku pun ngeronda sambil menikmati hangatnya secangkir kopi ditemani dinginnya malam. Bercerita banyak tentang perjalanan hidup dengan hembusan angin malam. Cielah..Malam gunung, malam yang singkat. Tak terasa sudah jam 3 subuh, waktunya summit attack. Para pendaki lain sudah mulai berkemas untuk mendaki menuju puncak. Kami masih terlena dengan hangatnya tenda dan kopi. Rasanya kehilangan semangat untuk mengejar sunrise. Tapi tujuan kami hanya itu. Akhirnya kamipun berkemas. Menyiapkan beberapa perbekalan yang memang dibutuhkan di puncak seperti makanan dan minuman. Sisanya, kami titipkan di pos supaya tidak terlalu berat.Berjalan menyusuri bebatuan, krikil, dan ilalang ditemani pencahayaan seadanya dari lampu senter tak membuat kami patah semangat. Tapi itu hanya berlangsung beberapa saat ketika salah satu diantara kami merasa tidak yakin bahwa jalan yang kita lalui adalah jalan yang benar. Karena tidak nampak jejak dari pendaki lain. Tapi kami tetap berjalan berharap akan ada keajaiban.
...
(Coming soon, part 2)
0 komentar:
Posting Komentar