baca: great expedition 1
Berbagi pengalaman itu menyenangkan. Saya memang tak pandai berbicara tapi saya bisa menceritakannya disini. Cerita ini agak sedikit flashback, karena cerita ini merupakan kisah bersama teman-teman seperjuangan saya dulu.
Saya pernah bersekolah di salah satu SMP negeri di Bandung. Letaknya tak jauh dari RS Muhammadiyah, depan mesjid Al-Amanah (kalo gasalah). Ya saya cukup bangga bisa masuk di sekolah tersebut walau nilai testing saya betul-betul pas-pasan.Letaknya cukup strategis karena berada di tengah kota dan banyak angkutan umum yang lalu lalang disana.
Dulu, saya mempunyai kepribadian yang tomboy, suka menjelajah, dan mencoba hal-hal baru(mungkin), dan ini yang menyebabkan saya terperosok dalam pengalaman menegangkan yang akan saya ceritakan. Cukup membuat jatung saya berdegup kencang, namun akhirnya saya selamat.
This is the second of life :)
Siang itu aku bersama teman-teman seperjuangan yang rumahnya tak jauh dari rumahku pulang bersama. Seperti biasa kami pulang naik bus Damri non AC jurusan Dipatiukur-Jatinangor. Awalnya aku agak ragu naik angkutan ini. Ya, dilihat dari bentuk fisiknya saja bis ini memang tidak enak dilihat (masukan buat Perum Damri). Oiya, salah satunya kenapa saya dan teman-teman naik bus ini karena angkot yang menuju ke rumahku mogok masal. Saat itu adalah hari pertama peluncuran TMB alias Trans Metro Bandung yang diprotes oleh persatuan tukang angkot. Tapi toh akhirnya mereka rela-rela aja padahal sekarang TMB udah beredar kemana-mana.
Aku menaiki tiga anak tangga di pintu masuk bis. Melihat ke kanan dan ke kiri mencari tempat duduk dan khirnya aku dapatkan itu. Tepat aku duduk di dekat jendela dan berusaha mendapatkan posisi senyaman mungkin. Menikmati pemandangan kota Bandung yang tak lagi sehijau dulu. Udara kian tercemar, salah satu penyebabnya adalah kendaraan yang sedang saya tumpangi.
Saya tertidur sejenak dan sadar kembali saat mendengar teriakkan orang banyak. Begitu membuka mata dan dan menoleh ke luar jendela, saya terkejut sekali karena diluar sana begitu banyak tukang supir angkot yang mendemo. Tak hanya itu, mereka melempari bis yang saya naiki dengan batu kerikil. Saya hanya bisa tertunduk takut dan komat-kamit sendiri. Saya tak berani menoleh kesamping karena yang terakhir saya lihat tampang mereka begitu menyeramkan. Bahkan mereka menyuruh penumpang yang ada di dalam bis untuk turun. Tapi utungnya bis lolos dan dapat melanjutkan perjalanan walau didera deg-degan yang dahsyat.
Sayangnya bis berhenti di Perum Damri dan itu masih jauh dari rumah saya. Begitu saya turun dari bis, saya melihat banyak armada baru TMB yang masih kinclong. Woooow, berbanding terbalik sama yang barusan saya tumpangi. Tiba-tiba ada tentara yang mengarahkan saya dan teman-teman ke mobil truk hijau, mobil yang suka dipake tentara itu loh. Semua penumpang dialihkan kesana. Banyak wartawan yang meliput sehingga sejenak kami salting dan nge-fly dan berharap semoga masuk TV hehehe namun nampaknya tidak:(
Saya seperti tahanan yang ditangkap karena kabur dari penjara. Untunglah saya bersama teman-teman. Kalau tidak, saya harus menanggung malu sendirian. Akhirnya kami diturunkan di Cibiru dan kami memutuskan untuk berjalan kaki sampai menuju rumah. Walau rumah kami jauh tapi kami tetap hepi:)
Inilah sekilas pengalaman saya dulu. Walau tidak rame tapi cobalah untuk merasakannya.
Berbagi pengalaman itu menyenangkan. Saya memang tak pandai berbicara tapi saya bisa menceritakannya disini. Cerita ini agak sedikit flashback, karena cerita ini merupakan kisah bersama teman-teman seperjuangan saya dulu.
Saya pernah bersekolah di salah satu SMP negeri di Bandung. Letaknya tak jauh dari RS Muhammadiyah, depan mesjid Al-Amanah (kalo gasalah). Ya saya cukup bangga bisa masuk di sekolah tersebut walau nilai testing saya betul-betul pas-pasan.Letaknya cukup strategis karena berada di tengah kota dan banyak angkutan umum yang lalu lalang disana.
Dulu, saya mempunyai kepribadian yang tomboy, suka menjelajah, dan mencoba hal-hal baru(mungkin), dan ini yang menyebabkan saya terperosok dalam pengalaman menegangkan yang akan saya ceritakan. Cukup membuat jatung saya berdegup kencang, namun akhirnya saya selamat.
This is the second of life :)
Siang itu aku bersama teman-teman seperjuangan yang rumahnya tak jauh dari rumahku pulang bersama. Seperti biasa kami pulang naik bus Damri non AC jurusan Dipatiukur-Jatinangor. Awalnya aku agak ragu naik angkutan ini. Ya, dilihat dari bentuk fisiknya saja bis ini memang tidak enak dilihat (masukan buat Perum Damri). Oiya, salah satunya kenapa saya dan teman-teman naik bus ini karena angkot yang menuju ke rumahku mogok masal. Saat itu adalah hari pertama peluncuran TMB alias Trans Metro Bandung yang diprotes oleh persatuan tukang angkot. Tapi toh akhirnya mereka rela-rela aja padahal sekarang TMB udah beredar kemana-mana.
Aku menaiki tiga anak tangga di pintu masuk bis. Melihat ke kanan dan ke kiri mencari tempat duduk dan khirnya aku dapatkan itu. Tepat aku duduk di dekat jendela dan berusaha mendapatkan posisi senyaman mungkin. Menikmati pemandangan kota Bandung yang tak lagi sehijau dulu. Udara kian tercemar, salah satu penyebabnya adalah kendaraan yang sedang saya tumpangi.
Saya tertidur sejenak dan sadar kembali saat mendengar teriakkan orang banyak. Begitu membuka mata dan dan menoleh ke luar jendela, saya terkejut sekali karena diluar sana begitu banyak tukang supir angkot yang mendemo. Tak hanya itu, mereka melempari bis yang saya naiki dengan batu kerikil. Saya hanya bisa tertunduk takut dan komat-kamit sendiri. Saya tak berani menoleh kesamping karena yang terakhir saya lihat tampang mereka begitu menyeramkan. Bahkan mereka menyuruh penumpang yang ada di dalam bis untuk turun. Tapi utungnya bis lolos dan dapat melanjutkan perjalanan walau didera deg-degan yang dahsyat.
Sayangnya bis berhenti di Perum Damri dan itu masih jauh dari rumah saya. Begitu saya turun dari bis, saya melihat banyak armada baru TMB yang masih kinclong. Woooow, berbanding terbalik sama yang barusan saya tumpangi. Tiba-tiba ada tentara yang mengarahkan saya dan teman-teman ke mobil truk hijau, mobil yang suka dipake tentara itu loh. Semua penumpang dialihkan kesana. Banyak wartawan yang meliput sehingga sejenak kami salting dan nge-fly dan berharap semoga masuk TV hehehe namun nampaknya tidak:(
Saya seperti tahanan yang ditangkap karena kabur dari penjara. Untunglah saya bersama teman-teman. Kalau tidak, saya harus menanggung malu sendirian. Akhirnya kami diturunkan di Cibiru dan kami memutuskan untuk berjalan kaki sampai menuju rumah. Walau rumah kami jauh tapi kami tetap hepi:)
Inilah sekilas pengalaman saya dulu. Walau tidak rame tapi cobalah untuk merasakannya.
5 komentar:
ejeeeeet nalaaaaa
kangen kalian banget :')
ejeeeeet nalaaaaaa
kangen kalian banget :')
windanya ga disebut da? hahaha =))
iya beneeer :)
tp kan kalian berdua yg plg brg tiap hr sampe kita jd trio panyil hihi :>
Posting Komentar