Dua puluh empat tahun kami menghabiskan waktu bersama. Segala macam rasa yang kuhabiskan bersamanya hanya dalam 1 hari saja aku merasa semua itu kelak akan hilang dan takkan kembali ada. Membencinya, lalu kemudian menyesalinya. Menjahilinya hingga ia muak dan membalas sikapku sampai aku tak sanggup dan menangis menjerit. Meminta pertolongan hingga aku mengemis dan ia terpaksa membantuku seniat hatinya. Tertawa bersama karna hal konyol yang kamipun tak tahu dimana letak kelucuannya. Segala memori itu terlintas begitu saja dalam otakku hanya dalam hitungan detik. Tepat dibangku itu, saat aku menyaksikan prosesi akad nikah kakak kandungku.
...
Sabtu, 17 Agustus 2019 kemarin kakakku akhirnya melangsungkan pernikahan di usianya yang ke 29 tahun. Dimana teman-teman seusianya sudah menikah terlebih dahulu dan sudah mempunyai anak ia baru menikah kemarin. Menikahi seorang wanita yang sudah dikenalnya selama lebih dari 10 tahun. Seringkali aku mengharapkan ia segera menikah sejak lama, namun tak ku sangka ternyata akan ada banyak hal yang berbeda ketika ia menikah.
Ketika aku hanya memiliki 1 orang kakak kandung yang aku anggap segalanya bagiku, sebagai ayah, sebagai guru, sebagai teman curhat, sebagai pacar, sebagai supir, sebagai penasihat pribadiku, dan berbagai peran lainnya yang banyak ia lakoni aku merasa sangat bersyukur memilikinya. Hingga aku lupa bahwa hidupnya bukan hanya untuk aku, adik semata wayangnya. Ia pun perlu menuntaskan separuh ibadahnya, mengarungi bahtera rumah tangga bersama wanita yang dicintainya.
Kurasa aku akan bertingkah sebiasa mungkin di hari itu ternyata aku tak kuasa menahan air mata. Aku dengan paniknya menarik tisue yang ada di dalam tas kecilku, khawatir ada yang melihat. Namun rupanya ketika aku kembali menyaksikan kakakku yang sedang menanti wanitanya ke atas panggung pelaminan, ia menatapku sambil tersenyum dan seolah berkata "Jangan sedih ti, kita masih bisa main kok. Kamu masih bisa jail atau minta tolong apapun. Tapi inget, kamu pun perlu tahu, kamu bukan lagi prioritas utama aa. Jaga diri baik-baik ya!"
Terlintas banyak pikiran saat itu hingga aku menjatuhkan air mataku sendiri. Nanti mungkin waktu untukku menjadi sangat terbatas. Atau bahkan ia harus pisah rumah dengan keluarga kecilku. Nanti mungkin aku tak bisa terlalu dekat karna akan ada wanita yang selalu ada disampingnya. Nanti mungkin kami tak bisa main atau sekedar ngopi berdua lagi. Dan seolah aku akan kehilangan sosoknya. Ternyata begini rasanya..
...
Tapi aku pun berusaha mencari hikmah dibalik ini semua dan hal baik lainnya. Nyatanya jauh lebih banyak hal menyenangkan yang bisa aku dapatkan. Kini aku punya dua orang kakak. Aku bisa diskusi tentang apapun dan mendapat dua sudut pandang berbeda. Kakakku mungkin memang tidak akan punya waktu lagi untuk menghabiskan waktunya berdua denganku, tapi mungkin nanti ia akan menghabiskan waktunya bertiga dengan aku dan istrinya. Bukankan itu seru?
Aku mungkin sebelumnya menjadi anak yang dimanja, namun ketika kakakku menikah aku pasti perlu mengurus segala kebutuhan hidupku sendiri tanpa campur tangan kakakku. Berani mengambil keputusan sendiri tanpa lagi melibatkan dan menyusahkan dia. Bukankah itu menjadikanku dewasa?
Keluarga kecilkupun kini bertambah personil. Seorang wanita cantik dan pintar yang sangat berbeda 180 derajat denganku. Sebelum kakakku punya rumah sendiri mungkin hari-hari kami akan terasa lebih ramai karna kehadirannya. Bukankah rumah ini akan lebih terasa hidup?
Akupun tersadar, kondisi seperti ini memang harus tetap dilalui. Sedih wajar, tapi kurasa aku lebih pantas bahagia. Kuakui aku hanya terlampau sayang hingga aku lupa bahwa kakakku bukan hanya milikku seorang. Selagi masih ada Tuhan, kesulitanku yang biasanya bisa diatasi hanya dengan memanggil kakakku, pasti akan ada solusi penggantinya.
...
Selamat menikah, A. Selamat mengarungi bahtera rumah tangga. Maaf selama 24 tahun ini kerjaannya baru bisa nyusahin terus. Moga nanti aku bisa bales semua kebaikan aaSemoga menjadi imam yang baik buat Teh Dila. Semoga selalu menjadi kebanggaan keluarga dengan kebaikan dan kerendahan hati yang aa punya. Semoga semakin dibukakan pintu rejekinya. InsyaAllah doa adikmu yang sering nyusahin ini tak pernah putus sampai akhir nanti. Semoga semua kebaikan yang aa kasih dibales sama Allah. Semoga yang terbaik untuk kaliaaan berdua. Ku sayang kaliaan. Muaaacch :*